Percaya Akan Kasih Allah
Dalam beberapa minggu ini Roh Kudus sedang memimpin saya berdoa untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang kasih Allah kepada saya. Setelah membaca 1 Yohanes 4:16, saya sadar betapa sangat kecil yang saya ketahui tentang hidup dan berjalan dalam kasih Tuhan, Yohanes menulis dalam suratnya: "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia."
Saya percaya bahwa sebagian besar umat Kristiani mengetahui tentang kasih Allah untuk mereka hanya secara teologis. Mereka telah belajar Alkitab tentang kasih dan telah mendengar bahkan mereka mengajarkannya — namun pemahaman mereka masih terbatas seperti lagu sekolah minggu "Yesus sayang padaku, Alkitab mengajarkanku..."
Kita berkata kita percaya Allah mengasihi kita, dunia ini dan orang-orang yang berdosa. Tapi itu adalah iman yang abstrak! Tidak banyak umat Kristiani yang dapat berkata dengan kuasa, "Ya, saya tahu Yesus mengasihi saya — karena saya memiliki pengertian tentang kasih-Nya. Saya telah memahaminya — saya hidup didalamnya. Dan kasih-Nya adalah landasan hidup saya."
Kehidupan sehari-hari kebanyakan umat Kristiani, tidaklah seperti orang yang berjalan dan percaya akan kasih Allah, mereka hidup di dalam rasa bersalah, ketakutan, penghukuman. Mereka tidak pernah benar-benar bebas — mereka tidak pernah bersandar dalam kasih Allah untuk mereka. Mereka mungkin saja duduk di gereja, mengangkat tangan mereka dan bersukacita — tetapi mereka membawa beban rahasia bersama mereka setiap waktu. Tidak sekali waktu pun mereka benar-benar bebas dari perasaan yang mengganggu mereka yakni tidak pernah benar-benar menyenangkan Tuhan. Mereka berkata kepada diri mereka sendiri, "Ada sesuatu yang kurang dari diriku — Aku tidak layak. Ada sesuatu yang salah!"
Perhatikanlah apa yang Paulus katakan: "hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu" (Efesus 5:2). Rasul Paulus mendorong jemaat di Efesus, "Yesus sunggu-sungguh mengasihi kamu — jadi hiduplah sebagaimana orang yang sangat dikasihi Allah!"
Saya telah mendengar kesaksian-kesaksian dari banyak umat Kristiani yang "lebih tua" — orang-orang yang telah berjalan dengan Tuhan selama 30 atau 40 tahun — yang mengaku bahwa mereka tidak pernah mengetahui betapa sukacitanya dikasihi oleh Allah. Mereka kelihatan bahagia dan puas diluarnya — namun, dalam dirinya, mereka merasa terseret, selalu membawa beban keraguan dan ketakutan. Saya percaya saudara-saudara ini tidak pernah mengerti, betapa dalamnya kasih Allah kepada mereka. Mereka tidak pernah mengalami kedamaian yang dibawa ke dalam setiap hati ketika kita mengenal akan kasih Allah.
Suatu hari anda harus sadar dan berkata kepada diri anda sendiri,"Ini bukanlah caranya untuk hidup! Saya tidak bisa terus melayani Allah dengan perasaan bersalah dalam diri saya, selalu merasa terhukum dan tidak layak. Saya mengasihi Yesus dan percaya dosa-dosa saya telah diampuni, mengapa saya harus berbeban berat?"
Faktanya, Allah menyelamatkan anda bukan untuk mengizinkan anda hidup dalam rasa bersalah dan penghukuman. Yesus berkata: "Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup" (Yohanes 5:24).
Arti dari kata "penghukuman" disini adalah "dimurkai". Yesus sedang berbicara bahwa anda tidak datang di bawah penghakiman-Nya — pada hari penghakiman anda akan terbebas dari murka-Nya. Tetapi penghukuman juga berarti "perasaan yang tidak pernah merasa layak." Dan Yesus berkata bahwa orang percaya tidak seharusnya datang di bawah perasaan yang tidak pernah layak!
