Mencobai Tuhan!

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang yang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.

Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.

Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.

"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:1-12).

Siapakah orang-orang yang Paulus sebutkan dalam ayat ini ribuan orang yang tewas dalam waktu satu hari, massa yang mati dipagut ular, dan orang-orang yang dibinasakan oleh malaikat maut? Mereka ini bukanlah bangsa Moab, Kanaan, Filistin, atau bangsa-bangsa kafir di sekeliling bangsa Israel; melainkan, Paulus berbicara mengenai orang-orang percaya, yaitu orang-orang pilihan Allah sendiri!

Orang-orang ini telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Mereka telah diberi makan makanan rohani dengan cara yang ajaib. Mereka telah minum air rohani dari batu karang yang Paulus katakan adalah Kristus sendiri. Mereka telah dididik dan dipelihara dengan baik. Meskipun demikian, Paulus berkata bahwa banyak di antara orang-orang ini yang dimusnahkan oleh murka Allah yang bernyala-nyala dan dibinasakan oleh ular.

Rasul Paulus mengatakan di dalam ayat 5 bahwa bangsa Israel ini sangat tidak berkenan di hadapan Allah, sehingga Ia menewaskan mereka di padang gurun. Kata Ibrani yang dipakai di sini berarti, Ia mencampakkan mereka dari tangan-Nya, menyerakkan mereka ke tanah bagaikan debu.

Apakah artinya ini? Tuhan mengatakan kepada bangsa Israel, Perbuatanmu ini tidak bisa Kuterima! Jika saja kamu tidak bersalah jika saja kamu belum mendapatkan didikan yang baik, atau belum pernah menerima makanan rohani dari tangan-Ku, atau belum melihat bukti kemuliaan-Ku maka Aku masih mau berurusan denganmu. Namun kenyataannya meskipun berkat-berkat telah Kulimpahkan kepadamu, kamu malah memilih hawa nafsu dan berhala-berhala. Maka sekarang Aku akan menyerakkanmu. Aku akan benar-benar mencampakkanmu dari tangan-Ku!

Bagaimana mungkin ini terjadi? Mengapa Tuhan bertindak sedemikian keras kepada umat-Nya walaupun mereka telah menikmati berkat-berkat-Nya yang melimpah?

Menurut Paulus, 23.000 orang binasa karena percabulan dan penyembahan berhala. Dan sebagian yang lain binasa karena bersungut-sungut dan berkeluh-kesah. Akhirnya, banyak di antara mereka yang mati oleh gigitan ular berbisa. Apa yang dilakukan oleh kelompok yang terakhir ini sehingga mereka menjadi binasa? Paulus dengan jelas mengatakan di dalam ayat 9: mereka mencobai Kristus! Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka (ayat 9).

Kita bisa memahami kalau Allah bertindak dengan kerasnya terhadap pencabul-pencabul, penyembah-penyembah berhala, dan juga orang yang bersungut-sungut. Tetapi saya ingin berfokus khususnya pada dosa mencobai Kristus. Apakah yang Paulus maksudkan dengan mencobai Tuhan?

Yang Rasul Paulus maksudkan di sini ialah suatu peristiwa di dalam Keluaran 17. Bangsa Israel baru saja menerima manna dengan cara yang ajaib (manna ialah semacam wafer putih yang mengandung semua gizi yang diperlukan untuk menguatkan tubuh mereka). Benda yang kecil dan bulat ini menyelimuti permukaan tanah di sekeliling mereka setiap hari. Mereka sebenarnya tidak layak atau berhak untuk mendapatkan makanan yang ajaib ini; namun hanya oleh kemurahan-Nya saja Tuhan memberikan makanan ini. Mereka hanya tinggal mengumpulkannya saja.

Tetapi kemudian mereka kehabisan air. Mereka tiba di suatu tempat yang disebut Mara, yang airnya terlalu pahit untuk diminum. Sekali lagi mereka mengalami krisis, dihadapkan pada satu ujian lagi. Allah telah mengenyangkan mereka, tetapi belum menghilangkan dahaga mereka!

Orang-orang ini segera mencerca Musa, pemimpin mereka. Mereka menuduhnya sebagai pendusta tak berperasaan yang telah memimpin mereka ke padang gurun untuk memusnahkan mereka. Bahkan mereka mau melempari Musa dengan batu.

