Pujian yang Benar di Tempat yang Salah
Bangsa Israel sedang berada dalam keadaan terjepit tanpa harapan!
Di hadapan mereka terbentang Laut Merah. Gunung-gunung yang tinggi mengapit di kiri dan kanan mereka, Firaun dan bala tentaranya mengejar dan mendekat dari belakang. Umat Allah nampaknya terjebak tak berdaya bagaikan bebek, yang siap untuk dipotong. Tapi percaya atau tidak, dengan sengaja Allah-lah yang merencanakan situasi yang berbahaya itu bagi mereka!
Segera kepanikan melanda perkemahan kaum Israel. Kaum pria gemetar ketakutan, wanita dan anak-anak menangis mengerumuni kakek-nenek dan sanak keluarga mereka. Tiba-tiba Musa diserbu oleh para kepala keluarga yang dengan marah berteriak, Habislah nasib kami! Apakah tidak ada kuburan di Mesir sehingga engkau membawa kami keluar untuk mati di sini? Sudah kami katakan kepadamu untuk tidak mengusik kami di Mesir. Lebih baik menjadi budak di Mesir daripada mati dalam padang gurun celaka ini!
Saya bertanya-tanya di dalam hati apakah Musa merasa gentar pada saat itu. Bahkan ketika hamba Allah ini menangis, seolah-olah Allah mencelanya, Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepadaKu? (Keluaran 14:15).
Tak seorang pun dari bangsa Israel yang mengetahui akan kemenangan besar yang akan segera Allah berikan kepada mereka! Tiba-tiba angin bertiup membelah laut, lalu bangsa Israel berjalan di atas tanah yang kering menyeberangi laut yang terbelah ini. Dan ketika Firaun beserta bala tentaranya mengikuti untuk mengejar, air laut kembali bergolak menutupi dan menenggelamkan mereka semua!
Suatu pemandangan yang luar biasa! Dari sisi seberang, umat Allah menyaksikan musuh mereka yang perkasa dibinasakan bagaikan boneka-boneka mainan. Sekali lagi, mereka menyadari bahwa Tuhan telah melepaskan mereka dari keadaan yang mustahil. Setelah itu mereka menaikkan nyanyian pujian di tengah perkemahan. Alkitab mencatat reaksi mereka dan nyanyian pujian mereka berbunyi:
Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan Tuhan terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada Tuhan dan mereka percaya kepada Tuhan dan kepada Musa, hambaNya itu. Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi Tuhan yang berbunyi: Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkanNya ke dalam laut. Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia (Keluaran 14:31, 15:1-2).
Mungkin saudara mengetahui lagu ini yang syairnya diambil dari Alkitab. Orang-orang Kristen menyanyikan lagu ini di banyak gereja hari-hari ini.
Tetapi saudara yang terkasih, perhatikanlah kalimat dan tekanan dari ayat berikut, yang merupakan inti dari khotbah ini!
Orang Israel melihat perbuatan yang besar yang Tuhan lakukan terhadap orang Mesir Lalu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini (Keluaran 14:31, 15:1, terjemahan dari Alkitab bahasa Inggris versi King James, penerjemah).
Mereka menyanyikan pujian yang benar tetapi mereka menyanyikannya di sisi yang salah! Artinya, mereka menyanyikannya hanya setelah mereka berada di seberang, setelah melewati Laut Merah. Di sisi ini masalah telah berlalu dan kemenangan sudah mereka alami, sehingga tidak diperlukan iman untuk dapat menyanyikan pujian ini.
Saudara lihat bahwa semua percobaan dan ujian terdiri dari dua sisi. Sisi pertama adalah sisi ujian, di mana kita merasa seperti berada dalam lembah kegelapan dan tak berpengharapan. Sisi berikutnya adalah sisi jalan keluar, di mana kita memperoleh kelepasan dan kemenangan. Orang-orang yang tidak percaya pun dapat memuji Tuhan setelah ujian terlewati dan kemenangan terjadi. Akan tetapi, Tuhan menginginkan kita untuk menaikkan pujian kepada-Nya sewaktu kita berada pada sisi ujian. Ia layak kita sembah walaupun kita berada pada saat yang paling gelap, ketika kita tidak memiliki jalan keluar maupun pengharapan sama sekali dan hanya Ia sendiri yang sanggup untuk melepaskan kita!
