Berhentilah Mengutuki Diri Sendiri
Saya merasa sangat malu terhadap diri sendiri ketika saya berpikir kembali pada saat awal pelayanan saya - karena saya mengutuki begitu banyak orang yang tulus. Saya bermaksud baik, dan seringkali semangat saya itu jujur dan bermaksud baik. Tetapi berapa banyak orang yang saya bawa ke dalam kutukan yang mengerikan karena mereka tidak sesuai dengan ide-ide kekudusan yang saya miliki!
Beberapa tahun yang lalu saya berkhotbah yang menentang make-up pada wanita, saya berkhotbah menentang gaun yang pendek. Saya mengutuk segala sesuatu yang menurut saya tercantum dalam daftar saya sebagai hal yang "tidak sah". Saya telah memberitakan beberapa khotbah yang sangat kuat di masa lalu, mengutuk para homoseksual, umat yang bercerai, peminum dan kompromis. Saya masih sangat berkomitmen dengan gagasan bahwa para pelayan Injil/pendeta seharusnya berseru menentang terobosan dosa dan kompromi dalam kehidupan orang Kristen. Saya masih tidak suka melihat para wanita Kristen yang dicat tubuhnya seperti para pejalan kaki. Saya masih tidak suka dengan gaun mini. Saya percaya, lebih dari sebelumnya, bahwa Allah membenci perceraian. Saya masih berikthiar dengan gagasan bahwa Allah tidak akan bermain mata pada setiap dosa atau berkompromi dengan apapun.
Namun belakangan ini - Tuhan telah mendesak saya untuk berhenti mengutuk orang-orang yang telah gagal, dan malahan memberitakan kepada mereka pesan-pesan cinta kasih dan rekonsiliasi. Mengapa? Karena gereja hari ini diisi dengan orang-orang Kristen yang telah dibebani dengan perasaan bersalah dan penghukuman yang menggunung. Mereka tidak membutuhkan lebih banyak khotbah tentang penghakiman dan ketakutan - mereka telah diisi dengan cukup ketakutan dan kecemasan. Mereka tidak perlu mendengar seorang pengkhotbah yang memberitahukan mereka betapa murkanya Allah terhadap mereka. Mereka sudah terlalu banyak ketakutan akan murka Allah. Mereka perlu mendengar pesan Yohanes yang berkhotbah -
"Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Yohanes 3:17).
Yesus berkata kepada seorang perempuan yang berzinah, "Akupun tidak menghukum kamu - Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi." Sekarang kenapa saya dan semua rekan-rekan sesama pendeta saya tidak bisa mengabarkan jenis khotbah yang sama yang penuh kasih kepada ribuan umat yang saat ini hidupnya dalam ketakutan akan perzinahan? Mengapa kita masih menghukum orang-orang Kristen yang bercerai dan kemudian menikah kembali - ketika mereka telah benar-benar bertobat dan telah bertekad untuk tidak berbuat dosa lagi dengan cara hidup yang lama seperti itu?
Baru-baru ini seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun memberhentikan saya setelah saya selesai berkhotbah dalam sebuah kebaktian kebangunan rohani dan memohon saya untuk mendengarkan kisahnya. Dia histeris. "Ibuku dan ayahku bercerai dua tahun lalu. Ibuku seorang Kristen yang baik, dan dia menikah dengan seorang pria Kristen yang baik. Aku tinggal dengan ibu dan ayah tiriku sekarang, dan aku amat sangat mencintai mereka. Tapi ibuku selalu sedih, dan dia sering menangis - karena seorang pendeta mengatakan kepadanya bahwa ia hidup dalam dosa. Apakah ibu saya akan masuk neraka karena dia bercerai dan menikah lagi dengan pria lain yang juga sudah bercerai? Aku sangat bingung, karena mereka berdua adalah orang-orang Kristen yang baik."
Saya mengatakan kepada anak lelaki tersebut bahwa saya ingin memberitahukan ke seluruh dunia bahwa "Jika ia bercerai karena perzinahannya sendiri dan menikah lagi - ia hidup dalam perzinahan. Allah membenci perzinahan. Tapi, jika ia telah bertobat, Allah mengampuninya, dan ia harus memulai seluruhnya dari awal seperti layaknya seorang Kristen yang baru lahir. Ia tidak sedang hidup dalam dosa pada saat ia berada di dalam kuasa darah Kristus dan pengampunan. Dia bisa memulai hidup baru tanpa rasa bersalah ataupun penghukuman. Jikalau Yesus mengampuni pembunuh, pembohong, pencuri, dan lain-lainnya - Yesus juga mengampuni pelaku perzinahan."
