Korban ucapan syukur!
Satu dari ayat-ayat terpenting di alkitab terdapat dalam surat Rasul Petrus yang pertama. Rasul Petrus berbicara tentang perlunya pengujian akan iman kita : "Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diriNya" (1 Petrus 1:7).
Dalam kapitel yang sama, Petrus berbicara juga kepada kita tentang tindakan apa yang dapat kita lakukan ketika menghadap ujian iman semacam itu : "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berduka cita oleh berbagai-bagai pencobaan" (ayat 6).
Kata Yunani yang dipakai untuk kata "pencobaan" di sini berarti "membuktikan, menguji, mencobai dengan kesulitan-kesulitan dan keadaan-keadaan yang tidak mengenakkan." Terjemahan lainnya mengartikan sebagai berikut : "menempatkan dalam suatu keadaan utk membuktikan ketahanan terhadapan kesengsaraan." Petrus mencoba untuk mengatakan, "Jika engkau adalah pengikut Kristus, engkau akan melewati banyak cobaan dan ujian. Engkau akan dites dengan berat !"
Petrus mencoba menjelaskan bahwa ujian iman semacam itu tidak ditujukan kepada orang Kristen gampangan. Pengujian api ini ditujukan kepada orang-orang percaya yang memberikan diri sepenuhnya - mereka yang dikuduskan, taat dan mereka yang menerima percikan darah Yesus - orang-orang Kristen yang memiliki pengharapan yang hidup karena iman mereka (lihat ayat 2-5).
Singkatnya, Allah berkata kepada kita lewat perikop ini : " Imanmu berharga bagiKu - lebih berharga daripada seluruh kekayaan di dunia ini, yang suatu saat nanti akan binasa ! Dan di hari-hari akhir ini, di mana iblis melancarkan segala bentuk kejahatan melawan engkau - Aku ingin agar engkau tetap dapat berdiri teguh, dengan iman yang tak tergoyahkan." "Namun untuk menghasilkan iman seperti emas yang demikian di dalammu, Aku harus membawa engkau ke suatu tempat pengujian yang berat. Logam-logam mulia hanya bisa diuji dengan api. Jadi engkau harus tahu dengan jelas bahwa pencoban-pencobaan yang berat itu sedang datang !"
"Pencobaan yang seperti api ini hanya berlangsung untuk sesaat. Kamu akan melalui waktu yang penuh dengan kesukaran, kesedihan, kemalangan, duka cita, keputusasaan. Langit akan sepertinya kelihatan kelabu.Waktu-waktu di mana kamu dipaksa untuk menyerah. "
"Tapi Aku akan tetap memelihara dan memberkati engkau lewat setiap hari yang kelabu ! Bagianmu hanyalah beriman kepada-Ku. Dan kamu akan dipelihara dengan oleh kuasa-Ku, lewat iman !" "... yaitu kamu yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu, sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada jaman akhir" (ayat 4-5). Saudara yang terkasih, pengujian akan iman kita ini sangat penting, karena kuasa Allah yang memelihara dan membebaskan dilepaskan menurut ukuran iman kita kepada-Nya. Semakin kuat iman kita, semakin besar kuasa pemeliharaan yang dilepaskan dalam hidup kita.
Paulus menyaksikan bahwa ia pernah mengalami keadaan-keadaan yang tidak mengenakkan dan cobaan-cobaan tapi ia telah menanggungnya dengan sabar : ".... dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan ....... " (Kis 20:19). Rasul Paulus menggunakan kata Yunani yang sama untuk kata "pencobaan" yang digunakan Petrus yang berarti "pengujian, pecobaan, menempatkan dalam keadaan yang tidak enak." Ia mengakui, " Aku tahu bahwa dalam segala sesuatu yang kulalui, Allah sedang mencoba untuk memoles sesuatu di dalamku. Ia ingin menghasilkan iman yang sabar dalam menanggung segala sesuatu di dalamku !"