Saudara bisa membayangkan keadaan di perkemahan bangsa Israel setelah kemenangan mereka: Miryam menari bersama dengan semua wanita, memukul rebana, dan semua orang bernyanyi dan bersorak-sorak memuji Allah. Alkitab menceritakan bahwa dengan berani mereka menyatakan, Bangsa-bangsa mendengarnya, merekapun menggigil gemparlah para kepala kaum di Edom, kedahsyatan menghinggapi orang-orang berkuasa di Moab; semua penduduk tanah Kanaan gemetar (Keluaran 15:14-15).
Mereka pasti merasa, betapa aman dan kuatnya mereka. Tapi kemenangan mereka adalah kemenangan yang semu sebab bangsa Israel sudah gagal dalam menghadapi pengujian pada hari itu! Hanya Musa yang berhak untuk menyanyikan nyanyian kemenangan itu di seberang Laut Merah. Karena sebelum air laut terbelah, bangsa Israel mengaduh dan menggerutu, mengeluh dan menangis!
Tujuan Tuhan mengijinkan kita untuk mengalami krisis yang nampaknya tidak mungkin terselesaikan adalah untuk menguji kita untuk membangun dalam diri kita suatu iman yang teguh kepada Tuhan, yang merupakan fondasi/dasar kehidupan rohani kita! Cara apa lagi yang dapat membuat umat-Nya mempercayai-Nya dalam semua peperangan yang akan mereka hadapi?
Akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang hamba-hamba Tuhan yang jatuh ke dalam dosa, seperti perzinahan dan skandal keuangan. Tetapi yang lebih buruk lagi di mata Allah adalah meningkatnya jumlah hamba Tuhan yang meninggalkan pelayanan karena mereka membiarkan keraguan dan ketakutan mempengaruhi mereka.
Kami menerima surat-surat dari seluruh pelosok Amerika Serikat yang menceritakan adanya anggota-anggota jemaat yang jatuh ke dalam percobaan dan kemerosotan rohani karena pendeta mereka yang dulunya berkhotbah tentang iman telah menyerah dan meninggalkan mereka. Pendeta tersebut tidak dapat menyanyikan pujian yang benar di tempat yang tepat!
Saudara-saudara terkasih, setiap krisis yang saudara hadapi saat ini merupakan suatu kesempatan bagi saudara untuk belajar mempercayai Allah untuk membangun suatu fondasi iman yang teguh, agar saudara tegar dan sanggup menghadapi segala tantangan yang akan datang selama sisa hidup saudara! Bagi bangsa Israel, pengujian ini merupakan suatu kesempatan untuk mengecek isi hati dan menyingkapkan kebimbangan yang tersembunyi di dalam hati mereka sehingga dengan iman mereka dapat berbalik kepada Tuhan!
Jika saja mereka mengingat mukjizat yang telah mereka alami di Mesir, mereka akan sanggup berkata, Hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan! Mereka dapat saling menguatkan dengan menaikkan suatu nyanyian pujian nyanyian yang sama yang di kemudian hari mereka nyanyikan di sisi yang salah, Besar Tuhan dan patutlah dipuji. Sikap seperti ini dapat menyebar ke seluruh perkemahan dan mengobarkan iman mereka! Hal ini pasti meneguhkan iman yang bersandar kepada Allah sebagai dasar hidup mereka! Iman yang tahan uji dan tak tergoyahkan, yang akan membuat mereka bertahan melewati kekerasan padang gurun dan peperangan di Kanaan. Iman yang akan meneguhkan mereka sebagai umat pilihan Allah di dunia ini suatu terang bagi bangsa-bangsa!
Namun bukannya pada masa percobaan mereka memuji Tuhan. Bahkan mereka telah kehilangan keyakinan akan kasih Bapa surgawi mereka dan menuduh Allah telah melalaikan mereka!
Baru-baru ini seorang saudara seiman di dalam Tuhan mencurahkan isi hatinya kepada saya mengenai sebuah ujian berat yang sudah beberapa lama ia hadapi. Sekitar satu tahun yang lalu ia berhenti dari pekerjaannya yang berpenghasilan tinggi karena ia akan harus berkompromi dengan dosa kalau tetap bekerja di sana. Selama berbulan-bulan ia mengirimkan banyak surat lamaran, tetapi belum ada satu pekerjaan pun yang ia dapatkan.