Hal ini mengherankan saya bahwa kami selaku para pendeta sangat berkeinginan untuk pergi ke Afrika untuk memberitakan pengampunan kepada "orang kafir" - tapi tidak begitu berkeinginan memberitakan pengampunan dan rekonsiliasi bagi orang-orang Kristen di negeri sendiri. Salah satu pendeta itu mengeluh kepada saya mengenai semua orang yang bercerai, yang rusak rumah tangganya, dan yang bermasalah di dalam tugas pelayanannya yang baru. Saya berpikir, "Saudaraku, anda seharusnya bersyukur bahwa Tuhan menempatkan anda di ladang yang subur tersebut. Mereka adalah orang-orang yang paling membutuhkan bantuan anda. Mereka membutuhkan seorang hamba Tuhan untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana memulai semuanya dari awal lagi.
Saya seorang pria menikah yang bahagia, dan Tuhan membantu saya, Gwen, isteri saya dan saya akan selalu bersama-sama sampai maut memisahkan kita. Dan saya dengan penuh semangat, membenci perceraian. Tapi ada sesuatu hal yang saya permasalahkan yaitu bahwa gereja bersedia untuk "melupakan dosa" semua orang yang telah melakukan kesalahan. Gereja menawarkan kenyamanan dan penghiburan kepada orang-orang yang menjadi "korban tidak bersalah." Istri yang berselingkuh. Suami yang istrinya melarikan diri. Semua anak-anak mereka terluka sebagai akibat pemisahan tersebut.
Tetapi bagaimana dengan semua "pelaku" tersebut - orang-orang berdosa, orang-orang yang menganiaya beberapa orang yang dicintai dan tak bersalah. Jika salah satu dari setiap tiga pernikahan berakhir dengan perceraian sekarang ini, itu berarti bahwa jutaan suami dan istri adalah "Pihak yang bersalah." Saya tidak akan pernah berkeinginan menyerah bahkan pada pihak yang bersalah. Pencuri yang Kristus ampuni di Kalvari bukanlah seorang korban yang tak berdosa. Tidak! Dia adalah pelaku - dia adalah penjahat. Namun dalam dosanya ia berpaling kepada Kristus dengan iman. Dia diampuni dan dibawa bersama Kristus ke dalam kemuliaan.
Bagaimana dengan homoseksual dan lesbian - dan para pecandu alkohol? Apakah dengan mengutuk mereka akan menyelesaikan sesuatu yang baik? Tidak! Seribu kali tidak! Kristus tidak datang untuk mengutuki orang-orang berdosa ini, tetapi untuk menyelamatkan mereka dengan cintaNya. Allah membenci tindakan homoseksual, tetapi Dia tidak membenci orang-orang yang tidak dapat berperan sebagai maskulin atau feminine yang seharusnya.
Pekan lalu, seorang perawat yang baik dan berusia19-tahun menghentikan saya setelah saya menyelesaikan khotbah dalam sebuah kebangunan rohani. Sambil menangis, ia mengucapkan pengakuan yang menyedihkan - "Pak Wilkerson, saya seorang lesbian. Saya merasa begitu kotor dan haram. Gereja di mana biasanya saya hadiri meminta saya untuk tidak pernah kembali. Pendeta/pastur setempat mengatakan bahwa ia tidak akan memberikan kesempatan kepada saya untuk merayu orang lain di antara jemaatnya. Saya merasa bahwa bunuh diri adalah satu-satunya jalan keluar bagi saya. Saya hidup di dalam ketakutan dan kutukan yang dasyat. Haruskah saya membunuh diri agar saya menemukan kedamaian?"
Ia terus berusaha untuk mengundurkan dari saya seolah-olah ia terlalu najis berada di hadapan saya. Saya bertanya apakah dia masih mencintai Yesus. "Oh, ya," jawabnya. "Setiap kali saya bangun tidur, hati saya berteriak kepada-Nya. Saya mengasihi Kristus dengan segala yang ada pada diriku - tetapi saya terikat oleh kebiasaan yang mengerikan ini."
