Mengapa Tidak Lari Saja Dari Semuanya Itu
Hampir di manapun saya pergi saat ini, saya mendengar orang berkata, "Saya harap saya bisa lari dari semuanya itu." Kemudian setelah jeda dengan perasaan sedih, mereka menambahkan, "Tapi saya tidak tahu kemana saya harus pergi. Saya tidak punya tempat untuk pergi. Dan saya kira saya terlalu pengecut."
Baru-baru ini, sementara rambut saya dipangkas, tukang cukur saya mengaku, "Kemarin saya menghubungi beberapa penerbangan untuk mendapatkan informasi tentang penerbangan ke Hawaii. Saya tiba-tiba saja ingin menjual segala sesuatu yang ada, pergi meninggalkan bisnis dan semua kewajiban saya, terbang ke Hawaii yang hangat dengan sinar matahari dan menjadi seorang gelandangan pantai." Kemudian, dengan napas berat, ia menambahkan, "Tapi saya tidak mempunyai keberanian. Sehingga saya akan terus menyeretkan diri saya untuk bekerja, dan masalah-masalahpun akan terus berdatangan."
Bagaimana dengan Ibu Rumah Tangga yang bangun di pagi hari dan berimpi tentang melarikankan diri dari semuanya itu?
Pernikahannya menjadi basi; dia merasa bosan dan gelisah; dan tak seorangpun yang tampaknya memahami apa yang sedang ia alami. Ada hari-hari yang baik, tetapi kebanyakan justru tak tertahankan beratnya. Dia bertanya-tanya apakah itu semua memang layak ditanggungnya.
Dia ragu-ragu apakah ia akan pernah benar-benar bahagia - dan ketika ia merenung dan berkata pada dirinya sendiri, "Kadangkala aku merasa ingin mengemas saja semuanya dalam koper dan angkut dan kemudian pergi — ke mana saja — yang penting pergi dari situ!"
Bagaimana dengan Suami? Berapa sering ia bermimpi untuk melarikan diri dari beban dan tekanan yang menindih?
Dia kelelahan dengan rutinitas sehari-hari — lelah bekerja begitu keras, sementara itu ia merasa semakin jauh tertinggal. Dia merasa beban yang berat dalam membesarkan sebuah keluarga di usia yang sangat kompleks, dan ia mulai berpikir, "Berapa lama saya bisa membawa begitu banyak orang untuk saya pikul? Berapa lama saya harus memecahkan masalah orang lain? Semua orang memetik keuntungan dari saya, dan saya tak punya apa-apa lagi. Saya hanya ingin pergi jauh meninggalkan semuanya ini."
Suatu saat Suami atau Istri, ataupun Keduanya, Meneliti Dan Menginventarisasi.
Rumah bagus, mobil juga bagus, hidup nyaman — tetapi tidak membawa kebahagian. Ada kekosongan yang menghinggapi, kerinduan yang susah dijelaskan untuk sesuatu yang bukan hanya sekedar kehidupan, atau pernikahan. Mereka ingat hari-hari yang lebih baik, impian masa lalu dan harapan, dan semua yang ada tampaknya bukanlah kehidupan yang mereka harapkan dan perkawinan yang seharusnya terjadi. Keajaiban itu telah hilang, sukacita berbagi dan cinta kasih itu kini dibayangi oleh masalah dan kekuatiran akan hidup. Anak-anak memang dicintai, namun masalah mereka menjadi lebih rumit.
Semua ini mengarah kepada ledakan jiwa.
Ada saatnya sekalipun ia seorang umat Kristiani yang paling sabar, lembut, dan percaya pasti menghadapi krisis yang menjerumuskan jiwa ke dalam perasaan tidak berdaya dan putus asa. Itulah saat-saat ketika segala sesuatu tampaknya akan mengalami kesalahan, dan tampaknya tidak ada titik terang untuk berakhirnya masalah. Hal ini kemudian menjadi dorongan yang sangat kuat untuk melarikan diri. Seperti pemazmur Daud, kita pun menangis di dalam hati, "Pikirku: ‘Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun. Sela. Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin rebut dan badai’" (Mazmur 55:6-8).