Ini merupakan saat-saat ujian yang berat baginya. Ia telah menerima berbagai macam nasihat dari teman-teman Kristennya yang bermaksud baik. Beberapa di antara mereka mengatakan bahwa pasti ada dosa di dalam hidupnya dan itulah sebabnya Allah belum membuka peluang baginya. Yang lainnya mengatakan, Kalau saja engkau mempunyai cukup iman.
Tapi saudara ini berkata kepada saya, Kalau Allah ingin mengungkapkan sesuatu atas semua hal ini, saya tidak menangkap pesan-Nya. Saya belum memahami maksud-Nya. Tidak apalah kalau teman-teman mau membesarkan hati orang yang terluka seperti saya tapi sebelum mereka mengalaminya sendiri, mereka tidak akan dapat benar-benar merasakan betapa sakitnya! Saya mengasihi Tuhan, tapi seolah-olah tidak ada harapan bagi saya. Percobaan ini masih berlanjut dan saya masih menemui jalan buntu ke mana pun saya pergi!
Lalu ia mengatakan sesuatu yang sangat mengesankan saya dan menjadi inti dari khotbah ini, Saya ingin keluar dari percobaan ini dengan sebuah kesaksian. Saya tidak ingin Allah memberikan saya pekerjaan dengan begitu saja, dan mengeluarkan saya dari semua masalah, dan mengijinkan saya melewatkan hal ini tanpa belajar sesuatu pun dari-Nya.
Orang-orang di sekitar saya memperhatikan saya dan saya ingin agar mereka melihat sebuah kesaksian melalui hidup saya mengenai Allah. Saya ingin mendapatkan kemenangan dengan melalui ujian dan percobaan. Jika tidak, apa yang telah saya pelajari mengenai mempercayai Tuhan akan tidak berarti dan hanya merupakan teori kosong belaka. Kecuali hal tersebut terbukti dalam waktu kesukaran, maka hal itu tidak ada gunanya!
Beberapa orang akan berkata, Tidaklah wajar menaikkan pujian kemenangan di saat kita sedang terluka. Jika kita berada pada posisi bangsa Israel pada waktu itu, tentu kita juga akan menangis ketakutan. Adalah manusiawi untuk merasa khawatir jika kita memikirkan suami/istri dan keluarga kita seperti saat kita tidak mendapatkan pekerjaan, anak-anak kita dalam kesukaran, serta berbagai masalah ada di hadapan kita.
Saudara-saudari yang terkasih, pandangan Allah tidaklah seperti itu. Pandangan-Nya sangat berbeda dengan pandangan kita. Apakah Ia Allah yang tak berperasaan ketika Ia berkata kepada Musa, Mengapa engkau berseru-seru kepadaKu? Suruh mereka untuk maju terus! Benarkah ini berarti Ia tidak peduli terhadap perasaan dan luka hati kita?
Tidak! Alkitab berkata, ... di mana engkau melihat bahwa Tuhan, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini (Ulangan 1:31). Ia adalah seorang Bapa yang mengasihi dan sangat memperhatikan kita. Dan Ia tidak suka mendengar persungutan dan tuduhan terus-menerus mereka yang mengatakan bahwa Ia sudah melupakan mereka!
Saudara mungkin memiliki anak remaja dalam keluarga saudara. Saudara dapat melihat bahaya dan ancaman bagi mereka mengingat kejadian-kejadian di negara, kota-kota dan sekolah-sekolah kita. Dan saudara akan bertanya-tanya apakah Allah masih memegang kendali atas semua ini. Ingatlah, agar jangan saudara sekali-kali mulai berpikir Bapa di surga Yang Maha Pengasih tidak mendengarkan doa-doa saudara dan tidak mendirikan tembok api perlindungan di sekeliling anak-anak saudara!
Allah berfirman kepada bangsa Israel, Dan anak-anakmu yang kecil, yang kamu katakan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang sekarang ini yang belum mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, merekalah yang akan masuk ke sana dan kepada merekalah Aku akan memberikannya, dan merekalah yang akan memilikinya (Ulangan 1:39). Allah memberi kelepasan kepada anak-anak kecil tetapi tidak memberikannya kepada orang dewasa yang menolak untuk mempercayai-Nya!