Betapa indahnya cahaya wajahnya ketika saya mengatakan padanya betapa Allah mengasihinya - bahkan di dalam perjuangannya melawan kehidupan lesbian-nya. Saya mengatakan kepadanya, "Jangan pernah memberikan diri kepada dosa anda. Allah menarik garis yang keras di mana anda seharusnya berada. Setiap momentum yang ditujukan kepada-Nya diperhitungkan sebagai suatu kebenaran. Setiap gerakan untuk kembali melintasi garis itu, yang menjauh dari-Nya, adalah dosa. Jika kita mendekat kepada-Nya, Dia akan segera mendekat dengan kita. Jaga momentum spiritual anda. Tetaplah mengasihi Yesus - meskipun anda masih belum memiliki kemenangan total. Terimalah pengampunan-Nya sehari-hari. Buatlah keputusan sekali saja dalam hidupmu. Yakinlah bahwa Yesus mengasihi orang berdosa - jadi Dia juga seharusnya mengashimu!"
Dia tersenyum lega dan berkata, "Pak Wilkerson, anda adalah pendeta pertama yang pernah menawarkan secercah harapan. Jauh di dalam lubuk hatiku, saya tahu bahwa Dia masih mencintaiku - dan saya juga tahu bahwa Dia akan memberikan saya pembebasan dari perbudakan ini. Tapi saya telah dikutuk begitu rupa oleh semua orang. Terima kasih untuk pesan harapan dan cinta anda."
Para pembaca pesan ini - apakah anda sekarang ini tinggal di bawah kutukan? Apakah anda berdosa kepada TUHAN - anda telah mendukakan Roh Kudus dalam hidup anda? Apakah anda menderita kekalahan karena godaan yang sangat kuat?
Yang perlu anda lakukan adalah mencari Firman Allah, dan anda akan menemukan Allah yang penuh kasih, cinta dan kasih sayang yang tak ada habis-habisnya. Raja Daud mengatakan:
"Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang." (Mazmur 130:3-4).
Seorang wanita yang bingung datang ke kantor saya sambil menangis tersedu-sedu, "Pak Wilkerson, Allah sekali waktu menyembuhkan saya dari alkoholisme. Tetapi baru-baru ini saya putus asa dan minum kembali. Sekarang saya tidak bisa berhenti. Saya telah mengecewakan Tuhan begitu buruk bahwa yang dapat saya lakukan sekarang hanyalah menyerah. Setelah Dia lakukan semuanya bagi saya, dan berpikir bagaimana saya telah mengecewakan Dia. Semuanya tak ada gunanya - saya hanya tidak pernah akan berhasil."
Saya yakin ada banyak kegagalan spiritual melebihi yang dapat kita sadari. Dan memang terdapat sebuah strategi setan yang dibangun untuk terjadinya kegagalan tersebut agar orang-orang yang telah dikalahkan ini menjadi jauh dari Allah. Tetapi kita tidak perlu membiarkan iblis menjadikan kekalahan yang sementara ini menjadi kekalahan neraka yang permanen.
Saya percaya ada jutaan orang seperti pelaut muda ini yang datang menemui saya. Dengan air mata berlinang yang keluar dari matanya ia berkata, "Ayah saya seorang pendeta, tapi saya telah mengecewakan dia begitu rupa. Saya begitu lemah, saya takut bahwa saya tidak akan pernah melayani Tuhan seperti seharusnya. Saya sangat mudah dipimpin ke dalam dosa."
Pengakuan seperti ini adalah tragis, tapi saya memiliki dorongan besar yang nyata bahwa beberapa pria dan wanita terkenal hebat di dalam Alkitab juga memiliki banyak kali kegagalan dan kekalahan.
Apakah anda ingin mempertimbangkan nabi Musa sebagai orang yang gagal? Hampir tidak! Dia orang hebat untuk Israel seperti halnya Washington dan Lincoln bersama-sama adalah orang hebat untuk Amerika - dan ada banyak orang hebat yang lainnya lagi. Tapi lihatlah lebih dekat lagi kehidupan si pemberi hukum yang hebat ini. Karirnya dimulai dengan sebagai seorang pembunuh, empat puluh tahun kemudian ia bersembunyi dari tindakan keadilan.