Mungkin saudara akan bertanya-tanya mengapa Allah selalu menguji umat-Nya seperti ini? Mengapa kita sering menghadapi ujian-ujian yang beruntun di dalam hidup ini? Dan mengapa ujian-ujian ini sepertinya makin lama makin meningkat dan bertambah berat?

Ujian-ujian yang Allah berikan kepada bangsa Israel memang makin meningkat. Setiap kali bangsa ini tidak memetik pelajaran dari sebuah ujian, maka Tuhan akan memberi ujian yang lebih berat. Dan jika mereka masih belum bisa mengambil hikmahnya, Ia memberi ujian berikutnya dan sekaligus memperhebat ujian tersebut. Saat bangsa Israel gagal untuk mempercayai Allah di mata air Mara maka itu berarti bahwa ada ujian iman yang lebih besar menunggu mereka!

Sementara kita membaca ayat-ayat yang dituliskan oleh Paulus ini, sebagian besar dari kita akan mengira bahwa, Allah sedang mencoba untuk mengikis sifat-sifat jelek dalam karakter bangsa Israel. Ia ingin membuang segala sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat Ilahi-Nya, yaitu dengan cara menyingkapkan kekurangan-kekurangan mereka, sehingga mereka dapat makin menyerupai Kristus.

Memang ini benar. Tetapi ini hanyalah sebagian dari apa yang sedang Allah lakukan di Israel. Kita tidak menyadari bahwa Tuhan menginginkan hal-hal yang lebih dalam ketika Ia membawa kita kepada suatu krisis. Sering kali Ia melakukan hal ini sebab Ia menginginkan kita untuk belajar sesuatu yang penting tentang diri-Nya!

Renungkanlah hal ini: Alkitab mengatakan bahwa kita adalah umat pilihan Allah, raja-raja dan imamat-Nya. Seperti yang dialami umat-Nya di dalam Perjanjian Lama, kita juga berpesta menikmati manna-Nya, yaitu firman-Nya. Kita minum dari batu karang yang sama, yaitu Kristus. Dan kita menikmati janji-janji dan perjanjian yang lebih indah. Kita telah dibebaskan dari belenggu dosa dan telah menyeberangi Laut Merah kita. Dan kita telah menyaksikan Allah menghancurkan kuasa-kuasa kegelapan yang dulu mengikat kita.

Tetapi, seperti bangsa Israel, kita juga meragukan Allah, mengomel dan mengeluh, di samping semua berkat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Kita juga berpaling kepada berhala-berhala dan nafsu-nafsu duniawi. Kita mencobai-Nya, seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. Singkatnya, kita juga masih belum belajar dari ujian-ujian yang kita alami.

Tuhan sering membawa kita ke suatu tempat yang sama seperti Mara, di mana air kehidupan ini pahit rasanya. Dan setelah kita sampai di sana, kita juga menghadapi rasa haus yang tak terpuaskan, pertanyaan-pertanyaan yang terus-menerus mengganggu pikiran kita, dan juga kebimbangan yang besar.

Mungkin saudara akan memprotes, Anda tidak bisa membandingkan saya dengan bangsa Israel yang menyeleweng dan berbuat zinah! Musa sendiri berkata bahwa mereka itu keras hati suatu bangsa yang keras kepala dan murtad. Saya sama sekali tidak seperti mereka. Saya menginginkan Tuhan. Anda tidak bisa menyamakan saya dengan mereka!

Tetapi bangsa Israel tidak mengenali keadaan diri mereka sendiri. Mereka tidak menyadari apa isi hati mereka, sampai saat pengujian tiba. Dan saya percaya bahwa keadaan umat Allah dewasa ini juga demikian. Nabi Yeremia menulis, Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? (Yeremia 17:9).

Saudara perlu mengingat mereka adalah orang-orang yang sama, yaitu orang-orang yang beberapa waktu kemudian gemetar di hadapan hadirat Tuhan di Gunung Sinai setelah mendengar perintah-perintah-Nya. Mereka dengan cepat menjawab, Apa yang Allah firmankan, akan kami lakukan. Kami akan mematuhi setiap perintah-Nya!

Dan bangsa Israel mengucapkan kata-kata itu dengan tulus. Mereka penuh dengan rasa takut akan Allah, dan mereka yakin bahwa mereka tidak akan gagal menghormati firman-Nya. Tetapi mereka tidak mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka; bahwa sesungguhnya, kehidupan rohani mereka sudah rapuh!