Tidak ada salahnya untuk datang kepada Tuhan ketika saudara terluka dan berseru, Tolong! Ia memahami ketika hati saudara hancur dan segala sesuatunya nampak suram. Daud berkata, Ketika aku dalam kesesakan kepada Allahku aku berteriak minta tolong (Mazmur 18:7).
Tetapi akan tiba saatnya di mana pada waktu saudara berdoa, Roh Kudus berbicara sama seperti apa yang dikatakan-Nya kepada Musa, Mengapa engkau masih menangis? Kapankah imanmu akan bangkit dalam hatimu?
Saudara perhatikan, bahwa Allah tahu saudara tidak berada dalam keadaan bahaya. Ia tahu cara yang akan dipergunakan-Nya untuk menyelamatkan saudara. Malah sebenarnya Ia mempunyai berjuta cara. Saudara tidak akan dapat melihatnya jika saudara tidak mau menghadapi tembok pengujian tersebut! Bagi bangsa Israel, tembok pengujian itu adalah Laut Merah. Seandainya mereka mencoba lari ke gunung, sudah pasti singa dan binatang buas menerkam mereka. Mereka terjepit, terjebak tepat di tempat yang Tuhan inginkan!
Mereka menerima pertolongan Tuhan hari itu dan sesudahnya baru mereka memuji Tuhan. Tapi pujian mereka dangkal, tanpa fondasi. Inilah bukti bahwa pujian mereka dangkal: tiga hari kemudian mereka kembali kepada sikap mereka yang lama, yaitu tidak percaya dan takut!
Pada masa krisis mereka tidak melakukan tindakan untuk mengatasi rasa takut. Mereka menyembunyikannya dan menyelubunginya dengan pujian. Mereka tidak pernah bertindak tegas menghancurkan keraguan dan ketakutan mereka. Padahal itulah tujuan utama mengapa mereka mengalami krisis.
Saudara yang terkasih, ada satu pujian yang dapat dinyanyikan, dan pujian itu harus dinaikkan di tempat yang benar, yaitu di saat pengujian. Dan yakinlah bahwa jika dunia mengetahui bahwa kita adalah seorang Kristen, maka pujian seperti ini mereka tuntut dari kita. Pemazmur berkata, Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion! Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? (Mazmur 137:3-4).
Bangsa Israel berada dalam situasi yang tersulit dalam hidup mereka. Dan selama mereka dibawa ke penawanan, para penawan itu meminta mereka untuk menyanyikan lagu. Tetapi dalam diri mereka sudah tidak ada semangat hidup lagi, yang ada hanyalah depresi, keputus-asaan dan tanpa pengharapan.
Banyak orang Kristen yang berada dalam keadaan yang sama akhir-akhir ini. Saudara mungkin sedang dalam keadaan terjepit. Dan dengan gencarnya iblis berusaha menjatuhkan saudara dengan percobaan lama. Saudara sudah hampir menyerah, dan berpikir, Saya akan tidak dapat bertahan lagi. Meskipun saya sudah menangis dan berdoa, keadaan saya tidak akan berubah. Belenggu yang lama ini akan menguasai saya selamanya!
Ketika bangsa Israel jatuh ke dalam perbudakan Babel, penjajah mereka berseru kepada mereka, Bernyanyilah bagi kami! Hiburlah kami! Kami sudah mendengar segala sesuatu mengenai dirimu dan apa yang Allahmu telah lakukan bagimu. Mata-mata kami sudah menceritakan semuanya! Keluarkanlah rebana dan kecapimu. Mainkanlah sebuah lagu bagi kami! Tunjukkanlah kepada kami sukacitamu di dalam Allah!
Saya tidak percaya bahwa permintaan mereka ini hanyalah untuk olok-olok belaka. Saya percaya hal ini juga merupakan permohonan yang memilukan. Dewa-dewa Babel telah membuat hidup mereka penuh kekosongan dan kekeringan. Mereka tidak mempunyai pengharapan. Tetapi bangsa Babel telah sebelumnya mendengar umat Israel bernyanyi memuji Allah mereka Allah yang menyertai mereka dalam menghadapi segala situasi yang mustahil. Mereka berkata, Orang-orang ini memiliki Allah yang dapat membelah laut bagi mereka. Allah mereka mengirim api dari langit dan dengan perkasa melawan musuh-musuh mereka. Pastilah ada sesuatu yang istimewa pada Allah mereka!