Musa adalah seorang yang penakut dan penuh ketidakpercayaan. Ketika Allah memanggilnya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan, ia mengaku,
“Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara ... utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus” (Keluaran 4:10, 13). Hal ini justru membuat Allah marah (4:14). Sepanjang hidupnya, Musa merindukan untuk memasuki Tanah Perjanjian, tetapi kegagalannya membuatnya tidak dapat mewujudkannya. Meskipun begitu, Allah membandingkan kesetiaan Musa dengan kesetiaan Kristus yang terdapat dalam kitab Ibrani 3:1, 2. Kegagalannya tidak membuat Musa keluar dari Daftar Orang-orang Jagoan yang Percaya kepada Allah.
Kita biasanya berpikir bahwa Yakub sebagai pejuang doa yang hebat yang bergumul dengan malaikat Tuhan dan menang. Yakub diberi visi tentang surga dengan para malaikat yang naik dan turun bumi dan surga. Namun kehidupan orang ini dipenuhi dengan kegagalan yang mencolok, dan Alkitab tidak menyembunyikan apapun dari semua kegagalannya.
Sebagai seorang pemuda, Yakub telah menipu ayahnya yang buta untuk mencuri warisan dari saudaranya. Iapun menikah, namun ia menghina istrinya, Lea dengan mengikat hubungan cinta yang mendalam kepada adiknya Rahel secara rahasia. Dia tidak bertanggung-jawab sebagai seorang suami. Setelah kelahiran setiap anak-anaknya, Leah terus berkata, "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, …" (Kejadian 29:34). Tetapi kenyataannya adalah - Yakub membencinya.
Inilah kisah seorang pria yang terjebak dalam jaringan tipu daya, korupsi, pencurian, ketidaksetiaan dan poligami. Namun demikian, kita masih menyembah Allah Abraham, Ishak dan Yakub.
Raja Daud, penyanyi mazmur dan prajurit perkasa, senang dalam menyelidiki hukum Tuhan dan berperan sebagai orang benar yang tidak akan berdiri di antara orang-orang berdosa. Namun, betapa mengejutkannya kelemahan orang besar ini. Ia mengambil Batsyeba dari Uria, suaminya, dengan mengirimkan orang yang tidak curiga ini untuk mati di antara para pasukannya yang berada di garis depan medan perang itu. Nabi Natan menyatakan dosa ganda ini dan memberikannya kesempatan besar bagi musuh-musuh Tuhan untuk menghujatNya.
Gambaran seorang raja agung yang sedang berdiri dekat peti mati anak haramnya, dengan seorang istri curian di sisinya dan dunia yang penuh dengan para musuh yang mengutuki Allah oleh karena dosa-dosanya yang terkenal itu. Daud berdiri di sana dengan kegagalan totalnya. Namun, Tuhan memanggil Daud sebagai seorang pria yang berkenan di hati-Nya sendiri (1 Samuel 13:14). Dia memberkati Musa, si pembunuh dan juga Yakub, si pembuat siasat yang licik, karena orang-orang ini telah belajar bagaimana mengambil keuntungan dari kegagalan mereka sendiri dan mereka telah pergi untuk mendapatkan kemenangan.
Jika anda telah dipatahkan semangatnya oleh kegagalan anda, saya punya kabar baik untuk anda. Tidak ada yang lebih dekat dengan Kerajaan Allah daripada pria atau wanita atau orang muda yang dapat melihat kekalahan di mata mereka, dan belajar untuk menghadapinya, dan maju terus untuk beralih ke dalam kehidupan yang damai dan penuh kemenangan. Berikut adalah program untuk melakukannya.
1. Jangan takut akan gagal. Hal ini tampaknya seperti sebuah reaksi otomatis. Ketika Adam berdosa, ia mencoba untuk menyembunyikan diri dari Allah. Ketika Petrus telah menyangkal Kristus, ia takut untuk menghadapi-Nya. Ketika Yunus menolak untuk berkhotbah kepada orang-orang Niniwe, ketakutannya mendorongnya ke laut untuk melarikan diri dari hadirat Tuhan.