"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, … yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh" (Roma 8:1,4). Semua rasa bersalah dan penghukuman adalah jelas dari iblis. Dan Paulus memperingati akan "agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman iblis" (1 Timotius 3:6). Dia berkata bahwa ketika anda jatuh dalam penghukuman, anda telah menjauh dari kasih karunia — dari jaminan yang Allah telah tawarkan kepada kita melalui darah Putra-Nya sendiri.
Saudara terkasih, Roh Kudus menyatakan kesalahan tetapi Dia tidak pernah menghukum. Pelayanan-Nya adalah untuk menyatakan dosa. Tetapi Roh Kudus melakukan hal ini untuk memulihkan — untuk membawa setiap orang ke tempat yang penuh damai sejahtera dan ketentraman di dalam Yesus. Dan Dia melakukan ini dengan tujuan untuk menyelamatkan, bukan dengan murka.
"Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?" (Roma 8:34). Tuhan sedang berkata, "Siapa yang menghukum kamu? Kenapa kamu hidup di bawah penghukuman, ketika Juruslamatmu disebelah-Ku saat ini, membela perkaramu?"
Satu-satunya penghukuman yang tersedia adalah untuk mereka yang menolak terang cahaya Injil: "Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat" (Yohanes 3:19)
Jika anda senang dengan Firman Allah yang datang dan membuka semua hal yang ada di dalam hati anda maka anda tidak lagi di bawah penghukuman. Penghukuman hanya untuk mereka yang menyembunyikan dosa dan menyukai kegelapan! Anda menghasihi terang, bukan? Lalu mengapa anda mengizinkan penghukuman?
Walaupun demikian mungkin anda diserang oleh godaan yang sepertinya tidak dapat anda tolak. Atau mungkin anda membawa perasaan tidak mampu, tidak layak — ketakutan kalau iblis akan menjerat anda dan anda akan mengecewakan Allah.
Inilah waktunya untuk anda bangun untuk menerima kasih Allah! Saya berdoa agar pada saat anda membaca pesan ini, sesuatu akan memukul sampai ke dalam hati anda, dan anda akan dapat berkata, "Anda benar, saudara David — itulah saya, saya tidak mau hidup seperti ini!"
Umat Kristiani yang hidup dalam rasa bersalah, ketakutan dan penghukuman adalah orang yang tidak "berakar dan berdasar" di dalam kasih Allah.
"Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah" (Efesus 3:17-19).
"Berakar dan berdasar" disini artinya "membangun dasar yang dalam dan stabil akan pengetahuan dan pemahaman tentang kasih Allah kepada anda. Dengan kata lain, pengetahuan akan kasih Allah kepada anda adalah dasar kebenaran dimana semua kebenaran lainnya harus dibangun.
Sebagai contoh, inilah dasar takut akan Allah yang akan dibangun. Rasa takut yang kudus akan Allah bukanlah sebuah ketakutan apabila Tuhan siap untuk menyerang anda jika anda melakukan beberapa kesalahan kecil. Melainkan, rasa takut akan kekudusan-Nya yang menentang kedurhakaan — dan apa yang Dia lakukan terhadap mereka yang menyukai kegelapan daripada terang!
Bapa kita di Surga mengirikan Putra-Nya untuk mati bagi dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan kita. Dan tanpa pengenalan dan pemahaman yang penuh akan kasih itu kepada anda, anda tidak akan pernah mempunyai dasar yang stabil dan teguh!
"Supaya kamu... dapat memahami kasih Kristus." Kata Yunani untuk "memahami" disini menunjukkan "dengan tekun untuk meraih atau menangkap." Maksud Paulus adalah supaya anda meraih kebenaran ini dan membuatnya menjadi dasar kehidupan Kristiani anda. Dia sedang berkata, "Keluarkanlah tangan rohani anda dan katakan, "Saya akan meraihnya!"