Saudara lihat bahwa bangsa Israel tidak hidup dari iman mereka sendiri, melainkan bersandar pada pengalaman gembala dan guru mereka, yaitu Musa. Dan ketika Allah menyingkirkan Musa dari tengah-tengah mereka, mereka menjadi murtad dalam waktu 40 hari!

Demikian pulalah kehidupan banyak orang Kristen dewasa ini. Setiap kali mereka mendengar Firman Allah, dengan penuh semangat mereka berjanji untuk mematuhinya dengan segenap hati. Tetapi kenyataannya mereka hidup berdasarkan pengalaman orang lain. Mereka bersantap dari kaset-kaset pengajaran, seminar-seminar, penyingkapan Firman Allah yang didapat oleh gembala mereka namun mereka tidak mempunyai pengalaman pribadi yang dalam dengan Kristus.

Saudara-saudara terkasih, saudara tidak bisa mendapatkan pernyataan Allah yang murni kecuali dari Allah sendiri. Seorang pengkhotbah bisa menggugah dan mengilhami saudara, dan saudara bisa belajar untuk menyampaikan ajaran-ajaran Alkitab. Tetapi jika saudara tidak mempunyai pengalaman pribadi dengan Yesus dan menjalin hubungan yang erat dengan-Nya, maka saudara tidak bisa mengenal-Nya. Firman-Nya harus bekerja dengan cara-Nya sendiri di dalam hati saudara sampai ia menjadi suatu pengalaman hidup!

Murid-murid Yesus juga tidak mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka tetapi Yesus mengetahuinya. Dan Ia membawa mereka kepada suatu pengujian untuk menyingkapkannya. Ia menyuruh keduabelas murid-Nya untuk naik ke dalam perahu dan menyeberangi sebuah danau, walaupun Ia tahu bahwa badai akan segera tiba.

Murid-murid ini mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang mengikuti gurunya dengan iman. Mereka telah menyaksikan ribuan orang diberi makan hanya dengan beberapa ekor ikan dan beberapa ketul roti. Jadi sewaktu naik ke dalam perahu, mereka mungkin mengira bahwa mereka tidak akan pernah meragukan Yesus lagi.

Tetapi sungguh berbeda untuk melihat keajaiban yang bekerja di dalam kehidupan pendeta saudara dibandingkan dengan mengalaminya sendiri. Sementara angin mulai bertiup dengan kencangnya dan gulungan ombak makin meninggi, datanglah ujian untuk para murid ini. Perahu mereka mulai penuh dengan air, dan secepat mungkin mereka berusaha mengeluarkan air itu. Mereka tahu bahwa dalam beberapa menit perahu itu akan karam.

Dengarlah apa yang timbul dari dalam hati mereka di masa ujian tersebut, Tuhan, apakah Engkau tidak peduli bahwa kita semua akan mati? Kita akan tenggelam! Tolonglah kami, Yesus. Apakah Engkau ini Allah atau bukan? Tidak pedulikah Engkau pada kami?

Murid-murid Yesus sendiri mencobai-Nya! Sesungguhnya, kata-kata yang mereka ucapkan kepada Yesus adalah hampir sama dengan kata-kata yang diucapkan bangsa Israel kepada Musa, mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan: Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak? (Keluaran 17:7).

Tetapi sejak semula Yesus mengetahui apa yang Ia lakukan. Ia bisa saja memerintahkan angin dan gelombang untuk menjadi teduh lama sebelum badai mengamuk. Kuasa seperti ini selalu ada pada-Nya. Tetapi, Ia mengijinkan murid-murid-Nya untuk diuji dalam situasi yang menyangkut hidup atau mati!

Tindakan mencobai Tuhan dimulai ketika Allah mengijinkan suatu krisis di dalam hidup kita menjadi semakin berat. Mengapa Ia melakukannya? Apa yang Ia harapkan dari kita? Tuhan mengijinkan keadaan seperti ini terjadi supaya Ia bisa mencabut akar-akar ketidakpercayaan kita yang terdalam! Roh-Nya menilik setiap ruangan hati kita, mencari hal-hal yang paling busuk kesombongan, sikap tidak memerlukan Tuhan, dan segala sesuatu yang menghalangi kesempurnaan-Nya untuk memenuhi kita.