Yakobus menulis, "Saudara-saudara, anggaplah sebagai sesuatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yak 1:2-3). Yakobus tidak berbicara di sini tentang pencobaan karena nafsu atau mengikuti keinginan daging. Tidak ! Ia menggunakan kata Yunani yang sama untuk kata "pencobaan" seperti Petrus dan Paulus maksudkan "menempatkan dalam keadaan yang tidak enak." Yakobus mecoba mengatakan, " Ketika ujian berat datang terhadapmu, bersuka citalah ! Kamu bisa yakin bahwa dalam saat seperti itu Allah tetap bekerja di dalammu. Itu bukannya iblis yang berusaha untuk menjatuhkanmu tapi Allah yang ingin membangun hidupmu. Ia tetap bekerja, menyertaimu ke tempat di mana engkau bisa beristirahat dan beriman kepada-Nya !" Aku percaya satu dari banyak hal penting yang Allah ingin bereskan dalam gereja-Nya adalah ketidaksabaran. Ketidaksabaran adalah akar penyebab dari menggerutu dan mengeluh. Di mana ada ketidaksabaran, di situ tidak akan ada iman.
Dan orang-orang pilihan Allah terkenal jelek dengan ketidaksabaran mereka. Sepanjang sejarah, seringkali kita memberikan Allah batas waktu, dengan menjerit, " Tuhan, berapa lama lagi kami harus berdoa untuk hal ini ? Di manakah engkau ? Jika engkau tidak bersegera mengerjakan sesuatu, pasti akan sangat terlambat !"
Namun Allah tidak menjawab doa yang semacam itu. Pada kenyataannya, Ia tetap menguji kita utk membereskan roh kita yang tidak sabar !
Petrus berkata kepada kita : "maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan....."(2 Petrus 2:9). Sekali lagi, kata Yunani yang sama untuk "pencobaan" dipakai di sini., yang berarti "menempatkan dalam keadaan yang tidak enak".
Dan Paulus menulis : "Pencobaa-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai. Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (1 Korintus 10:13).
Sangat jelas, Allah tidak ingin membiarkan kita dalam pencobaan-pencobaan kita. Untuk apa Dia mesti tertarik dalam membiarkan kita di tengah-tengah pencobaan dan kesengsaraan ? Ia tidak mendapat kemuliaan sama sekali dalam pengujian terhadap anak-anakNya tapi Ia mendapat kemuliaan dari hasil pengujian terhadap iman kita !
Cuma ada satu cara untuk keluar dari setiap pencobaan kita dan itu dengan cara melewati tes itu. Coba pikirkanlah : Jika Anda di sekolah, bagaimana caranya Anda dapat selesai ? Dengan cara melewati ujian. Dan jika Anda tidak lulus, Anda akan dikirim balik ke kelas.
Hal itu terjadi dalam bangsa Israel, ketika Allah membawa mereka ke Laut Merah. Allah menguji orang-orang-Nya, mencobai mereka. Ia membawa mereka kepada situasi kritis dikelilingi gunung dari kedua belah sisi, laut di sisi lain dan di sisi lain lagi musuh bergerak mendekati mereka.
Ayat dalam Yakobus, ".... jatuh ke dalam berbagai pencobaan..." (Yak 1:2), menunjuk balik kepada pencobaan terhadap bangsa Israel. Ayat itu berarti, "direndahkan sampai ke dasar dan dikelilingi oleh musuh." Ini adalah apa yang terjadi pada bangsa Israel. Allah mengijinkan mereka masuk ke dalam lembah kekelaman situasi yang tidak memungkinkan bagi manusia !
Namun Tuhan menempatkan bangsa Israel dalam situasi demikian dengan harapan akan reaksi tertentu. Ia ingin orang-orang-Nya mengakui ketidaksanggupan mereka. Ia ingin mendengar mereka berkata, " Kami ingat bagaimana Allah telah melepaskan kami dari tulah-tulah. Kami ingat bagaimana Ia membawa kami keluar dari panasnya penderitaan, di mana kami harus bekerja tanpa bahan yang cukup dan tanpa istirahat. Malaikat maut datang ke atas negeri tapi tidak seorang pun anak-anak kami terkena.
" Tuhan telah melepaskan kita dan Ia akan melakukannya lagi ! Mari kita bersuka dalam kesetiaanNya. Ia adalah Tuhan dan Ia telah berjanji akan terus memelihara kita. Ia akan melindungi kita dari setiap musuh yang datang menyerang kita. Sekarang mari kita menari untuk Tuhan dengan penuh rasa terima kasih dan ucapan syukur !"
Anda mungkin berpikir, "Bagaimana mungkin Allah mengharapkan reaksi yang demikian dari bangsa Israel ? Mereka cuma manusia biasa dan mereka ada dalam situasi yang tidak berpengharapan. Benarkah mereka diharapkan menari dalam keadaan yang demikian ?"