Biarkanlah saya membagikan kepada anda tiga hal yang Roh Kudus sedang ajarkan kepada saya tentang kasih Allah kepada kita. Saya berdoa semoga anda dapat menangkap kebenaran-Nya — sehingga itu akan membuka mata anda dan membantu anda masuk ke dalam dunia baru yang penuh sukacita dan damai sejahtera dalam perjalanan kehidupan anda sehari-hari dengan Tuhan:
Anda tidak dapat menceraikan persediaan-persediaan yang Allah miliki dari kasih-Nya. Kasih-Nya kepada kita seharusnyalah berhubungan dengan kekayaan-Nya yang berlimpah dalam kemuliaan untuk kebaikan kita. Dia telah memberi kita persediaan kebutuhan kita untuk setiap krisis dalam hidup kita — untuk membantu kita hidup berkemenangan setiap waktu!
Selama berminggu-minggu saya berdoa, "Tuhan, saya ingin tahu hati-Mu. Saya tidak dapat mendapatkan penyataan dari kasih-Mu kepada saya dari buku apapun dalam perpustakaan saya, atau bahkan dari orang-orang yang paling kudus yang pernah hidup. Hal itu bisa datang hanya daripada Engkau. Saya ingin penyataan kepada saya secara pribadi tentang kasih-Mu — secara langsung dari hati Engkau! Saya ingin melihatnya dengan sangat jelas sehingga membuat saya berubah dalam cara saya berjalan dengan Engkau dan dalam bagaimana saya melayani Engkau."
Saat saya berdoa, saya tidak tahu apa yang harus saya harapkan. Akankah penyataan kasih-Nya datang bergegas ke dalam jiwa saya seperti banjir kemuliaan? Akankah itu tampaknya seperti pemandangan yang menakjubkan sehingga membuat saya sulit bernapas, atau seperti manifestasi dari kedekatan-Nya? Apakah hal itu adalah perasaan yang sangat spesial kepada-Nya atau sentuhan tangan-Nya pada saya yang sangat nyata akan mengubah saya selamanya?
Tidak - Tuhan berbicara kepada saya dalam ayat sederhana: " begitu besar kasih Allah ... sehingga Ia telah mengaruniakan ..." (Yohanes 3:16). Kasih-Nya terikat kepada kekayaan-Nya di dalam kemuliaan — persediaan-Nya yang berlimpah bagi kita!
Alkitab berkata bahwa kasih kita kepada Tuhan ditunjukkan dengan ketaatan kita kepada-Nya. Tetapi kasih-Nya untuk kita dibuktikan dengan cara lain — dengan pemberian-Nya! Anda tidak dapat mengenal Dia sebagai Allah yang penuh kasih sampai anda melihat Dia sebagai Allah yang memberi. Allah sangat mengasihi kita, Dia menginvestasikan dalam Putra-Nya Yesus Kristus dengan semua harta, kemuliaan dan karunia milik Bapa — dan Dia memberikan Yesus kepada kita! Kristus adalah anugerah Tuhan bagi kita, yang di dalam Dia terdapat semua apa yang kita butuhkan untuk menjadi pemenang.
"Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia" (Kolose 1:19). "Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia" (2:9-10). Dengan kata lain, "Di dalam Dia anda memiliki semua persediaan — semua yang anda butuhkan!"
Masalahnya adalah, sangat sedikit umat Kristiani yang layak menerima apa yang telah Allah tawarkan dengan percuma. Kita tidak mengejarnya atau mengambilnya menjadi milik kita — dan kekayaan Kristus dibiarkan tidak diambil!
Kita akan terkejut ketika kita tiba di dalam kemuliaan! Saat itu, Allah akan menunjukkan kepada kita semua kekayaan akan kasih-Nya yang telah sediakan bagi kita dan bagaimana kita tidak menggunakannya.
Kita melihat contoh ini dari perumpamaan Anak yang Hilang. Kisah ini menceritakan kasih Allah dengan cara yang mendalam — dan itu membuktikan bahwa kasih-Nya kepada kita berhubungan dengan kekayaan dan persediaan-Nya yang berlimpah!
Disini akan dijelaskan maksud tentang perumpamaan Anak yang Hilang. Cerita ini tentang dua orang anak — yang satu sadar untuk berhenti mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang satu lagi tidak mau mengandalkan kekuatan bapanya.