Pemazmur menulis tentang dosa bangsa Israel, Mereka mencobai Allah dalam hati mereka. (Mazmur 78:18). Arti bahasa Ibrani dari kalimat ini menunjukkan bahwa bangsa Israel diuji di luar batas kekuatan mereka. Ini berarti bahwa mereka sama sekali tidak berdaya untuk bertahan hidup dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Dan ketika berada di dalam situasi seperti itu, mereka percaya bahwa Allah telah meninggalkan mereka, mengacuhkan mereka, dan telah menghilang dari pandangan mereka.

Singkatnya, inilah artinya mencobai Tuhan. Mencobai Tuhan terjadi ketika umat pilihan yang Ia berkati berada di dalam api pengujian dan krisis memuncak sehingga ketakutan mencengkam hati mereka, dan tiba-tiba mereka berseru, Tuhan, di manakah Engkau? Di manakah keselamatanku? Mengapa Engkau tidak ada di sini? Apakah Engkau menyertaiku atau tidak?

Sikap mencobai Tuhan ini tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang belum diselamatkan karena mereka tidak mengakui Allah di dalam semua segi kehidupan mereka. Bagi mereka, segala sesuatu yang terjadi disebabkan oleh nasib baik atau sial. Justru mereka yang paling dekat dengan Tuhan yang dapat mencobai-Nya, yaitu mereka yang telah melihat kuasa-Nya, merasakan pengampunan dan kemurahan-Nya, dan yang telah dipanggil untuk hidup dengan iman.

Bahkan Yohanes Pembaptis yang saleh pun menghadapi suatu percobaan yang bisa membuatnya mencobai Allah. Ketika ia berada di dalam penjara, ia tentu mempertanyakan di manakah Allah saat itu. Ia telah mendengar berita tentang hal-hal luar biasa yang dilakukan Yesus menyembuhkan orang sakit, mengadakan mukjizat, menarik massa yang dulu pernah mengerumuninya. Dan sekarang ia seorang diri di dalam penjara, menunggu hukuman mati.

Yohanes Pembaptis mengerti bahwa ia harus berkurang supaya Kristus bisa bertambah. Tetapi sekarang sebuah pikiran terlintas di dalam benaknya, Berkurang, ya tetapi kematian? Mengapa saya harus mati jika Yesus benar-benar Allah? Jika Ia bisa melakukan mukjizat bagi orang lain, mengapa Ia tidak bisa membebaskan saya? Tuhan, semua ini terlalu berat untuk saya pikul! (Harap dimengerti bahwa saat itu Kristus masih belum mematahkan sengat maut).

Kata-kata terakhir yang Yesus sampaikan kepada Yohanes Pembaptis memiliki arti yang sangat penting, Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku (Matius 11:6). Kristus berfirman kepada hamba-Nya yang saleh ini, Janganlah kamu kecewa. Kamu tahu bahwa Aku hanya melakukan apa yang Aku lihat dan dengar dari Bapa. Ia mempunyai rencana di dalam semua perkara, dan Ia patut untuk dipercaya. Jika Ia menghendaki Aku untuk datang membebaskanmu, kamu tahu bahwa dalam waktu sekejap saja Aku akan segera menemuimu. Tetap yakinlah bahwa apa pun yang terjadi, semuanya ini adalah demi kemuliaan-Nya. Dan ini juga berarti kemuliaan yang kekal bagimu!

Yohanes, kamu sedang menanggung ujianmu yang terakhir. Jangan biarkan kebimbangan merampas imanmu! Tinggallah di dalam kasih Bapa dan di dalam kesetiaan-Nya. Kamu bukan sedang mengalami penghukuman Allah. Sebaliknya, engkau sangat terhormat di pandangan-Nya. Jadi, tetap tegar dan bertahanlah!

Saya percaya bahwa Yohanes Pembaptis benar-benar bertahan. Ketika akhirnya ia dipenggal oleh Herodes, dengan iman dan terhormat ia pulang ke rumah Bapa, yaitu surga yang mulia!

Bangsa Israel telah gagal untuk mempercayai Allah di mata air Mara, sehingga Allah memperhebat ujian bagi mereka di Rafidim, di mana tidak ada air untuk diminum bangsa itu (Keluaran 17:1).

Saudara harus mengerti bahwa apa yang dihadapi oleh bangsa Israel ini bukanlah krisis yang remeh. Manusia bisa hidup beberapa minggu lamanya tanpa makanan, tetapi hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa air. Dan ketika bangsa Israel sampai di Rafidim, tidak ada air sama sekali di sana. Tak lama kemudian, anak-anak mulai menangis dan anggota keluarga menjadi pingsan karena kehausan. Sungguh situasi yang genting.