Umat Kristiani yang Sejati Tidak Pernah Berpikir untuk Melarikan Diri untuk Sesuatu yang Jahat atau Berdosa.
Cinta kasih mereka kepada Allah memang kuat, dan mereka tidak akan, walau sesaat, mendukakan Roh Kudus. Tetapi mereka tetap saja menemukan diri mereka terkurung dalam kotak. Banyak hal yang mereka doakan yang menuntut jawaban untuk doa mereka, sekalipun bukan keajaiban. Mereka yakin Allah setia dan bahwa Dia peduli terhadap anak-anakNya dan Dia menjawab doa-doa mereka. Tapi, untuk beberapa alasan yang tidak bisa dijelaskan, doa mereka tidak dikabulkan — setidaknya tidak hingga saat ini. Mereka mencoba begitu keras, namun situasi pernikahan mereka tidak membaik. Anak-anak terus menerus dalam kebodohan mereka, dan masalah sehari-hari pun terus meningkat. Seringkali, tekanan keuangan bertumbuh menjadi semakin buruk. Satu krisis berlalu, namun krisis yang lainnya datang lagi. Mereka mulai bertanya-tanya apakah kehidupan merupakan salah satu seri dari beban dan masalah yang datang silih berganti. Dan hal yang paling tidak dimengerti oleh mereka adalah: "Jika saya berdoa, dengan iman yang nyata, saya malahan tidak mendapatkan jawaban — inikah saya? Apakah saya melakukan sesuatu yang salah? Apakah saya telah mengecewakan Tuhan, atau ada dosa yang menghalangi jawaban doa saya? Atau mereka mulai menaruh dendam halus terhadap Allah karena Dia mengabaikan mereka di saat mereka sedang membutuhkan.
Kita Semua Akan Terkejut, Walaupun Tidak Kaget Dengan Begitu Banyaknya Umat Kristiani yang Baik yang secara Diam-diam Berpikir Sesaat Untuk Melarikan Diri dari Semuanya Itu.
Hampir semua orang merasa disakiti dalam satu hal dan lainnya. Saya mendengar Oral Roberts berkata kepada saya suatu sekali, "Ada saat-saat dimana aku akan menyukai untuk berjalan menjauhi dari semua itu. Kadang-kadang beban menjadi luar biasa tetapi melarikan diri tidak akan pernah memecahkan masalah." Almarhuma Kathryn Kuhlman, seorang penginjil dengan karunia penyembuhan yang luar biasa dan melayani ribuan orang, pernah bercerita kepada saya, "David, lebih dari sekali saya memikirkan untuk meninggalkan segala sesuatunya. Betapa senangnya ketika bangun dari tidur terbebas tanpa beban dan tanggung jawab."
Saya juga memiliki beberapa momen seperti itu ketika saya ingin naik pesawat dan lepas landas untuk menenangkan diri, di tempat yang tidak diketahui dan menjauh dari segala sesuatu. Seumur hidup saya, tidak pernah sekalipun saya memiliki pikiran yang menghiburkan yakni melarikan diri dari Tuhan atau melarikan diri dari iman. Saya tidak pernah berpikir melarikan diri dari keluarga saya atau pelayanan saya. Sebagian besar, seperti kebanyakan orang lainnya, saya ingin melarikan diri dari tuntutan dan kesibukan yang cenderung menjebak dan memperbudak — untuk meninggalkannya tanpa ada waktu untuk bertumbuh.
Ada begitu banyak orang yang melarikan diri seperti wanita di Dallas, Texas, yang mengaku, "Sejak lama saya ingin meninggalkannya, tapi saya tidak punya tempat ke nama saya akan pergi. Ke manakah seorang wanita berusia 45 tahun itu melarikan diri? Dan apa yang akan saya lakukan ketika saya sampai di tempat itu? Tebaklah, saya hanya terjebak di sini selama sisa hidup saya."
Seorang pria menulis, "Aku telah melarikan diri – selama seminggu! Hanya selama itu saja. Kesepian dan putus asa hanya menjadikannya lebih buruk. Kesendirian tidaklah membantu sama sekali. Saya sengsara, dan saya menyadari bahwa anda tidak akan pernah dapat lari dari setiap masalah — Anda harus tetap berhadapan dan bergumul dengan masalah."