Kata yang bungsu kepada ayahnya: "Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka" (Lukas 15:12). Dia menerima bagiannya — dan menghambur-hamburkannya — menunjukkan keinginannya pribadi: talentanya, kemampuannya, semua hal yang ia gunakan untuk menghadapi kehidupan dan semua masalah didalamnya. Dia berkata, "Aku memiliki kecerdasan, kesadaran yang baik, latar belakang yang baik. Aku bisa pergi dan melakukan apa yang aku mau sendiri!"
Sikap seperti itu menggambarkan kebanyakan umat Kristiani saat ini. Namun, ketika situasi menjadi sulit betapa cepat kita memutuskan untuk mengandalkan diri kita sendiri! Betapa cepat kita menghabiskan seluruh kekuatan dalam diri kita! Kita dapat mencari jalan keluar beberapa masalah kita sendiri dan menemukan kekuatan di dalam diri untuk beberapa ujian. Tapi ada saatnya akan datang bencana menyerang jiwa kita!
Anda menjadi tidak berpengharapan, dan anda tidak tahu jalan apa yang harus di tempuh. Teman-teman anda tidak dapat menolong anda. Anda dibiarkan sendiri, terluka, tanpa ada apapun yang tertinggal untuk menolong anda. Anda kelelahan — segala kekuatan anda telah habis! Semua yang tertinggal hanya ketakutan, depresi, kekosongan dan keputusasaan.
Apakah anda masih berkeliaran dalam kandang babi, berkubang dalam kekosongan, menderita kelaparan? Hal itulah yang terjadi pada Anak yang Hilang. Tidak ada yang tersisa pada dirinya yang dapat menolongnya! Dia telah kehabisan segala dayanya. Dan dia menyadari bahwa kepercayaan terhadap dirinyalah yang telah menyebabkan dia berada di dalam keadaan itu. Tapi apakah hal itu akhirnya telah membangunkan dia? Kapankah dia menyadarinya? Hal itu terjadi pada saat ia mengingat segala kelimpahan persediaan yang terdapat di dalam rumah bapanya!
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan (Lukas 15:17). Ia memutuskan untuk kembali dan mengambil persediaan bapanya yang berlimpah itu untuk dirinya sendiri!
Tidak satu katapun dalam perumpamaan ini yang menunjukkan bahwa sang anak yang hilang itu datang kembali olehkarena kasihnya kepada bapanya. Benar, dia bertobat — dia bersujud, menangis, "Bapa, ampuni aku! Aku telah berdosa terhadap engkau dan terhadap Allah. Aku bahkan tidak layak untuk masuk ke dalam rumahmu," Tapi dia tidak berkata, "Bapa, aku datang kembali olehkarena aku mengasihimu!"
Sebaliknya, apa yang diungkapkan disini adalah bahwa kasih Allah kepada kita adalah tanpa syarat; kasih-Nya tidak tergantung pada kasih kita kepada-Nya. Faktanya, Dia menghasihi kita bahkan ketika kita jauh dari Dia dalam hati kita, saat kita masih orang berdosa. Itu adalah kasih tanpa syarat!
Ketika anak yang hilang itu kembali, bapanya tidak memeriksa daftar dosa-dosa anaknya. Dia tidak berkata, "Kemana saja kamu? Berapa banyak pelacur yang kamu tiduri? Berapa banyak uang dalam dompetmu? Aku mau memperhitungkannya!"
Tidak — sebaliknya, ia merangkul anaknya dan menciumnya. Dia berkata kepada hamba-hambanya, "Sembelihlah lembu yang tambun itu! Pakaikanlah jubah yang terbaik kepadanya, cincin pada jarinya dan sepatu yang pada kakinya. Mari adakan perayaan — mari kita bersukacita dan bergembira!"
Dimanakah penyataan kasih Bapa dalam gambaran ini? Apakah di dalam kesediaanNya untuk mengampuni? Ciumannya yang penuh kasih? Lembu yang tambun? Jubah, cincin dan sepatu yang baru?
Memang, semuanya itu adalah ungkapan kasih-Nya - tetapi tidak ada satupun dari semuanya itu yang merupakan inti dari kasih-Nya! "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1 Yohanes 4:10). "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita" (Ayat 19).
