Hai Umat Kristiani, Tanggalkanlah rasa bersalahmu

Umat Kristiani adalah makhluk aneh. Mereka melakukan perjalanan keliling dunia, memberitakan kasih Yesus dan pengampunan-Nya untuk setiap dan semua dosa manusia. Mereka memberitakan kepada orang kafir, pecandu narkoba, pecandu alkohol, pelacur - "Datanglah pada Kristus dan engkau akan diampuni. Dia telah mengampuni dosa-dosa anda di atas kayu Salib - jadi datanglah dan terimalah pengampunan dan penyembuhan untuk semua rasa sakit anda. Anda dapat memiliki kedamaian dan kebebasan dari rasa bersalah." Sebagai akibatnya, orang-orang berdosa, yang telah dinyatakan bersalah untuk setiap jenis perbuatan kegelapan yang disembunyikan dan jahat, dengan senang hati datang kepada Kristus dan dengan serta merta mereka diampuni dan dibebaskan dari kesalahan mereka.

Tetapi yang tersulit dilakukan oleh umat Kristiani di dunia ini adalah menerima kasih dan pengampunan yang sama untuk dirinya sendiri seperti yang ia khotbahkan kepada orang-orang berdosa. Kita, umat Kristiani merasa begitu sangat sulit untuk mengizinkan diri kita sendiri untuk mendapatkan kebebasan yang sama dari rasa bersalah yang kita tawarkan melalui Kristus untuk para pelacur dan pemabuk.

Para umat Kristiani itu berbuat dosa terhadap Tuhan, kemudian mereka melanjutkannya dengan menanggung beban rasa bersalah yang menyiksa. Mereka ingin membayar kegagalan mereka. Mereka ingin dihukum. Mereka ingin melakukan penebusan dosa atau menderita semacam rasa sakit sebelum mereka diampuni. "Tetapi Tuhan," kata umat Kristiani yang berselisih pendapat, "Saya berdosa dengan mata yang terbuka lebar: saya mengetahuinya dengan begitu baik. Saya tahu sebelum saya melakukannya bahwa saya sedang melanggar sebuah perintah. Bagaimana mungkin saya dapat diampuni karena saya telah mendukakan Juruselamatku dengan perbuatan penghinaan semacam itu. Saya mengabaikan suara Roh Kudus dan dengan keras kepala melakukan dosa."

Rasa bersalah itu berbahaya karena akan menghancurkan iman. Musuh jiwa kita sama sekali tidak tertarik untuk membuat orang Kristen menjadi pezinah, pecandu atau pelacur. Ia tertarik hanya pada satu hal saja - mengubah umat Kristiani itu menjadi orang-orang yang tidak percaya kepada Allah. Dia menggunakan nafsu tubuh jasmaniah untuk mengikat pikiran.

Setan tidak ingin Ayub menjadi seorang pezinah, atau pecandu narkoba atau pemabuk anggur. Tidak! Setan hanya ingin satu hal terhadap Ayub - untuk mengutuki Allah! Dia ingin menghancurkan imannya kepada Allah. Ini terjadi sekarang ini. Pertempuran anda dan saya yang nyata adalah bukan yang berhubungan dengan seks, alkohol, narkoba atau nafsu. Pertempuran ini berhubungan dengan iman kita! Apakah kita percaya bahwa Allah adalah Alllah pembebas? Apakah Dia selalu berada di sisi kita untuk menolong kita di dalam masa pencobaan?

Apakah janji-janji-Nya itu benar sejati? Apakah benar adanya pembebasan dari dosa? Apakah pada hari ini Allah benar-benar menjawab doa kita? Apakah Dia akan membawa kita keluar dari pertempuran dengan kemenangan? Akankah sukacita berganti setelah adanya tangisan?

Setan ingin agar anda menjadi begitu hancur dengan rasa bersalah, anda akan melepaskan iman anda. Dia ingin anda meragukan kesetiaan Allah. Dia ingin anda berpikir bahwa tidak ada yang benar-benar peduli terhadap anda. Bahwa anda akan hidup dalam kesengsaraan dan dengan patah hati. Bahwa anda akan selalu menjadi budak nafsu anda. Bahwa kekudusan Allah itu tidak dapat dicapai. Bahwa anda ditinggalkan sendirian untuk memecahkan masalah anda sendiri. Bahwa Allah tidak peduli lagi dengan kebutuhan dan perasaan anda. Jika si setan dapat membawa anda ke titik keputus-asaan, ia juga dapat membanjiri anda dengan ketidakpercayaan – dengan demikian ia telah berhasil dalam menjalankan misinya. Tiga langkah sederhana yang mengarah ateisme adalah - rasa bersalah, keraguan dan ketidakpercayaan.