Dunia ingin melihat orang yang bisa bertahan atas masalah-masalah yang sama dengan masalah yang mereka hadapi dan dalam peperangan yang sama dengan peperangan mereka, namun yang masih dapat menyanyi, bersorak dan tetap teguh imannya sekalipun dalam masa-masa yang gelap. Orang-orang Babel meminta sebuah nyanyian dari bangsa Israel sebab ada suatu seruan dalam hati mereka, Di manakah dapat kami temukan, di muka bumi ini, sesuatu yang dapat membuat seseorang bernyanyi meskipun ia kehilangan segalanya? Mereka membutuhkan sebuah kesaksian! Sangatlah penting bagi anak-anak Allah di mana pun mereka berada untuk setiap saat menyanyikan nyanyian dari Sion, Ya Allah, apa pun yang terjadi, saya tetap mempercayai-Mu!
Dunia tidak akan tergugah hanya oleh kesaksian saja. Program-program gereja sering membuat kehidupan rohani orang-orang menjadi mati dan kering. Bahkan mukjizat kesembuhan Ilahi sekarang ini nampaknya hanya memberikan sedikit pengaruh, sebab dunia telah melihat begitu banyak mukjizat kedokteran misalnya transplantasi jantung, tangan, kaki dan mata.
Dunia berteriak kepada kita, Kalian dapat memperlihatkan sebuah mukjizat kepada kami! Namun bukanlah terbelahnya Laut Merah yang mengesankan kami. Bukan pula menyaksikan orang buta dicelikkan matanya ataupun orang lumpuh berjalan. Kami ingin melihat jika justru pada masa-masa tergelap dan tanpa harapan menurut ukuran manusia, kalian dapat tetap tersenyum dengan penuh sukacita dan bernyanyi memuji Allah! Itulah mukjizat yang ingin kami lihat!
Jika saudara tidak mengambil tindakan atas keragu-raguan saudara, maka saudara akan diserahkan kepada roh penggerutu dan pengeluh. Saudara akan hidup seperti itu dan meninggal dunia seperti itu pula. Keragu-raguan saudara tidak dapat hanya dipendam begitu saja. Mereka harus dicabut sampai ke akar-akarnya!
Coba perhatikan bangsa Israel tiga hari setelah bebas dari perbudakan di Mesir. Mereka telah bernyanyi, memukul rebana, dan bersaksi akan kekuatan dan keperkasaan Allah Yang Maha Kuasa. Dengan bangganya mereka menyerukan bahwa Ia memimpin dan melindungi mereka. Lalu tibalah mereka di Mara yang berarti air yang pahit. Ini merupakan sebuah ujian yang lain untuk mereka.
Saudara perhatikan, Allah akan tetap mengijinkan krisis demi krisis terjadi sampai akhirnya kita dapat memetik pelajaran darinya. Kalau kita tetap menolak untuk belajar, akan tiba saatnya ketika Ia menyerahkan kita kepada kepahitan dan persungutan kita. tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: Apakah yang akan kami minum? (Keluaran 15:22, 24).
Pada hari Minggu, mereka mendapat pengalaman yang luar biasa bernyanyi, menari dan memuji! Dan pada hari Rabunya mereka berada dalam kesesakan. Timbul lagi suatu krisis dan lagi-lagi iman mereka menjadi goyah!
Bagaimana mungkin mereka kehilangan keyakinan secepat itu? Sebab mereka tidak pernah memilikinya. Mereka tidak pernah mempunyai fondasi yang kokoh yang menopang mereka!
Jadi sekali lagi mereka gagal dalam ujian tersebut! Mereka tidak belajar sama sekali dari krisis yang lalu dan sekali lagi mereka kehilangan kesempatan untuk menyinarkan kebesaran Allah. Sejak saat itu, bangsa Israel tidak mampu untuk belajar sesuatu pun dari Allah!
Bahkan mereka mulai memandang enteng kebaikan dari Allah. Saat mereka tidak memiliki makanan, Ia mengirimkan manna dari surga. Ia menjatuhkan burung puyuh dari langit dan menumpuknya di luar perkemahan hampir semeter tingginya. Namun tidak ada satu ucapan terima kasih pun yang terdengar! Bahkan sebaliknya, mereka menjadi tamak dan menimbun semua yang Allah berikan. Mereka menjadi keras kepala!