Tetapi Tuhan telah menunjukkan kebenaran yang telah membantu saya berulang-kali: Sesuatu yang jauh lebih buruk dari kegagalan adalah ketakutan yang menghantui kegagalan itu sendiri. Adam, Yunus dan Petrus lari dari hadirat Allah bukan karena mereka telah kehilangan cinta mereka kepada-Nya, tetapi karena mereka takut apabila Dia amat sangat marah dengan mereka. Setan menggunakan rasa takut tersebut untuk membuat orang-orang untuk berpikir bahwa tidak ada gunanya lagi untuk mencoba.
"Pendakwa saudara-saudara kita" itu telah lama menunggu seperti burung pemakan bangkai agar anda gagal dalam berbagai cara. Kemudian ia menggunakan setiap kebohongan neraka untuk membuat anda menyerah, dan untuk meyakinkan anda bahwa Allah terlalu suci atau anda terlalu berdosa untuk dapat datang kembali kepadaNya. Atau ia akan membuat anda takut karena anda tidak cukup sempurna, atau memberitahukan anda bahwa anda tidak akan pernah mengatasi kegagalan anda.
Kegagalan ini membutuh waktu empat puluh tahun lamanya untuk Musa keluar dari ketakutannya dan untuk membuatnya untuk dapat digunakan Allah dalam rencanaNya. Sementara itu, rencana pembebasan Allah harus ditunda selama hampir setengah abad, menunggu seseorang belajar untuk menghadapi kegagalannya. Jika Musa atau Yakub atau Daud telah mengundurkan dirinya akibat kegagalan, mungkin kita tidak pernah mendengar kisah tentang orang-orang ini lagi. Namun, Musa bangkit kembali untuk menjadi salah satu pahlawan Allah yang terbesar. Yakub menghadapi dosa-dosanya, bertemu kembali dengan saudaranya yang telah ditipu, dan menggapai kemenangan baru yang tinggi. Daud berlari ke rumah Allah, terus meletakkan dirinya pada tanduk mezbah, menemukan pengampunan dan kedamaian dan kemudian kembali pada saat-saat terbaiknya. Yunus menelusuri kembali langkah-langkah itu, melakukan apa yang telah ia tolak pada awal mulanya dan melakukan kehendakNya dengan seluruh penduduk kota negara Niniwe itu dibawa ke dalam pertobatan dan pembebasan. Petrus bangkit dari abu penolakan untuk memimpin sebuah gereja Pentakosta.
2. Meskipun gagal, teruslah maju. Memang selalu terjadi bahwa setelah kegagalan, seseorang akan melakukan pekerjaan yang terbesar dalam hidupnya demi kemulian Allah.
Dua puluh tahun yang lalu saya duduk di dalam mobil kecil saya, menangis - akibat kegagalan yang mengerikan, pikirku. Saya telah dibuang begitu saja dari ruang sidang setelah saya pikir bahwa saya dipimpin oleh Tuhan untuk menyaksikan pembunuh remaja yang berusia tujuh belas tahun. Saya telah melihat gambar saya di tabloid dan surat kabar dengan judul, "Pengkhotbah yang sering melambaikan Alkitab itu menginterupsi Pengadilan PEMBUNUHAN." Usaha saya untuk menaati Allah dan untuk membantu para preman muda itu tampaknya seolah-olah itu berakhir dengan kegagalan yang mengerikan.
Saya ngeri membayangkan berapa banyak berkat yang akan hilang jika saya sudah menyerah di masa yang gelap itu. Betapa senangnya saya hari ini bahwa Tuhan mengajarkan saya untuk menghadapi kegagalan saya dan terus melangkah ke tahap berikutnya.
Saya tahu dari dua orang percaya Allah yang luar biasa ini - keduanya telah melayani ribuan orang - yang jatuh ke dalam dosa yang dilakukan Daud terhadap Batsyeba. Salah seorang pendeta memutuskan bahwa ia tidak bisa meneruskan hidupnya lagi. Hari ini dia minum dan mengutuk Kristus yang pernah ia khotbahkan. Sementara itu, pendeta lainnya bertobat dan memulai hidupnya yang baru. Dia sekarang sedang mengepalai sebuah program misi internasional yang mencapai ribuan orang untuk Kristus. Kegagalannya telah ditinggalkan. Dia terus bergerak maju.