Rasa bersalah bisa menggerogoti vitalitas rohani yang dimiliki umat Kristiani yaitu seperti kanker yang sedang mengganas. Hal ini menyebabkan seseorang kehilangan kontrol atas kehidupannya; yang akan mengarah ke keinginan untuk berhenti atau pensiun dari kegiatan spiritual; dan akhirnya, ia membawa pada rasa sakit fisik dan penyakit. Seperti kanker, rasa bersalah mengerogoti dirinya sendiri sampai semua kehidupan spiritualnya menjadi hilang. Kelemahan dan rasa malu dan kegagalan adalah buahnya.

Saya bertemu dengan para umat Kristiani di seluruh negeri ini yang terus menerus terbebani dengan beban rasa bersalah yang sangat besar. Mereka telah membuat diri mereka sendiri percaya bahwa mereka adalah pengkhianat Tuhan. Mereka hidup dalam penderitaan dan kesedihan spiritual pada setiap saat bangun tidur, karena beberapa dosa atau kelemahan yang tersembunyi. Mereka tidak bisa menerima pengampunan Ilahi yang diberikan untuk diri mereka sendiri, dan mereka hidup dalam ketakutan akan penghakiman Allah atas diri mereka sendiri atau keluarga mereka.

Siapakah jiwa yang sedih, rasa bersalah yang sarat ini? Mereka sering kali merupakan individu yang telah menikah, yang selama bertahun-tahun telah menjadi tawanan dalam pernikahan tanpa cinta, yang kemudian menemukan orang lain yang membangkitkan kehidupan mereka yang membosankan. Di mana pun, pernikahan mereka telah kehilangan asmaranya. Rasa sakit yang tidak akan tersembuhkan lagi; jalur komunikasi yang telah terputus. Suatu hari kemudian, bahkan tanpa dicari, seseorang lain memasuki gambaran hidupnya. Sebuah kata lembut, sentuhan lembut, dan sejenis kebangkitan yang baru. Seseorang yang menyalakan bara yang telah sekarat - dan lahirlah hubungan cinta yang rahasia. Mereka mengalami kenyamanan dalam kata-kata dari lagu yang mengatakan, "Ini tidak akan bisa salah, ketika tampaknya menjadi sangat benar."

Namun seringkali anak-anak menjadi masalah yang perlu dipertimbangkan termasuk; reputasi; pekerjaan atau pelayanan. Tetapi di atas segalanya, yang membawa kita pada rasa bersalah adalah pengetahuan bahwa hukum-hukum Allah sedang dilanggar. Tuhan tidak akan tersenyum dengan hal ini. Dia tidak akan melimpahkan berkat-Nya dengan perkara ini. Kemudian perang pun dimulai. Terpecah di untuk tetap setia kepada Allah dan janji pernikahan – rasa bersalah pun akhirnya terus menumpuk. Mereka ingin keluar dari sebuah pernikahan yang tak berpengharapan, tetapi tanpa tidak menyenangkan hati Allah.

Terdapat ribuan orang yang terjebak dalam perangkap semacam ini - bahkan termasuk para pendeta/pelayan Injil. Semakin mereka mencintai Allah, semakin buruk rasa bersalah mereka. Beberapa orang mampu melepaskan diri dari rasa bersalah tersebut namun hidup dengan terus memanjakan diri dalam perselingkuhan rahasia mereka, dan membenarkan diri mereka sendiri dengan alasan yang rumit. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak bisa berlaku jujur ​​dengan hati mereka sendiri, sehingga mereka terus hidup dengan menumpuk rasa bersalah itu.