" Ya sungguh ! Itu adalah rahasia untuk keluar dari kesulitan mereka. Anda lihat, Allah menginginkan sesuatu dari kita semua di saat menghadapi kesulitan dan pengujian yang membingungkan. Ia ingin agar kita mempersembahkan korban ucapan syukur di tengah-tengah situasi itu semua !
Aku percaya Yakobus telah menemukan rahasia, ketika dia menasihati, " ..... anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagi-bagai pencobaan....." (Yak. 1:2). Ia sepertinya mengatakan, "Jangan menyerah ! Buat altar di dalam hatimu dan persembahkanlah korban ucapan syukur di tengah-tengah pencobaanmu."
Tentu saja, bangsa Israel telah mempersembahkan korban pujian dan ucapan syukur kepada Allah tapi mereka melakukan itu pada seberang Laut Merah ! Ya mereka bergembira semalam-malaman tapi Tuhan tidak disenangkan oleh hal itu. Setiap orang bisa berteriak dengan penuh ucapan terima kasih ketika kemenangan datang. Tapi pertanyaan yang Tuhan ajukan kepada bangsa Israel adalah : "Maukah engkau memuji-Ku sebelum Aku mengirimkan pertolongan selagi kamu masih dalam medan pertempuran ?"
Aku percaya jika bangsa Israel mau bersuka cita di "sisi pencobaan" dari Laut Merah, mereka tidak perlu dites lagi di sumber mata air Mara. SeAndainya mereka melewati ujian di Laut Merah, air di Mara tidak akan terasa pahit melainkan manis rasanya. Dan bangsa Israel akan melihat air yang mengalir di mana pun di padang gurun, daripada melanjutkan perjalanan tapi tetap merasa haus.
Pada kenyataannya, Tuhan terus menguji bangsa Israel, sambil menunggu iman mereka bangkit. Waktu demi waktu mereka terus menghadapi medan pertempuran, pengujian dan pencobaan karena mereka tidak pernah mempersembahkan kepada Tuhan iman mereka. Dan pengujian-pengujian itu menjadi semakin sulit dan berat karena mereka tidak pernah sekalipun berhenti di tengah-tengah pencobaan mereka dann memberikan kepada Tuhan korban ucapan syukur !
Suatu waktu ketika gereja kami membutuhan pekerjaan utama. Problem-problem orang-orang yang rajin datang ke gereja semakin bertambah. Setiap orang yang aku tahu kelihatannya sedang mengalami pencobaan juga. Dan aku bergumul untuk hal itu.
Akhirnya, aku masuk ke kantor istri aku karena lelah dan mengadu kepadanya, "Aku cape ! Dan aku berada di batas akhir kekuatan aku. Aku harus cuti selama sebulan. Aku akan menghilang dan tidak akan mengerjakan apa-apa."
Kemudian aku masuk ke ruangan kantorku dan duduk, mengasihani diri sendiri. Aku mulai mengeluh kepada Tuhan : "Tuhan, berapa lama lagi engkau membiarkanku dalam api seperti ini.? Berapa lama lagi aku harus berdoa untuk semua hal ini sampai akhirnya Engkau mengerjakan sesuatu ? Tidakkah Engkau lihat rohku menjadi lelah ? Segala sesuatunya terhalang. Doa-doaku menjadi doa yang penuh perasaan yang pernah aku doakan sepanjang hidupku. Namun tidak terjadi apa-apa. Kapan Engkau akan menjawab doaku, Tuhan ?"
Tiba-tiba, Roh Kudus turun atas aku dan aku merasa malu. Roh Kudus berbisik ke dalam hatiku, "Mulailah berterima kasih kepadaKu sekarang, David. Bawa korban ucapan syukur untuk setiap hal yang pernah Aku lakukan di masa yang lampau, dan akan apa yang hendak Aku kerjakan di masa yang akan datang.
"Berterima kasihlah untuk pelayanan di Time Square Church, untuk kesehatanmu, untuk keluargamu, untuk kelepasan atas istrimu dan anak perempuanmu dari kanker. Persembahkan kepada-Ku korban ucapan syukur dan segala sesuatu akan kelihatan lain. Kesesakanmu akan diangkat : Engkau akan merasa damai dalam medan pertempuranmu. Aku akan memberkati jiwamu dengan kepastian !"