Itulah kesaksian dari sebagian besar orang yang melarikan diri. Mereka menceritakan tentang rasa bersalah — takut — kekosongan — jauh lebih buruk dari apa yang telah mereka alami sebelum mereka lari. Dan pengakuan yang paling tragis datang dari orang-orang yang ingin kembali — namun tidak bisa. Hal ini tidak akan pernah sama ketika anda kembali. Semuanya berubah drastis ketika anda menjauhkan diri dari keluarga, dari kewajiban, dari pekerjaan. Meskipun anda berpikir dua kali dan memutuskan untuk kembali dan "mencoba lagi" — lainnya sudah berubah. Situasi berubah. Dan sama seperti yang terjadi pada Esau, hak kesulungan anda direnggut dari tangan anda dan diberikannya kepada orang lain. Jika anda melarikan diri, janganlah berharap untuk kembali dan menemukan segala sesuatunya sama seperti semula. Anda tidak akan pernah sama; sesuatu yang telah hilang, tidak akan pernah tergantikan.
Ketika orang berpikir mereka telah gagal, Dorongan hati mereka yang pertama adalah melarikan diri.
Apabila gagal membuat mereka malu, jika mereka merasa dipermalukan dengan cara apapun dan tidak dapat lagi melihat seseorang di wajahnya — mereka hanya memikirkan melarikan diri. Inilah cara mereka menghukum diri mereka sendiri, dengan seolah-olah mengatakan, "Aku tidak baik. Aku hanyalah beban. Hal terbaik yang dapat aku lakukan adalah keluar dari setiap cara yang dilakukan orang. Aku seorang pembuat onar, jadi aku akan pergi meninggalkan semuanya dan aku tidak mempermalukan siapa pun. Aku tidak bisa dicintai sekarang, aku tidak bisa fokus; jadi kemungkinan aku tersesat."
Itulah reaksi pertama dari suami atau istri yang tertangkap dalam perzinahan. Orang yang terkena akan menangis, dan kemudian menawarkan jalan keluar. "Oke, saya tahu apa yang telah saya lakukan. saya kotor, tidak baik, tidak berharga. Anda layak mendapatkan yang lebih baik. saya tahu kau dan Allah tidak akan pernah memaafkan saya, jadi saya hanya akan mengepak tas saya dan setelah itu pergi keluar." Dalam banyak kasus, pihak yang bersalah tidak akan pergi meninggalkannya, kemudian memberitahu semua orang, "Saya ditendang keluar. Saya melakukan yang terbaik untuk didamaikan, tapi pasangan saya tidak mengakui saya."
Orang-orang muda berpikir untuk melarikan diri dengan Berbagai Alasan.
Para gadis sering melarikan diri ketika pacar mereka menghancurkan hati mereka. Patah hati untuk seorang gadis muda adalah pengalaman yang paling kejam dan traumatis. Tanpa bantuan Allah, hampir tidak mungkin bagi mereka untuk mengatasinya. Jadi mereka melarikan diri, dan terus berlari — dari Allah, dari perasaan tidak berharga, dan dari luka batin. Para pemuda lari dari pekerjaan dan karir yang buntu. Hampir setiap hari, saya menerima surat dari orang-orang muda yang sedang mencari pekerjaan penuh waktu "sejenis pekerjaan pelayanan." Mereka mengaku mereka memiliki perasaan gagal, tidak mencapai apa-pun dengan kehidupan mereka. Mereka merasa seperti berlari dan tanpa henti — sampai mereka dapat menemukan pekerjaan yang memenuhi kebutuhan mereka. Itu sebabnya saya percaya sebagian besar orang muda yang melarikan diri saat ini tidak berlari dari sesuatu, melainkan berlari untuk menemukan sesuatu yang berarti bagi hidup mereka. Mereka sedang mencari, tidak sekedar melarikan diri.