Telah dibawanya aku ke rumah pesta, dan panjinya di atasku adalah cinta (Kidung Agung 2:4). Sukacita Bapa tidak akan penuh sampai Dia duduk dalam rumah pesta bersama anaknya, dan Dia telah meyakinkan anaknya bahwa ia telah diampuni dan dosa-dosanya telah dihapuskan. Mereka duduk dalam satu meja — pesta Anak Domba!
Jika anda melihat ke jendela saat kejadian itu, anda akan melihat seorang anak muda yang telah mendapat penyataan yang sesungguhnya akan kasih Allah: Dia akan sedang menari! Ada musik, dan dia tertawa dan bahagia. Bapanya senang karena dia, dan tersenyum kepadanya!
Dia tidak ada di bawah bayang-bayang ketakutan. Dia tidak sedang mendengar tipuan lama: "Kamu akan kembali ke kandang babi! Kamu tidak layak akan kasih seperti itu... " Tidak, dia menerima pengampunannya — dan dia mentaati perkataan bapanya untuk datang dan mengambil untuk dirinya sendiri semua yang ia butuhkan.
Ia mendengar bapanya berbisik kepadanya, "Semua kepunyaanku adalah milikmu. Tidak perlu untuk merasa lapar lagi. Kamu tidak perlu lagi menjadi kesepian, kekurangan, tersingkir dari rumah persediaanku."
Saudara terkasih, ini adalah kepenuhan kasih Allah, hal yang paling pokok! Bahkan di saat kita dalam keadaan yang paling kelam, Tuhan tidak hanya memeluk kita dan membawa kita kembali - tetapi Ia juga berkata: "Bawalah lembu tambun, dan mari kita makan dan bergembira! Dalam rumah pestaku, ada perjamuan besar untuk orang yang Kukasihi!"
Namun kita saat ini memiliki janji yang lebih baik :"dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita" (Efesus 3:19-20).
Ini adalah kasih Allah bagi kita: "Aku memberikan kepadamu kepenuhan yang sangat berlimpah — persediaan untuk setiap krisis, sukacita di sepanjang kehidupanmu yang menyeluruh. Datanglah dan ambilah semuanya itu!"
Sekarang, anak yang lebih tua sedang keluar ke ladang, bekerja dengan keras mengerjakan usaha ayahnya ketika tiba-tiba ia mendengar musik, tawa, tarian. Saat ia datang ke rumah, dia menemukan bahwa semuanya itu adalah perayaan untuk adiknya yang bandel — orang yang telah menghambur-hamburkan harta ayahnya untuk pelacur dan hidup berfoya-foya!
Saat anak yang sulung itu melihat melalui jendela, ia melihat ayahnya bersukacita atas adiknya, penuh kegembiraan. Dia tidak dapat memahami bagaimana adiknya yang tidak ada baiknya itu dapat begitu bebas, senang dan diberkati dalam waktu singkat. Alkitab menulis tentang dia, "Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk ... " (Lukas 15:28).
Akhirnya, bapanya keluar dan mengajak dia untuk masuk. Tetapi anak sulung itu berkata, "Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku" (ayat 29). Dia sedang berkata, "Ini tidak benar! Selama bertahun-tahun aku melayani bapa dengan baik. Aku tidak pernah tidak taat kepada bapa sekalipun."
Oh, berapa banyak dari antara kita yang dapat memahami anak yang sulung itu! Kita menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba dengan keras untuk menyenangkan Tuhan kita, hidup dalam tekad yang mantap untuk selalu melakukan yang benar. Hal itu dengan pasti menggambarkan diri saya — karena saya telah sering tertangkap dengan apa yang ada di luar, untuk melihat ke dalam!
Anda lihat, saya telah mengenal Tuhan sepanjang hidup saya. Saya tidak pernah mengikuti dunia. Saya tidak merokok, tidak pernah menyentuh narkoba, tidak pernah hidup dalam perzinahan. Saya bekerja keras hidup untuk Tuhan.
Lalu, pada suatu ketika, saya melihat seorang yang bertobat datang kembali kepada Yesus, seseorang yang pernah hidup di dalam dosa. Dan ketika ia kembali, tiba-tiba ia menari, bersukacita — senang dan riang! Dia datang kepada Kristus dengan iman yang sederhana, dan dia tidak lagi memiliki rasa bersalah, penghukuman atau kenangan dari masa lalu. Semuanya baru baginya! Tuhan tampak tersenyum kepadanya.