Kemudian, bagaimana dengan semua rahasia nafsu kedagingan lainnya yang menghantui jiwa mereka? Umat Kristiani yang memanjakan dirinya dengan minuman? Atau, terlalu banyak obat-obatan yang telah menyebabkan mereka menjadi ketergantungan? Bagaimana dengan ribuan umat Kristiani yang terjebak dalam kebiasaan pornografi? Sebuah atraksi aneh mengirim mereka kembali ke rumah-rumah untuk menonton film X atau ke kios-kios untuk membeli majalah telanjang. Bukan hanya sekali atau dua kali - tapi hampir setiap kali, dia hanya sendirian - terutama ketika mereka di jalan. Ya - Saya sedang berbicara tentang orang-orang Nasrani.

Perselingkuhan rahasia, minum obat-obatan, pornografi, homoseksualitas, lesbianisme dan banyak kelemahan manusia lainnya – semuanya menjadi penyebab utama dari rasa bersalah. Orang-orang berdosa dapat menikmati salah satu atau semua dosa-dosa ini dan bukannya pertempuran dengan rasa bersalah. Tidaklah demikian bagi anak Allah yang sejati.

Sayangnya, banyak umat Kristiani yang saleh bersembunyi di balik topeng puritan dan pergi seperti seorang pemungut cukai pada waktu Kristus hidup di dunia, yang membual, "Terima kasih Tuhan, aku tidak seperti orang-orang berdosa itu." Untuk mendengarkan mereka yang mengatakan bahwa pernikahan mereka sempurna dan moral mereka baik dan suci. Janganlah percaya! Kita semua telah berbuat dosa dan telah kehilangan kekudusan Allah. Tidak ada satu kebenaran apapun yang dihasilkan dari kekuatan mereka sendiri. Tunjukkanlah kepada saya kekudusan jiwa yang ada di bumi ini, dan saya akan menunjukkan seseorang yang sedang bertempur terhadap godaan seperti yang dihadapi umat Kristiani lainnya. Dan jika seorang umat Kristiani ingin menyembuhkan dirinya sendiri dengan cara menghakimi orang lain, yang perlu ia lakukan adalah melihat ke dalam dirinya sendiri dan jujurlah dengan perjuangan batinnya sendiri. Itulah yang seharusnya kita lakukan untuk menjauhkan kita dari semua kekhawatiran tentang keadaan rohani orang lain.

Salah satu hal yang baik yang harus keluar dari perjuangan bathin seorang umat Kristiani dengan keinginan daging adalah bahwa ia belajar untuk berhenti melemparkan batu; yaitu, jika ia jujur dengan dirinya sendiri. Firman Tuhan memerintahkan, "… sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:13).

Mungkin dari semua perjuangan yang mengerikan dari umat Kristiani saat ini adalah belajar bertahan dalam penderitaan, dan kita akan menemukan suatu semangat baru untuk bertoleransi dan kasih bagi orang lain. Mungkin menjadi orang sedemikian banyak diampuni akan menyebabkan, yang pada gilirannya, mengampuni orang lain juga atas kekurangan mereka.

"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Efesus 4:32).

Apakah ada pembebasan dari rasa bersalah? Dapatkah umat Kristiani mengatasi ketertarikan yang begitu dalam dengan; kecanduan, kelemahan - dengan cara yang jujur ​​dan saleh - dan menemukan kebebasan sejati dari kuasa dosa? Akankah Allah secara terus-menerus mengampuni, sementara perjuangan terus saja berlangsung? Jika dosa yang mengepung terus melanda orang percaya, akankah Allah terus saja mengampuni sampai kemenangan menjadi kenyataan?

Beberapa orang yang sangat saleh yang telah mengaku kepada saya bahwa Firman Allah mencobai mereka sedemikian hebat. Janji-janjiNya terdengar seperti digenapi secara otomatis, tetapi nyatanya tidaklah demikian. Perintah Allah mengatakan tidak; tetapi daging kita lemah sehingga tidak bisa taat. Kemudian kita meneruskannya dan melakukan apa yang kita tahu akan menjadi dosa. Firman Allah mengatakan, "... maut tidak berkuasa lagi atas Dia" (Roma 6:9). Namun, hal itu tampaknya tidak berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

"Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa" (Roma 7:24-26).