Oh, sungguh patut disayangkan jika saudara melalui suatu krisis ke krisis yang lain tanpa memetik satu pelajaran pun dari krisis itu! Ini mendatangkan kutukan yaitu saudara akan diserahkan kepada roh persungutan!
Bangsa Israel sudah menyaksikan mukjizat Allah di Laut Merah. Mereka sudah melihat air pahit menjadi manis di Mara serta air yang mengalir keluar dari gunung batu di Horeb. Dan mereka sudah melihat manna dan burung puyuh turun dari langit.
Sekarang mereka berkemas dan siap untuk masuk ke Tanah Perjanjian. Allah telah memberi mereka satu kesempatan terakhir agar mereka memiliki keyakinan dan iman yang teguh di dalam-Nya.
Mereka telah mengirimkan 12 pengintai ke Kanaan dan 10 orang dari mereka kembali dengan laporan yang keji, memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya. (tapi) kota-kotanya berkubu dan sangat besar. Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa dan kami lihat diri kami seperti belalang (Bilangan 13:27-28, 31-33).
Laporan itu segera menimbulkan kekacauan di perkemahan bangsa Israel. Emosi yang terpendam, kebimbangan dan ketakutan yang memuncak di dalam, semuanya itu membaur menjadi satu dan meletup keluar dengan penuh kegeraman kepada Allah! Dan ketika Yosua berdiri dan berkata, Allah beserta kita! Ia sanggup melakukan segalanya!, mereka malah ingin melemparinya dengan batu!
Pada saat itu orang-orang ini tidak menyadari bahwa ujian tersebut adalah untuk mempersiapkan mereka untuk menghadapi peperangan pertama di negeri Kanaan, yaitu di Yerikho.
Para pengintai itu bercerita, Yang pertama-tama menghadang di sana adalah kota berbenteng yang disebut Yerikho. Kota itu tak mungkin ditembus. Tidak ada jalan untuk masuk ke sana! Kita tidak mempunyai senjata maupun balok besar untuk menjebolnya. Percuma saja, tidak ada harapan. Mengapa kita harus mencoba pergi ke sana? Saudara yang terkasih, perkataan seperti itu datang dari iblis! Iblis ingin saudara berpikir seperti itu dalam menghadapi masalah-masalah saudara, Tidak ada jalan keluar dari masalah ini. Tetapi saudara perlu mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana di balik masalah-masalah ini. Hanya saja saudara tidak bisa melihatnya. Yang saudara lihat saat ini hanyalah tembok yang menjulang di hadapan saudara.
Tetapi pandangan Tuhan jauh melampaui pandangan saudara, bahkan tidak terbatasi oleh apa pun. Bagi-Nya, tidak ada tembok penghalang di situ. Tidak ada kesulitan apa pun bagi-Nya sebab Ia tidak terpengaruh oleh kekuatan musuh. Inilah saatnya untuk mulai percaya kepada-Nya!
Bagi bangsa Israel, ini merupakan kesempatan terakhir. Inilah saatnya untuk bangkit dan bernyanyi, untuk menunjukkan iman mereka kepada Allah! Inilah saatnya bagi seseorang untuk berdiri dan berkata, Tadinya kita menyangka kita akan mati di Laut Merah, tetapi Ia telah menyelamatkan kita! Tadinya kita menyangka inilah akhir hidup kita saat kita berada di mata air Mara yang pahit, tetapi Ia menyelamatkan kita lagi! Tadinya kita menyangka kita akan mati kelaparan di padang gurun, tetapi Ia menyelamatkan kita! Berkali-kali kita menyangka bahwa hidup kita sudah akan berakhir. Tetapi setiap kali Tuhan membawa kita keluar dari semua mara-bahaya itu. Sejauh ini Ia sudah memimpin kita dengan selamat! Mari kita bersaksi kepada dunia bahwa Allah kita sanggup melakukan segala perkara!
Tetapi tak seorang pun yang berbuat demikian! Bangsa Israel gagal di pengujian yang terakhir ini! Di manakah kemenangan dan nyanyian pujian? Tidak ada sama sekali! Yang mereka lakukan hanyalah meratap!
Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!
Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan istri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir? Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.
Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ. Tuhan berfirman kepada Musa: Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepadaKu, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! (Bilangan 14:1-5, 11)
Akhirnya, habislah kesabaran Tuhan. Dengarlah apa yang Ia katakan kepada para penggerutu sejati ini, Sebab itu berpalinglah besok dan berangkatlah ke padang gurun, ke arah Laut Teberau dan anak-anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat puluh tahun lamanya sampai bangkai-bangkaimu habis di padang gurun (Bilangan 14:25, 33).