Namun Musa mengerti maksud Tuhan dan ia mengerti apa yang sedang dialami oleh bangsa Israel. Musa sadar bahwa Allah membiarkan umat-Nya untuk diuji di luar batas kekuatan mereka. Mengapa? Karena Ia menginginkan mereka untuk berserah sepenuhnya ke dalam pemeliharaan-Nya. Ia rindu untuk melihat umat-Nya bangkit dengan iman dan berkata, Allah sanggup melakukan segalanya!

Alkitab mengatakan, Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan: Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak? (ayat 7).

Kata Masa dan Meriba, keduanya memiliki arti yang sama: suatu tempat percobaan dan pengujian. Musa berjalan melintasi perkemahan sambil berseru, Ini adalah Masa suatu ujian, suatu percobaan! Ini bukanlah akhir dari segalanya. Allah belum meninggalkan kita, jadi janganlah menyerah. Tetaplah bertahan! Tuhan sedang menantikan kita bertindak dengan iman, Ia ingin menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam hati kita. Ia tahu bagaimana caranya memenuhi kebutuhan kita. Yang Ia inginkan adalah agar kita percaya bahwa Ia sanggup mengadakan mukjizat yang berikutnya!

Saudara tahu bagaimana akhir dari kisah ini. Sungguh tragis bahwa bangsa Israel ini tidak mempercayai Tuhan, sehingga Allah menyuruh Musa untuk mengambil tongkatnya dan pergi ke gunung Horeb, lalu memukul suatu batu tertentu di sana. Ketika Musa memukul batu tersebut, air memancar dengan derasnya sehingga rasa dahaga bangsa Israel terpuaskan. Sekali lagi Tuhan membuktikan bahwa Ia menyertai umat-Nya meskipun mereka tidak percaya kepada-Nya!

Saya ingin bertanya bagaimanakah bangsa Israel mencobai Tuhan di dalam kisah ini? Apakah di dalam amarah mereka terhadap Musa, yaitu keinginan mereka untuk membunuh nabi Allah ini? Ataukah melalui persungutan mereka yang keterlaluan? Ataukah di dalam tindakan percabulan dan pemujaan berhala mereka?

Tidak satu pun dari hal tersebut di atas yang menjadi masalah utamanya. Beginilah sebenarnya bangsa Israel mencobai Allah, mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan: Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak? (ayat 7).

Sejak semula Allah telah menyimpan air itu di sana. Ia bisa saja memberikan air itu kepada bangsa Israel pada saat mereka mulai kehausan. Namun Ia memang sengaja menantikan mereka untuk bertindak dengan iman. Hati-Nya merindukan umat pilihan-Nya yang khusus ini untuk mengenali kasih-Nya terhadap mereka dan untuk berserah ke dalam tangan-Nya yang setia. Tetapi sekali lagi mereka gagal!

Karena itu Allah menguji mereka lagi kali ini dengan mengijinkan mereka untuk menderita kelaparan. Musa di kemudian hari berkata, Tuhan, Allahmu merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar untuk membuat engkau mengerti . (Ulangan 8:2, 3).

Ini adalah ujian iman yang berikutnya. Akankah bangsa Israel menahan lapar dan menunggu Allah untuk mengirimkan roti? Akankah mereka saling menguatkan iman satu dengan yang lain sambil berkata, Allah sudah membelah Laut Merah untuk kita. Dan Ia membuat mata air Mara yang pahit menjadi manis. Kita tahu bahwa Ia setia pada janji-Nya. Jadi, Tuhan, kami percaya bahwa Engkau akan memberi kami makanan. Hidup atau mati, kami adalah milik-Mu!

Kata-kata inilah yang Allah nanti-nantikan dan ingin Ia dengar!

Tidak menjadi soal sudah berapa tahun kita mengiring Tuhan, berapa lamanya kita telah berdoa, atau berapa banyak pengetahuan Alkitab yang kita miliki. Tetapi, jika Allah melihat dalam diri kita sesuatu yang tidak didasari iman suatu bagian dalam hidup kita di mana kita belum percaya bahwa Ia sanggup menguatkan dan memberi kita kemenangan maka Ia akan membawa kita ke Masa. Ia akan menempatkan diri kita di dalam situasi yang mustahil menurut ukuran manusia dan kita akan diuji dengan hebatnya!