Kata-kata itu dibisikkan kepada rohku. Aku bertanya-tanya " Apa yang Tuhan maksud dengan "korban ucapan syukur" ? Aku beranjak mengambil buku konkordansi alkitab dan meneliti arti kata tersebut. Aku sangat terkejut melihat seluruh referensi yang aku dapatkan :
"Biarlah mereka mempersembahkan korban ucapan syukur, dan menceritakan pekerjaan-perkerjaan-Nya dengan sorak-sorai ! (Maz. 107:22)
"Aku akan membpersembahkan korban ucapan syukur kepada-Mu dan akan menyerukan nama Tuhan" (Maz 116:17)
"Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur" (Maz 95:2)
"Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; pada pemAndangan Allah itu lebih baik daripada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah." (Maz 69:31-32)
Juga aku ingat ayat yang tidak asing lagi dari seluruh ayat-ayat di Alkitab sehubungan dengan ucapan syukur : "Masuklah melalu pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!" (Maz 100:4).
Ketika aku membaca komentar tentang ayat yang terakhr di atas, aku menemukan bahwa pemazmur menunjuk kepada hari pendamaian di Perjanjian Lama. Sungguh merupakan hari yang sangat besar itu !
Di bawah Perjanjian Lama, bangsa Israel mengenal hari raya pendamaian tahunan, di mana orang-orang dibersihkan dari dosa-dosa mereka yang pernah dilakukan di tahun sebelumnya. Pendamaian itu dilakukan lewat korban imamat. Namun, pada hari itu, pasti ada awan gelap kesesakan yang menyelimuti seluruh perkemahan karena orang-orang ditindih oleh beban dosa mereka yang besar.
Sungguh hari pendamaian itu merupakan upacara besar yang sungguh bermakna. Bangsa Israel harus merencanakan hari itu beberapa minggu sebelumnya. Inilah yang terjadi pada hari itu :
Dua ekor kambing jantan (di alkitab ditulis lembu) dibawa ke gerbang kemah suci dan dihadapkan kepada imam besar sebagai persembahan. Dua ekor kambing ini harus kira-kira sama berat, tinggi dan mutunya. Banyak yang ditolak, dan satu dari sekian banyak kambing itu dipilih untuk dijadikan korban darah. Kain kirmizi dibungkuskan ke leher binatang tersebut untuk membedakan bahwa binatang itu untuk persembahan. Kambing yang lain diperuntukkan sebagai kambing hitam dan ditaruh di luar tempat kudus.
Kambing yang pertama dibawa ke altar dan disembelih, di mana darahnya dikumpulkan dalam sebuah mangkuk. Imam besar kemudian membawa darah itu ke ruang maha kudus, di mana ia mempersembahkan itu dengan dupa. Ketika dupa dibakar, memenuhi ruang maha kudus dengan asap, yang melambangkan kehadiran Allah. Kemudian imam besar memercikkan darah itu ke atas tutup pendamaian satu kali dan ke depan tutup pendamaian tujuh kali.
Di luar, setiap orang di perkemahan berbaring tiarap selama keseluruhan acara pengorbanan. Tak ada seorang pun yang berani melihat hal itu selama upacara berlangsung. Upacara ini dibuat sebagai pendamaian atas dosa-dosa mereka. Pelanggaran mereka selama satu tahun penuh diampuni atau "ditutupi."
Sebaliknya, bagian lain dari upacara itu dimaksudkan sebagai acara yang boleh ditonton, acara simbolik untuk disaksikan bagi setiap orang Israel. Tentu saja, pada saat ini setiap orang berdiri dan bersuka cita.
Ketika masih berada di tempat kudus, imam besar menanggalkan pakaian khususnya dan mengenakan pakaian imamnya yang biasa. Kemudian ia muncul dan meletakkan kedua tangannya di atas kepala kambing jantan. Sekarang, kata Ibrani yang dipakai untuk "kambing jantan berarti "pemindahan." Dan tindakan imam dalam penumpangan tangan atas kambing itu dilambangkan sebagai pemindahan dosa dari seluruh bangsa ke atas kepala binatang itu :
"Dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israeil dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu " (Im. 16:21).