Namun saya kembali terduduk, berpikir, "Pasti, dia bernyanyi dan memuji saat ini — tapi apakah dia benar-benar kudus? Saya telah membayar sebuah harga untuk tempat saya di dalam Allah — saya telah melayani Dia selama bertahun-tahun. Namun saya masih memiliki beban-beban, perhatian-perhatian. Di saat seperti itu, saya merasa bersalah, kebingungan. Dan kemudian datanglah ia, menari! Dia masuk dan melewati saya dengan iman yang sederhana di dalam Firman Allah, Tuhan, ini tidaklah benar! Dia sungguh terbebas — sedang hidup saya sangatlah rumit!"
Saya yakin anak yang sulung itu kembali ke pondok pengembalaannya yang sederhana, memikirkan saat ketika ia menerima warisannya: "Tunggu saja. Suatu hari, saat waktunya tiba, saya akan mendapatkan berkat yang besar. Saya akan memiliki lumbung yang besar!" Inilah seseorang yang sedang menunggu masuk ke surga sebelum menggunakan semua yang baik yang disediakan dari Tuhan.
Bapanya pasti merasa sedih. Saya yakin dia telah terus berulang-ulang mengatakan kepada anaknya : "Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu" (ayat 31). Dengan kata lain, "Kamu telah bersama-sama aku selama ini, dan apa yang aku miliki telah menjadi milikmu. Kamu tahu bahwa aku akan memberikan apa saja kepadamu — namun kamu tidak pernah mengambilnya!"
Saya bertanya kepada anda — berapa lama anda telah berada di luar? Anda memiliki Bapa yang telah mencurahkan persediaan kekayaanNya yang besar untuk anda. Namun anda membiarkannya tanpa diambil sedikitpun.
Perumpamaan ini menunjukkan kepada kita bahwa dengan masuk dan menikmati kekayaan ayahnya, anak yang hilang itu telah memiliki kedua-duanya. Dia bisa hidup di bumi dengan kelimpahan pengampunan, sukacita, damai sejahtera dan ketentraman yang menjadi miliknya. Dan disaat kematian merengutnya bersama dengan warisannya, dia akan sepenuhnya menikmati apapun yang ia telah ketahui saat masih hidup di dunia.
Sungguh, dosa yang lebih besar telah dilakukan oleh kakaknya — anak yang tinggal di rumah, patuh dan tidak pernah melawan bapanya. Benar, itu adalah dosa dengan menghambur-hamburkan apa yang Allah miliki di dalam diri kita untuk mengejar hal-hal duniawi dan suatu semangat pelarian; tetapi dosa yang lebih hebat adalah menolak kasih Allah yang besar — membiarkannya tanpa mengambil persediaanNya yang berlimpah yang Dia berikan dengan membayar harga yang sangat mahal kepada kita !
Anak yang melarikan diri itu tidak dihukum, ditegur atau diingatkan akan dosanya — karena Allah tidak mengizinkan dosa menjadi fokus dari pemulihan! Di situlah terdapat pertobatan sejati dan dukacita menurut kehendak Allah. Dan sudah waktunya untuk beralih ke ruang perjamuan kasih — untuk perayaan! Sang bapa berkata kepada anak yang sulung, "Dia yang hilang, tapi sekarang telah kembali lagi ke rumah. Dia telah diampuni — dan ini saatnya untuk bersukacita dan berbahagia!"
Apakah anda lelah dengan hidup seperti orang yang kekurangan ketika semua yang anda butuhkan telah disediakan? Mungkin fokus anda salah. Anda cenderung memikirkan kelemahan-kelemahan anda, cobaan-cobaan dan kegagalan-kegagalan anda di masa lalu, dan ketika anda melihat ke dalam hati anda, apa yang anda lihat justru membuat anda sedih. Anda mengizinkan rasa bersalah meresap masuk ke dalam hati.