Sebagai contoh, mungkin secara tulus saudara percaya bahwa saudara mempunyai hati yang penuh kasih terhadap semua saudara seiman di dalam Kristus. Saudara bersaksi, Tuhan sudah menganugerahi saya hati untuk mengasihi setiap saudara. Tetapi Yesus mengetahui bahwa saudara mempunyai kelemahan dalam satu hal: saudara menjadi sakit hati jika ada seseorang orang menyalahgunakan kasih atau kebaikan saudara. Jika hal ini terjadi, maka saudara menyimpan sakit hati pada orang tersebut. Namun saudara tetap berkata bahwa saudara mengasihi orang tersebut.

Bagaimana Allah akan membuang kemunafikan ini dari dalam hati saudara? Ia akan membawa saudara kepada suatu pengujian. Ia akan menempatkan seorang Kristen yang ketus dalam hidup saudara! Tiba-tiba saudara mendapatkan diri saudara berdoa, Tuhan, mengapa Engkau menempatkan orang ini di dalam hidup saya? Orang ini bagaikan duri dalam daging! Saya telah mencoba untuk melayani-Mu dengan setia tetapi yang saya dapatkan sebagai balasannya, orang ini malah menyalahgunakan kebaikan saya!"

Ketahuilah bahwa Tuhan sedang menempatkan saudara di Masa! Ada sesuatu di dalam diri saudara yang dituju-Nya. Ia menginginkan saudara untuk dapat bangkit di dalam situasi yang sedang saudara hadapi dan bisa berseru, "Saya tahu Allah menyertai saya. Langkah saya diatur oleh-Nya. Ia akan menyertai saya di dalam semua kepedihan dan kesusahan saya!"

Contoh yang lain adalah sebagai berikut: saudara adalah saluran berkat yang dipilih Allah saudara telah minum air-Nya yang hidup, menikmati Firman-Nya, dan telah mengalami banyak pertolongan Tuhan di dalam hidup saudara. Tetapi ada satu dosa yang masih bertahta dan yang masih mengikat saudara suatu kebiasaan yang keji dan yang dibenci Tuhan, atau hawa nafsu.

Saudara membenci dosa ini. Saudara terus-menerus berjanji kepada Allah untuk berubah, tetapi dosa ini tidak pernah saudara taklukkan. Saudara menangisi kebiasaan yang buruk ini, dan memohon Tuhan untuk membebaskan saudara. Saudara telah membaca buku demi buku dan mendengarkan kaset demi kaset untuk mencoba mendapatkan kunci untuk melepaskan ikatan ini. Tetapi saudara tidak pernah menemukan jawabannya. Dan bertahun-tahun lamanya saudara hidup dalam ketakutan, takut bahwa suatu saat hal ini akan terbongkar.

Saudara terkasih, saudara akhirnya akan tiba di Masa, yaitu pada tempat pengujian hidup saudara! Pengujian yang sangat hebat terasa melanda saudara. Tuhan akan mengijinkan saudara untuk dicobai oleh iblis, dan tiba-tiba saudara akan kewalahan menghadapi hawa nafsu yang mengikat saudara ini. Setan berusaha menampi saudara bagaikan gandum!

Pada saat itu saudara akan mengira bahwa saudara mempunyai hati yang tergelap di seluruh dunia. Saudara akan mengira bahwa saudara telah diserahkan kepada ikatan nafsu yang berdosa ini. Dengan tercengang dan bingung saudara akan berseru, Tuhan, apa yang terjadi? Dari mana datangnya semua hawa nafsu ini? Sekarang saya justru lebih banyak mengalami percobaan dibandingkan dengan saat saya mulai berusaha melepaskan ikatan ini. Saya kehilangan arah!

Kebimbangan akan membanjiri pikiran saudara. Dan saudara akan bertanya-tanya, Bagaimana mungkin Allah mengijinkan hal ini terjadi di dalam hidup saya? Ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Bagaimana mungkin Ia berjanji namun pada saat yang sama Ia tidak setia pada firman-Nya? Apakah Ia beserta dengan saya atau tidak?

Aku telah menguji engkau dekat air Meriba" (Mazmur 81:8).