"Orang yang siap sedia" digambarkan di sini sebagai seorang yang kuat, fisiknya baik, dipilih untuk tugas yang membutuhkan banyak energi dalam melepaskan kambing yang hidup itu di padang gurun dan membiarkannya di sana. Orang ini tidak bisa begitu saja melepaskan kambing ini di sembarangan tempat di padang gurun, karena kambing itu bisa kembali pulang dan orang-orang akan diingatkan kembali akan dosa-dosa mereka. Jadi ia harus disiapkan secara fisik untuk melepaskan kambing itu dalam perjalanan ke tempat yang tidak berpenghuni, ke sebuah tempat di mana kambing itu tidak bisa kembali.
"Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yng tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun" (ayat 22). Kata "tidak berpenghuni" (dalam bahasa Indonesia "tanah yang tandus") di sini berarti " sebuah tempat yang dari situ kita tidak bisa melarikan diri." Ketika orang yang kuat itu melepaskan kambing jantan di padang gurun, ia akan diikuti oleh kelompok orang yang melindunginya sambil membawa panji-panji. Tujuan mereka biasanya sebuah lembah yang dikelilingi dengan karang, di mana kambing itu diturunkan sehingga ia tidak bisa melarikan diri.
Sekarang, ketika imam besar meletakkan kedua tangannya atas kambing jantan itu, mulailah bagian kedua dari upacara pendamaian, ia mengakui dosa-dosa seluruh orang di perkemahan. Intinya, ia berdoa :"Tuhan, pindahkan dosaku dan dosa seluruh bangsa ke atas kepala kambing ini. Sekarang, pergilah !"
Kemudian orang yang kuat itu akan meletakkan ikatan pada kambing jantan itu dan membawanya keluar dari perkemahan. Sungguh besar peristiwa itu bagi orang-orang pada jaman itu ! Seluruh orang Israel berdiri menonton, bersukaria, bergembira ketika kambing jantan itu dibawa pergi. Hal itu mengilustrasikan bahwa setiap orang termasuk anak-anak dapat mengerti : "Bukan hanya dosa-dosa kami diampuni tapi mereka juga dijauhkan dari kami !"
Orang-orang tahu bahwa ketika kambing jantan itu dibawa pergi dari tengah-tengah mereka, ia tidak akan kelihatan lagi. Dan begitu juga Allah tidak akan mengingat-ingat lagi dosa-dosa mereka. Maka, terdengarlah teriakan sukacita dari perkemahan !
Ini adalah gambaran yang indah tentang apa yang Tuhan Yesus telah kerjakan buat kita. Kedua kambing itu melambangkan Yesus anak domba ynag disembelih untuk kita, dan juga orang yang telah menghapus dosa dunia :
"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal ita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas oleh Allah" (Yes 53:4). "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh" (1 Petr. 2:24).
Seperti halnya orang yang kuat yang telah membawa pergi kambing jantan, Yesus telah mengubur dosa-dosa kita di sebuah tempat yang "tidak berpenghuni" : ".....dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut" (Mikha 7:19).
Kita hidup di saat di mana Yesus, Imam Besar kita, telah mempersembahkan darahNya sendiri kepada Bapa, sebagai pendamaian untuk dosa-dosa kita. Kristus menghapus segala pelanggaran kita, dan tidak akan pernah diingatkan lagi kepada kita. Jadi, bagi kita, pekerjaan pendamaian telah selesai.
Namun, seperti bangsa Israel, kita pun bisa datang ke pelataran Tuhan seperti Mazmur 100 berkata dengan ucapan syukur dan pujian. Dan kita membawa bersama dengan kita dua ekor "kambing" :
"Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepad Tuhan ! katakanlah kepada-Nya : "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan (dalam bhs Inggris calves = lembu) kami. Kata "lembu" di sini melambangkan bibir kita atau kata-kata. Arti lengkapnya berarti, "Kami akan mempersembahkan kepada-Mu lembu jantan muda, bahkan mulut kami".
Korban ucapan syukur kita dipersembahkan dengan dua kambing yang kita bawa korban dengan mulut kita, atau suara kita. Tuhan berkata, "Bawalah ke hadirat-Ku kata-kata ucapan syukurmu. Serukanlah, nyanyikanlah pujian kepada-Ku !"
Kita tidak lagi perlu membawa kepada Tuhan korban darah atau perak dan emas sebagai pendamaian. Tapi kita datang kepada Dia dengan korban pujian dan ucapan syukur dari mulut kita : "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban ucapan syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya " (Ibr 13:15). "Buah dari mulut kita" adalah ucapan syukur dan terima kasih.