Apakah saya kedengarannya terlalu pesimis? Apakah saya kedengarannya seperti jika saya berpikir bahwa mayoritas umat Kristiani merasa resah, putus asa, tanpa harapan, dan ingin melarikan diri saja? Apakah saya kedengarannya seolah-olah membuatnya seperti tidak ada kemenangan di dalam Kristus — tidak ada kehidupan yang penuh sukacita — kedamaian dan kebahagiaan? Apakah saya membuatnya seperti kebanyakan pernikahan yang sudah basi dan kedengarannya seperti mayoritas suami dan istri yang ingin berpisah?
Itu bukanlah maksud dari pesan ini. Terima kasih Tuhan untuk semua kebahagiaan, kebaikan, umat Kristiani yang mapan, tak ada masalah, rasa nyeri, atau kesulitan. Terima kasih Tuhan untuk mereka yang menikmati pernikahan yang bebas dari beban dan kerepotan. Terima kasih Tuhan untuk umat Kristiani yang hidup, bernapas, dan berbicara tentang iman dan kemenangan. Itulah tujuan yang telah ditetapkan Kristus bagi kita - hidup dengan kepercayaan penuh, seperti iman anak kecil, dan kemenangan atas semua kekuatan musuh. Tapi sebagian dari kita masih akan menghadapi perjuangan. Sebagian dari kita masih berdoa dengan sungguh-sungguh untuk hal-hal yang belum terjadi. Beberapa dari kita, penuh dengan iman dan kemenangan, masih bertahan terhadap tekanan keluarga, penyakit, patah hati, dan uji coba. Kita juga, mengasihi Tuhan dan memiliki damai sejahtera dengan Allah. Tapi kita tidak bisa berbohong atas perasaan kita yang sebenarnya, dan kita tidak bisa bersembunyi dari pertempuran yang mengelilingi kita. Jadi jangan berpikir bahwa kita adalah umat Kristiani kelas dua olehkarena kita mengalami saat-saat kita menangis sama seperti yang Yesus lakukan, "Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Jangan berpikir bahwa kita penghujat atau umat yang ragu-ragu sebagai akibat mendapatkan pikiran-pikiran yang sesekali ingin melarikan diri dari pertempuran. Janganlah menuduh kita sebagai umat Allah yang kurang dewasa atau lemah, hanya olehkarena kita belum memahami semua Firman Allah — atau percaya pada semua janjiNya — atau bagaimanakah mendapatkan jawaban atas setiap doa kita. Dan tolong jangan katakan kepada kita yang masih saja menangis dan menangis dan terluka karena kesakitan, penderitaan, dan kesalahpahaman bahwa kita seharusnya tertawa, selalu bahagia dan sukses. Bahkan rasul yang suci sekalipun, Rasul Paulus berbicara tentang "ditekan sampai tak terkira, sedemikian rupa sehingga kami menjadi putus asa atas kehidupan ini."
Allah Sepenuhnya Memahami Dorongan Hati Manusia Pada Masa-masa Kritis Dan Bermasalah.
Itulah sebabnya Ia menyediakan kota-kota perlindungan bagi bangsa Israel, di mana orang-orang yang berada dalam masa krisis dapat melarikan diri ke tempat tinggal dan perlindungan. Enam kota disisihkan sehingga setiap orang Israel yang membunuh sesamanya manusia dengan "tidak sengaja" dan dengan "tidak memusuhinya lebih dahulu, dapat melarikan diri ke sana, sehingga ia, apabila melarikan diri ke salah satu kota itu, dapat tetap hidup " (Ulangan 4:42).
Hari ini kita memiliki sesuatu yang lebih baik. Allah telah menyediakan kita dengan Menara Yang Kuat dimana kita dapat melarikan diri dan mendapatkan bantuan pada saat-saat yang dibutuhkan.
"Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat" (Amsal 18:10).
Sahabatku, Tak Ada Tempat Lain Untuk Melarikan Diri — Selain Kepada Tuhan.
Daud di saat-saat yang sulit, melarikan diri ke Batu Karang. Yesus mengajak kita untuk berlari di bawah naungan sayapnya. Ketika banyak dari antara murid-murid-Nya pergi meninggalkan Dia, Yesus berpaling kepada ke dua belas murid dan bertanya, "Apakah kamu mau merlarikan diri juga, seperti yang lain?" Peterus menjawab-Nya, "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal." Peterus yakin bahwa Yesus adalah satu-satunya tempat untuk menyembunyikan diri — satu-satunya tempat untuk beristirahat.