Pertanyaannya adalah, dari manakah saya mendapatkan kekuatan untuk menahan hawa nafsu bathinku ini? Apakah hal itu hanya berupa kemauan belaka? Apakah saya mengertakkan gigi saya dan berkata, "Saya hanya menjauhi hal-hal dosa itu - tidak pernah membiarkannya terus-menerus sehingga saya berada di dalam kekuasaannya"? Apakah Allah mengharapkan saya untuk menolaknya dengan kekuatan yang saya miliki? Dapatkah saya pada akhirnya menang atas dosa yang mengepung saya dalam sekejap saja?

Yang lainnya berkata dengan fasihnya, "Hanya dengan menghentikannya saja. Hentikanlah. Menjauhlah dari itu. Anda tahu ada sesuatu hal yang lebih baik - apakah yang menjadikannya begitu sulit?" Oh, ya - tetapi bagi orang-orang yang sama, yang merasa begitu mudah untuk menjauhi dari semua nafsu daging dan keinginan dunia, justru menemukan bahwa hampir tidak mungkin untuk menjauhi dari rasa kesepian mereka sendiri, kesedihan mereka sendiri, ketakutan mereka sendiri, perjuangan dengan kesehatan mereka sendiri. Setiap umat Kristiani di bumi ini bergumul dalam pertempuran bathin – tak seorang pun yang kebal!

Cara untuk menyingkirkan rasa bersalah adalah menyingkir dari dosa. Kedengarannya sederhana, tetapi tidaklah demikian. Anda tidak hanya merubah pikiran anda untuk "menjauh" dari pihak ketiga yang telah berpusat dalam kehidupan anda. Banyak orang telah mencobanya namun menemukan bahwa hal itu tidaklah berjalan sebagaimana mestinya. Anda tidak hanya berjalan menjauh dari hal-hal yang mengikat tersebut. Ayat-ayat Alkitab menghantui anda. Alkitab itu mengatakan, "Tanggalkanlah, hai orang tua ... kesampingkanlah dosa yang sedang melanda ... larikanlah dirimu menjauh dari munculnya kejahatan ... berjalanlah di dalam Roh Kudus dan anda tidak akan memenuhi keinginan dagingmu." Itulah apa yang anda inginkan - kebebasan dari belenggu dosa yang begitu mudah mengepung anda - untuk berjalan di dalam Roh Kudus secara lengkap dan hidup seutuhnya untuk berkenan kepada Allah. Tetapi anda tampaknya tak berdaya dalam menanggalkan semua keinginan tersebut.

Bila anda tidak bisa mengatasinya dan anda akan terus jatuh terkapar, kegagalan demi kegagalan - lalu anda mulai berpikir, "Ada sesuatu yang sangat salah dengan diri saya. Saya seorang yang sensual, jahat, dan seorang anak yang lemah. Allah seharusnya muak dengan semua kegagalan saya. Saya sudah membuat-Nya menjadi marah. " yaitu ketika rasa bersalah telah membanjir di hidup saya seperti gelombang laut yang pasang.

Berpegang teguhlah, hai anak-anak Allah - semua orang berada di dalam perahu yang sama. Tidak semua dari kita bergumul dengan perselingkuhan rahasia atau kecanduan dengan keinginan daging. Beberapa dari kita berjuang dengan musuh yang lebih berbahaya – yakni keraguan. Meragukan kepedulian Allah dan keterlibatan dalam kehidupan hari-hari yang dapat menyebabkan rasa bersalah yang mengerikan. Sesungguhnya tidak ada godaan yang menimpa diri anda yang tidak umum bagi semua orang. Anda tidak akan menghadapi beberapa pencobaan yang aneh, tapi hanya pencobaan yang unik untuk anda. Sementara itu, ribuan orang lainnya akan melewati perjuangan yang sama.

Langkah paling penting yang pernah anda buat dalam hidup anda adalah langkah anda setelah anda gagal melakukan kehendak Allah. Apakah anda percaya pada kebohongan si penuduh dan menyerah dalam keputusasaan, atau akankah anda membiarkan diri anda untuk menerima aliran pengampunan dari kasih Allah yang begitu sering anda khotbahkan kepada orang lain?