Dengarkan kata-kata nabi Yunus : "Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air, segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku...... aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya." (Yunus 2 : 3-6).
Yunus menabrak dasar karang, ditelan ke dalam perut ikan. Ia saat itu ada dalam medan pertempuran untuk hidupnya dipenuhi keputusasaan, rasa malu dan bersalah. Ia sangat berduka hati secara harafiah diterjemahkan sebagai situasi yang paling buruk yang orang bisa rasakan. Ia berpikir Allah telah menolaknya.
Lalu bagaimana Yunus keluar dari lembah kekelamannya ini ? Jawabannya sederhana, ia telah melewati ujian ! "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan dan sampailah doaku kepaa-Mu, ke dalam baitMu yang kudus. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu.......... (ayat 7 dan 9).
Yunus tidak menerima satu pun kata-kata kelepasan. Ia ada dalam suasana keputusaasaan, dan segala sesuatunya bagi dia terasa gelap dan pekat. Ia siap untuk mati. Tapi ketika sadar akan hal ini, ia berkata, " Aku akan bersyukur kepada Tuhan!"
Di tengah-tengah kesulitannya, Yunus masuk ke hadirat Allah dengan "korban" di mulutnya dan ia mempersembahkan ucapan syukur ! Tuhan menjawab, " Inilah yang aku tunggu dan ingin dengar darimu, Yunus. Kamu telah mempercayai-Ku di tengah ini semua. Dan kamu telah lulus ujian !"
Alkitab mengatakan, "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat." (ayat 10).... Dengan satu perintah dari surga, ikan itu memuntahkan Yunus ke tepi pantai. Dan orang yang berbeban itu pasti berguling-guling di pantai sambil berteriak "Aku bebas ! Aku bebas !" Ia mungkin menari-nari ketika menarik rumput laut dari rambutnya karena ia telah berada di altar ucapan syukur !
Kamu mungkin bertanya, "Saudara Dave, jika aku melewati test sekarang ini, apakah itu menjamin aku tidak akan melewati yang lain lagi ?" Tentu saja tidak ! Iman kita terus menerus dikuras dari kita karena kita hidup di dunia yang berdosa ini. Tapi Tuhan terus memberikan penghiburan kepada kita.
Itulah sebabnya mengapa Paulus memerintahkan kita, " .... tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Fil 4:6). "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan ucapan syukur" (Kol 2:7).
Apakah kamu sedang menghadapi waktu yang sulit sekarang ini ? Apakah engkau punya musuh yang melukaimu, menghancurkanmu ? Apakah engkau menghadapi situasi yang kamu sendiri tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasinya ? Apakah engkau tertekan dengan kesukaran, kesedihan, stres ? Apakah kamu merasa tidak bisa berjalan maju lagi ?
Hai orang-orang kudus, jangan terpengaruh. Itu bukanlah iblis yang sedang melakukan itu semua atasmu tapi Allah ! Tuhan tahu kamu butuh iman yang besar untuk mengatasi saat-saat kelabu di depanmu. Dan kamu akan dapat berdiri teguh hanya karena iman. Dan Dia tahu, imanmu harus diuji dengan api api kesengsaraan, pencobaan dan kesulitan.
Bagaimana engkau bereaksi dalam masa krisismu menentukan langkahmu berjalan bersama Tuhan selanjutnya. Jika engkau melakukan menurut caramu sendiri Jika engkau tidak menunggu Allah untuk bekerja atas keadaanmu engkau akan tersandung pada akhirnya.
Jika engkau tidak harus memulai dari mana, berbaliklah kepada ucapan syukur. Berterima kasihlah kepada Tuhan atas pengampunan-Nya untuk melepaskanmu dari dosa-dosamu di masa silam. Berterima kasihlah kepada-Nya karena melepaskanmu dari perangkap singa..... karena Ia akan memberikan kepadamu rumah baru dalam kemuliaan....berkat-berkat-Nya dahulu, dan untuk janji-janji-Nya, yang akan Dia genapi. Ucapkanlah syukur dalam segala sesuatu !
Kita melayani Allah yang akan melepaskan kita keluar dari kiris kita yang paling berat ke pantai yang tenang. Untuk itu, bangunlah altar bagi-Nya di hatimu sekarang, di tengah-tengah krisismu. Dan persembahkan kepada-Nya korban ucapan syukur !