Pikirkanlah tentang orang-orang miskin, homoseksual yang sedih yang baru saja kehilangan "cinta sejati." Dia minum minuman keras untuk menghilangkan rasa bersalah dan putus asa. Dia hidup di dalam ketakutan dan siksaan yang terus menerus, kesepian dan takut. Dia tidak memiliki tempat untuk melarikan diri — karena ia tidak memiliki Kristus. Dia tidak berlindung di bawah sayap-Nya, tidak ada perlindungan dari ancaman badai.
Pikirkanlah semua suami yang bingung dan istri yang terkunci dalam pernikahan yang putus asa — tak mampu berkomunikasi, tak mampu menjembatani jurang di antara mereka. Mereka minum minuman keras; mereka menipu diri; mereka hidup dalam penderitaan dan ketidakpercayaan. Mereka melihatnya tanpa harapan, sehingga mereka melarikan diri satu sama lainnya. Mereka mencari bantuan sementara dari masalah mereka dengan cara apapun yang mungkin dapat mengatasinya — pil narkoba, alkohol, perselingkuhan — tapi itu hanya membuat mereka lebih tertekan. Mereka tidak memiliki Juruselamat, tempat untuk melarikan diri. Mereka tidak memiliki menara yang kuat yakni tempat untuk melarikan diri dari kekuatan jahat. Kasihan sekali!
Namun tidak demikian untuk anak Allah! Kita memiliki tempat dimana kita dapat melarikan diri! Tidak ada tempat di bumi ini untuk melarikan diri masalah dan tekanan — Yesus sendirilah yang memiliki apa yang kita butuhkan. Kepada siapakah kita akan pergi melarikan diri? Ke manakah kita akan pergi melarikan diri? Kepada Dia! Tidakkah anda mendengar Dia menangis, "Ayo, larikanlah dirimu kepada-Ku, semua yang letih lesuh dan berbeban berat — dan Aku akan memberikan kamu istirahat dalam damai sentosa"?
Janganlah Mencoba Untuk Memahami Apa Yang Sedang Anda Alami — Hidupmu — Rumahmu — Pernikahanmu — Atau Pekerjaanmu.
Anda tidak akan pernah memahaminya walaupun dalam waktu sejuta tahun. Ketika musuh datang seperti banjir yang menyerang, berusaha untuk menenggelamkanmu dan membuatmu lari dalam ketakutan, larikanlah dirimu ke kamar doa anda yang rahasia dan curahkanlah hatimu kepada Sang Juruselamat. Utarakanlah kepada-Nya semua keluhan anda, bentangkanlah alasan kuatmu, seperti saran Yesaya, dan biarkanlah semuanya terlepas di hadirat-Nya. Menangis seperti sungai air mata. Jika anda tidak memiliki air mata yang tersisa, menyerahlah dan membiarkanlah Dia mengambil alih semuanya. Kemudian berdiri teguh dan melihat keselamatan dari Tuhan.
Jangan Biarkan Iblis Mencoba Menipumu Dengan Ide Bahwa Anda Jahat, Tidak layak, menjadi milikinya.
Jika anda telah gagal, jika anda telah berdosa - akuilah! Pertobatan sesungguhnya sederhana hanya menginginkan perubahan! Anda dapat melarikan diri ke lengan pemaaf milik Yesus dan dibuatnya benar-benar utuh dan keluar menjadi lebih kuat dan lebih bersih daripada sebelumnya.
Dan janganlah dengarkan kebohongan dari setan yang menyarankan anda berada dalam situasi tanpa harapan. Api pencobaan yang akan anda lalui itu biasa saja dan berlaku untuk semua umat Kristiani, dan Allah tidak akan membiarkan pencobaan itu melampaui kekuatan anda sehingga anda dapat menanggungnya.
Berikut Adalah Pesan Harapan Dari Allah:
“Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus; supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1 Petrus 4: 12,13).
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (1 Korintus 10:13).