Saudara terkasih, mata anda harus tertuju kepada Yesus, yang mengadakan dan menyempurnakan iman anda. Ketika setan datang dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam hati anda, anda sangat memiliki hak untuk menjawab: "Allahku sudah mengetahui semua itu dan Dia tetap mengasihiku! Dia telah memberikanku segalanya yang aku butuhkan untuk mendapatkan kemenangan dan untuk terus menang."
"Sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu" (1 Yohanes 3:20). Dia mengetahui semua tentang anda — dan Dia tetap mengasihi anda untuk berkata, "Datanglah dan ambillah semua yang kamu butuhkan. Rumah Persediaan-Ku terbuka!"
Memang, pintu-pintu di rumah persediaan-Nya terbuka lebar, dan kekayaan-Nya penuh berlimpah. Tuhan mendesak anda: "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibrani 4:16).
Inilah langkah yang anda perlukan untuk masuk ke dalam rumah persediaan-Nya dan mendapatkan apa yang anda butuhkan:
1. Datang dengan keberanian ke tahta-Nya dan minta segala anugerah dan kemurahan yang anda butuhkan untuk anda melalui setiap cobaan dan ujian. Iblis memiliki sejuta cara untuk membuat anda merasa bersalah, takut, terhukum dan bingung.
Dan ia akan mengatakan kepada anda, "Anda merasa seperti itu karena anda membiarkan sampah di dalam hati anda!" Tetapi saya berhenti melihat ke dalam hati saya sejak lama, karena itu selalu hitam kelam. Namun, hal itu adalah putih di mata Bapa — karena itu telah tertutup dengan darah Anak Domba!
Tidak masalah bagaimana perasaan anda. Cukuplah mata anda tertuju kepada Firman Allah untuk apapun yang telah Yesus perbuat. Dia telah menghapus daftar dosa anda menjadi bersih!
2. Ingatkan Allah bahwa itu adalah ide-Nya untuk anda datang. Anda tidak datang kepada Tuhan dengan berkata, "Bapa, saya ingin semua yang Engkau miliki!" Tidak — Dialah yang mengundang anda untuk masuk, dan berkata, "Semua yang Aku miliki adalah kepunyaanmu. Datanglah dan ambillah!"
3. Percaya pada perkataan Firman Allah! Alkitab berkata bahwa semua yang Dia miliki untuk kita diperoleh dengan iman, anda hanya perlu berkata dalam iman, "Tuhan Yesus, aliri aku dengan damai sejatera-Mu karena Engkau telah berkata itu milikku! Aku menerima ketentraman untuk jiwaku!"
Anda tidak dapat bekerja untuk menghasilkannya sendiri. Anda tidak dapat bernyanyi atau memuji agar itu turun memenuhi anda. Tidak — itu datang karena telah berakar dan tertanam di dalam penyataan kasih Allah kepada anda. Hal itu tidak datang dari perasaan tapi dari dalam Firman yang Dia sendiri telah katakan: "Di rumah-Ku banyak roti berlimpah-limpah!"
4. Percayalah Firman Allah, dan remukkanlah semua ketakutan, rasa bersalah dan penghukuman anda! Tolak semuanya itu — itu tidak berasal dari Allah! Anda dapat berkata, "Biarlah iblis datang kepadaku dengan kebohongannya. Bapaku sudah tahu semuanya itu, dan Dia mengampuni dan membersihkan aku. Tidak ada rasa bersalah dan penghukuman padaku. Saya bebas!"
Saudara, saya percaya bahwa jika anda meminta Roh Kudus saat ini untuk membantu anda menggunakan kebenaran ini — untuk berakar dan bertumbuh di dalamnya — maka hari-hari yang akan datang akan menjadi hari-hari yang paling terberkati yang pernah anda miliki. Anda dapat berkata, "Tuhan Yesus, saya tahu saya akan membuat kesalahan. Tapi tidak ada yang akan menggoyahkanku — karena Engkau memiliki segalanya yang saya butuhkan untuk mendapat kemenangan dan hidup didalamnya."
Datanglah ke rumah persediaan-Nya — dan ambilah semua yang menjadi milik anda dari Bapa anda yang penuh kasih. Haleluya!