Saudara terkasih, Allah ingin agar saudara mengerti bahwa Ia dapat saja membebaskan saudara sejak awal, yaitu pada saat Ia mendengar jeritan saudara untuk pertama kalinya. Bahkan selama saudara tengah meratap, bergumul, dan berusaha keras untuk mencari jalan keluar, Allah senantiasa memiliki kuasa untuk mengusir semua hal yang keji ini dari dalam hidup saudara.

"Jadi mengapa Ia belum juga melakukannya? tanya saudara. Apakah Ia menghukum saya? Mengapa Ia membuat saya menanggung pergumulan ini?

Ketika saudara memikirkan tentang krisis-krisis yang menimpa bangsa Israel, mungkin saudara tergoda untuk berkata, Ya, Allah, tidak terlalu banyakkah Engkau menuntut dari mereka? Mereka ketakutan, dan memang sudah sepatutnyalah demikian. Bukankah tidak ada seorang manusia pun yang bisa hidup tanpa air? Bagaimana mungkin mereka mencobai Engkau, kalau mereka hanya menjeritkan apa yang mereka butuhkan?

Tetapi saudara harus ingat bahwa orang-orang ini telah dikenyangkan dan telah dididik dengan baik, dilimpahi dengan tanda-tanda, keajaiban-keajaiban, dan mukjizat-mukjizat. Mereka bukanlah kanak-kanak secara rohani. Dan mereka bukannya tidak memiliki gembala yang penuh perhatian. Setiap hari mereka dinaungi oleh tiang awan yang merupakan bukti bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka. Dan setiap malam mereka diterangi oleh cahaya api yang menenteramkan di atas langit. Setiap pagi di atas permukaan tanah, mereka menemukan manna yang tidak pernah lalai dikirim dari surga. Allah telah memberi bangsa Israel segala sesuatu yang mereka perlukan untuk membangun iman mereka!

Tuhan kita tidak sekedar berbasa-basi ketika memperingatkan, Tanpa iman kamu tidak bisa menyenangkan hati-Ku. Kamu harus sungguh-sungguh percaya bahwa AKULAH AKU dan Aku akan selalu memberi upah atas imanmu. Oleh karena itu, Aku mengharapkan anak-anak-Ku yang telah dikenyangkan dan dididik dengan baik untuk mempercayai-Ku!

Bagaimana dengan ujian yang saudara hadapi? Apa yang Allah inginkan dari saudara dalam masa yang sulit ini?

Ia menghendaki saudara untuk mempercayai firman-Nya janji-janji-Nya! Ia menginginkan saudara untuk benar-benar yakin bahwa Ia menyertai saudara di dalam setiap pergumulan. Tidak menjadi soal jika kuasa kegelapan menyerang dengan bertubi-tubi. Kehadiran-Nya tidak akan pernah meninggalkan saudara, bahkan ketika saudara berada dalam ketakutan dan penderitaan. Tak sebuah panah pun yang berasal dari iblis serangan hebat apa pun akan menghancurkan saudara. Allah Bapa telah memiliki dan menyediakan rencana untuk membebaskan saudara!

Ia menunggu saudara untuk dengan eratnya bergantung kepada-Nya dengan keyakinan yang tulus. Ia menghendaki agar saudara dapat menghadapi semua godaan yang gencar ini dan mampu berkata, Saya tidak bisa mengerti semuanya ini tetapi saya tahu bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan saya. Hidup atau mati, susah ataupun senang, saya percaya bahwa Ia selalu mendampingi saya!

Peperangan ini akan berakhir hanya ketika saudara mempercayai Tuhan sepenuhnya, yakin bahwa Ia beserta dengan saudara di dalam kuasa dan kasih-Nya. Jadi, singkirkanlah semua pikiran yang mengatakan bahwa Allah telah mengacuhkan saudara atau menutup mata-Nya terhadap keadaan saudara. Ini adalah sikap mencobai Tuhan menguji-Nya agar Ia membuktikan kesetiaan-Nya. Padahal sudah berulang-kali Ia membuktikannya!

Saudara-saudara yang saleh, janganlah takut terhadap si ular. Paulus mengakhiri ayat ini dengan janji, Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1Korintus 10:13).

Allah berfirman kepada saudara, Kamu tidak akan jatuh. Aku akan mendampingimu sepanjang ujian ini! Jika kamu mencari wajah-Ku dan percaya kepada-Ku, maka Aku akan menuntunmu. Aku akan membuatmu mampu berdiri dengan teguh dan mampu bertahan terhadap segala serangan yang datang sebab Aku senantiasa menyertaimu!"

Indonesian