Apakah anda takut meminta pengampunan-Nya karena anda tidak benar-benar yakin ingin terbebas dari perkara yang mengikat anda? Apakah anda menginginkan Tuhan, namun yang secara diam-diam menantikan sesuatu atau seseorang yang sebenarnya bukan milikmu yang sah? Allah mampu menjawab doa yang tulus, yang membuat anda ingin melakukan kehendak-Nya yang sempurna. Mintalah kepada-Nya untuk membuat anda ingin memenuhi kehendak-Nya.

"karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (Filipi 2:13).

Ketika seorang umat Kristiani berdosa, ia merasa bahwa hadirat Allah telah tertutup baginya, sama seperti yang Adam lakukan. Allah selalu berada di hadiratNya, menunggu untuk berbicara, tetapi dosa menyebabkan manusia untuk mundur dari hadiratNya. Allah tidak pernah meninggalkan kita - hanya manusialah yang meninggalkanNya. Sebenarnya, orang yang hidup dalam dosa, merasa takut untuk membuka dirinya terhadap Allah karena takut bahwa Dia akan meminta kepatuhan anda untuk hidup kudus sebelum anda bersedia untuk menyerahkan dosa anda. Umat Kristiani yang berbuat dosa tahu bahwa, "Jika saya mendekatkan diri saya kepada Yesus, Roh Kudus akan menunjukkan jari-Nya kepada dosa rahasia saya, dan saya harus menyerahkannya - dan saya belum siap untuk itu."

Tidak ada gunanya bertanya pada diri anda sendiri, "Bagaimana mungkin saya bisa sampai pada kekacauan ini? Mengapa saya harus tergoda sampai sejauh ini? Mengapa ada percobaan seperti itu padahal saya tidak memintanya ataupun menginginkan? Mengapa saya, Tuhan?" Jangan salahkan setan pula. Kita berdosa ketika kita telah terseret oleh keinginan hati kita sendiri dan oleh ketertarikannya.

Janganlah pernah membenarkan diri atas kesalahan yang anda lakukan! Hanya ada satu cara untuk menjadikan anda "keras" dengan dosa, yaitu membenarkan diri atas perbuatan dosa tersebut. Umat Kristiani yang belajar untuk membenci dosa mereka tidak akan "menyerahkan diri" pada kuasa dosa tersebut. Sebagai umat Kristiani, kita tidak boleh melupakan dosa yang "melampaui perbuatan dosa" itu sendiri. Tetap hidup nyaman dengan dosa anda.

Saya mendengar kabar tentang seorang penginjil yang hidupnya terbuka, tanpa tahu malu akan perzinahannya, "Yah, setidaknya dia jujur ​dengan hal itu. Dia tidak mencoba untuk menyembunyikan perzinahannya seperti beberapa pendeta/pelayan Injil yang melakukannya secara diam-diam." Tetapi saya melihat tidak adanya kejujuran​​ sama sekali dalam hal perzinahan itu. Penginjil yang sering berzinah tersebut benar-benar telah dibutakan oleh banyaknya pembenaran diri sendiri. Dia tidak memiliki rasa bersalah, karena ia telah memberikan dirinya pada kebohongan dan telah menjadi korban dari pikiran yang terkutuk tersebut. Di sisi lain, orang terus berjuang, membenci pakaiannya yang ternoda, membenci semua perbuatan dosa terhadap Allah - memiliki semua fasilitas surgawi yang tetap setia dan siap untuk membantunya. Hingga kemenangan itu datang, teruslah membenci semua kesalahan anda.

Sahabat Kristiani yang saya kasihi -  janganlah pernah membatasi pengampunan Allah kepada anda! Pengampunan dan panjang sabar-Nya tidak memiliki batas. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Bahkan jika ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia" (Lukas 17:4).

Dapatkah anda percaya akah hal seperti itu? Tujuh kali sehari orang itu dengan sengaja berbuat dosa di depan mata saya, kemudian berkata, "Maafkanlah aku." Dan saya memaafkannya – secara terus-menerus! Betapa lebih banyak lagi Bapa Surgawi akan mengampuni anak-anak-Nya yang datang dalam sikap pertobatan kepada-Nya? Janganlah berhenti hanya dengan alasan sudah beres! Janganlah bertanya bagaimana atau mengapa Dia mengampuni kita dengan begitu bebasnya. Cukuplah menerima pengampunanNya!