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan (Yakobus 1:6-7).
Hari-hari ini dunia penuh dengan orang Kristen yang tidak berpegang teguh kepada Firman Allah yang kudus. Mereka pikir tidak ada salahnya untuk mengikuti perjamuan suci di dalam rumah Allah sambil bersungut-sungut dan mengeluh, seolah-olah Ia tidak mendengarnya. Allah mendengar semua sungut-sungut kita! Persungutan mereka merupakan tuduhan di telinga Allah, bahwa Ia tidak peduli dan telah membiarkan mereka dikecewakan!
Allah memperingatkan saya untuk tidak menyebarkan keragu-raguan dan ketakutan kepada istri saya, teman-teman, orang-orang yang saya cintai, maupun rekan-rekan sekerja saya. Allah mengatakan kepada kita untuk membawa semua kebimbangan itu ke kayu salib dan berkata, Yesus, pulihkan iman saya! Cabutlah ketidakpercayaan ini dari saya!
Bangsa Israel menghabiskan 40 tahun berikutnya hidup di dalam kekalutan: dikelilingi fitnah, keluh-kesah, iri hati, dan kepahitan. Sungguh suatu kehidupan yang menyedihkan mereka masih mengaku sebagai anak-anak Allah dan mengaku bahwa diri mereka suci. Tetapi itu hanyalah pengakuan mereka, bukan pengakuan Tuhan.
Tidak akan ada pekerjaan maupun kelepasan bagi pria atau wanita yang terus-menerus mengeluh kepada Tuhan. Jika saudara tetap bersungut-sungut, saudara akan tetap menganggur seumur hidup! Kalaupun saudara mendapat pekerjaan, pekerjaan itu akan menjadi kuk (beban yang memberatkan) di leher saudara! Ini merupakan hal yang sangat menentukan dalam hidup saudara. Saudara harus tiba pada suatu situasi di mana saudara mulai belajar untuk mempercayai-Nya. Jika dalam krisis yang sekarang sedang saudara hadapi saudara telah belajar untuk percaya kepada-Nya, maka jika krisis berikutnya tiba, saudara akan bernyanyi dan bersorak memuji Allah yang melepaskan saudara dari krisis- krisis tersebut! Dan, oh, kemenangan sungguh akan menjadi pengalaman saudara namun yang lebih penting adalah, saudara telah bertindak menghancurkan semua keragu-raguan, ketakutan dan ketidakpercayaan.
Dari manakah saudara harus mulai? Mulailah dengan menyelidiki Firman Allah yang merupakan cermin bagi kita! Simak perkataan yang keluar dari mulut dan tindakan saudara selama 30 hari ini: apakah saudara telah bersungut-sungut? Mengeluh? Saudara mungkin menjawab, Ya tapi saya bukan bersungut-sungut kepada Allah! Tentu saja saudara pernah melakukannya. Sebab, di mana pun atau kepada siapa pun saudara mengeluh, keluhan tersebut ditujukan kepada Allah!
Di setiap halaman Alkitab yang saya buka, saya melihat, Percayalah kepada-Ku, dan Aku akan menyertaimu! Serahkanlah jalan hidupmu kepada-Ku. Apakah persyaratannya? Hanya ini: berdiam dirilah dan lihatlah keselamatan dari Tuhan. Saudara bertanya, Tapi bagaimana kalau tidak terjadi apa-apa? Pertanyaan seperti ini menyatakan kebimbangan dan ketakutan!
Saudara-saudara yang saleh, berpalinglah sekarang kepada Allah dan katakanlah, Tuhan, saya sudah berusaha dengan berbagai cara dengan kekuatan saya sendiri. Namun saya tahu saya tidak memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan masalah ini. Saya mau mempercayai-Mu dan menunggu kemenangan dari-Mu.
Biarlah Allah menjadikan saudara sebagai sebuah kesaksian yang hidup bagi dunia saksi atas kesetiaan-Nya. Kasihilah Dia dengan segenap hati saat ini. Serahkanlah seluruh masalah, seluruh iman, dan seluruh keyakinan saudara kepada-Nya, dan Ia akan memberikan saudara sebuah pujian yang benar di tempat yang tepat!