Dalam pelayanan saya dengan para pecandu narkotika dan sudah tidak dapat diperbaiki lagi hidupnya, saya telah mengamati bahwa mayoritas dari mereka yang kembali ke kebiasaannya yang lama, keburukannya akan menjadi semakin kuat dari yang sebelumnya ketika mereka menghadapi kegagalan mereka dan saat kembali kepada Tuhan. Mereka memiliki kesadaran khusus atas kuasa iblis, penolakan secara habis-habisan terhadap kepercayaan di dalam daging.
3. Meskipun gagal, teruslah beribadah. Hanya ada satu cara bagi Musa untuk selalu hidup di dalam kemenangan, karena ia memiliki temperamen seperti kebanyakan dari kita pada hari ini. Dia terus-menerus berhubungan dengan Tuhan, "... berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya" (Keluaran 33:11). Musa memelihara persahabatan yang dekat dengan Allah. Saya percaya bahwa rahasia kekudusan sangatlah sederhana: Tetap dekat dengan Yesus. Terus mencari wajah-Nya sampai anda menjadi seperti citra yang anda cita-citakan.
Suatu malam seorang wanita histeris menghentikanku di jalan dan berseru tentang pengakuan yang mengerikan. Sambil memegang lengan saya begitu keras sampai saya pikir dia akan merobeknya, dia berkata, "Pak Wilkerson, saya menghadapi saat yang paling gelap dalam hidup saya. Saya tidak tahu yang manakah yang akan saya katakan. Suami saya telah meninggalkan saya, dan itu semua adalah kesalahan saya. Ketika saya berpikir bahwa saya telah gagal terhadap Tuhan dan keluarga saya, hal itu menjadi hampir tidak mungkin bagi saya untuk tidur di malam hari. Apakah yang akan saya lakukan di dunia ini?"
Saya tergerak untuk mengatakan padanya, "Temanku, angkatlah tanganmu, sekarang di sudut jalan ini, dan mulailah menyembah Tuhan. Katakan kepada-Nya bahwa anda tahu bahwa anda telah gagal, tetapi anda masih mengasihi Dia begitu rupa. Lalu pulanglah ke rumah dan berlututlah. Jangan meminta sesuatu apapun dari Tuhan - hanya angkatlah hati dan tangan anda dan menyembah Dia."
Saya meninggalkan wanita itu berdiri di sudut jalan dengan tangan terangkat ke surga, air matanya mengalir di pipinya, memuji Tuhan dan dengan segera ia mencicipi kemenangan yang mulai melonjak kembali ke dalam hidupnya.
Sekarang, biarkanlah saya berbicara tentang kegagalan anda sendiri. Apakah anda memiliki masalah di rumah anda? Sudahkah beberapa kebiasaan buruk anda mencengkeram hidup anda begitu hebatnya sehingga anda tidak bisa mengalahkannya? Apakah anda tersiksa di dalam pikiran atau roh? Apakah Allah telah menyuruh anda untuk melakukan sesuatu namun anda telah gagal untuk melakukan? Apakah anda keluar dari kehendak Allah? Apakah anda diburu oleh kenangan-kenangan yang pernah anda alami pada suatu waktu yang lalu? Atau dengan beberapa visi tentang bagaimanakah anda seharusnya?
Kalau memang demikian sembahlah Tuhan di tengah-tengah kegagalan anda! Pujilah Dia! Agungkanlah Dia!
Semuanya ini kedengarannya seperti terlalu disederhanakan, tetapi cara untuk melewati kegagalan sebenarnya cukup sederhana untuk diikuti baik bagi anak-anak, orang-orang bodoh dan bahkan para pemegang gelar PhD (doctoral) sekalipun agar dapat menjadi sukses. Kristus berkata,
"Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" (Yohanes 6:37).
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu (kegagalan) dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28).
Jangan takut akan kegagalan. Teruslah bergerak maju walaupun gagal. Sembahlah Allah sampai kemenangan itu datang.
Bagian tersulit dari iman adalah setengah jam yang terakhir. Teruskanlah, dan anda masih akan menghadapi jam yang terbaik untuk anda.