Yesus tidak berkata, "Maafkan saudaramu sekali atau dua kali, lalu menyuruhnya pergi dan jangan berbuat dosa lagi. Katakanlah padanya bahwa jika ia pernah melakukannya lagi, ia akan dibuang. Katakanlah padanya bahwa ia seorang yang memiliki kebiasaan buruk, seorang berdosa yang tak berpengharapan." Tidak, bukan begitu! Yesus memanggil semua orang tanpa batas, tanpa ikatan untuk menerima pengampunanNya!

Inilah sifat Allah yang sejati dalam mengampuni. Daud berkata, "Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni, dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu" (Mazmur 86:5). Allah sedang menunggu anda saat ini untuk membanjiri keberadaan anda dengan sukacita pengampunan. Anda hanya perlu membuka semua pintu dan jendela jiwa anda dan membiarkan Roh-Nya untuk membanjiri anda dengan pengampunan.

Yohanes, berbicara sebagai seorang umat Kristiani, dan ia menulis, "Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia" (1 Yohanes 2:2).

Menurut Yohanes, tujuan dari hidup setiap umat Kristiani adalah "tidak berdosa." Itu berarti, umat Kristiani tidak tunduk terhadap dosa, tetapi berpegang teguh, bersandar kepada Allah. Tetapi apakah yang terjadi ketika bahwa anak Allah yang bersandar kepadaNya itu berbuat dosa?

"Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (1 Yohanes 2: 1, 1:9).

Anda tidak hanya berbaring di dalam kesalahanmu, dosamu, maupun perjuangan bathinmu - seolah-olah itu adalah jaketmu yang dibuka dari belakang anda. Anda meninggalkan semuanya itu melalui pekerjaan ajaib dari Roh Kudus Allah. Roh Kudus menanggapi orang-orang yang patah hati dan menjangkau dalam iman untuk merebut janji-janji Allah. Dia kemudian menanamkan sifat ilahi-Nya kepada jiwa yang lapar itu. Serangkaian peristiwa ajaib pun mulai terungkap. Tiba-tiba, datanglah orang kudus Allah dengan keinginan yang baru untuk mengakui, untuk berserah kepada kehendak Allah, untuk menjadi seperti Yesus, untuk melihat segala sesuatu dalam cahaya keabadian, untuk mengalami penyerahan yang seutuhnya.

Roh Kudus membawa bejana jiwa kita di sekitar cara berpikir Allah. Kita akan mengalami segala sesuatu yang kita yakini baik bagi kita. Kita tidak akan mengingini apa yang bukan milik kita. Tapi Allah melihatNya ke dalam lubuk hati kita, dan Ia tahu apa yang terbaik bagi kita. Cara-cara kita dan jalan pikiran kita bukanlah cara-Nya atau pikiran-Nya. Allah akan memberikan sesuatu yang lebih baik kepada anak-Nya yang berserah, jika dia meninggalkan rencananya sendiri.

Apakah yang berdiri di antara anda dan Allah? Apakah sebuah dosa rahasia? Nafsu kedagingan? Keraguan? Ketakutan? Kecemasan? Itulah yang menjadi penyebab rasa bersalah anda. Bersedialah untuk meletakkannya dan menyerahnya pada kaki Salib Yesus. Buatlah pemakaman anda di sana – menguburkan rasa sakitmu dan kematianmu - kemudian bangkitlah dalam ketaatan dan berjalanlah dalam Roh. Allah tidak akan mengecewakan anda. Dia akan menggantikan sarana jiwa yang kosong itu dengan sesuatu yang jauh lebih baik, sesuatu yang menyenangkan hati-Nya sendiri - dan menyediakan sukacita yang lebih banyak bagi anda dibandingkan dengan apa yang telah anda serahkan.

Tanggalkanlah rasa bersalahmu – hai sahabatku! Anda tidak perlu membawa beban yang sama untuk satu menit berikutnya. Bukalah semua pintu dan jendela hati anda, dan biarkanlah kasih Allah mengalir masuk ke dalam hatimu! Dia mengampuni anda – berulang-ulang kali, sekali lagi dan lagi! Dia akan memberikan anda kekuatan untuk melihat kemenangan melalui perjuangan anda. Jika anda memohon - jika anda bertobat - anda akan segera diampuni! Terimalah – sekarang ini!