Rasa Kesepian Yesus

Bersiaplah sekarang untuk mengungkapkan teologi anda. Bersiaplah untuk melihat Yesus dalam cahaya yang sama sekali baru. Tahukah anda bahwa kita telah menangani masalah-masalah kita dari ujung akhir yang salah? Kita telah sangat sibuk dengan masalah kita sendiri, kita bahkan belum terhibur dengan pemikiran bahwa Tuhan kita pun memiliki masalah. Dan jika kita dapat memahami masalah-Nya, kita akan segera sampai ke akar kita sendiri.

Masalah Tuhan kita adalah bahwa Dia kesepian. Dia memiliki masalah komunikasi yang hampir tak dapat diatasi dengan orang-orang yang mengaku mencintai-Nya itu. Dia seorang Juruselamat yang "berperasaan", dan perasaanNya dan kebutuhan-Nya telah benar-benar diabaikan oleh banyak anak-anakNya sendiri.

Kami berusaha untuk memuaskan hati Yesus melalui pujian saja. Kami bernyanyi dan bersorak dan mengangkat paduan suara ibadah dan adorasi, dan itu memang indah dan alkitabiah. Kita datang ke pintu gerbang-Nya dengan pujian dan masuk ke dalam pelataran-Nya dengan ucapan syukur. Kita memuji-Nya dengan alat musik. Kita memuji-Nya dengan lagu, dengan tangan terangkat, dengan air mata dan sorak hosana. Tapi hal itu masih merupakan komunikasi satu arah. Allah memerintahkan segala yang bernafas untuk memuji Dia. Tapi pujian saja tidak memenuhi kebutuhan Juruselamat kita.

Saya tidak percaya bahwa Tuhan pernah membuat anak-anakNya kelelahan untuk datang ke hadirat-Nya namun tidak pernah berhenti sejenak untuk mendengarkanNya. Tidak ada sesuatu apapun yang nampaknya begitu kosong dan tidak memuaskan selain komunikasi satu arah. Cobalah dengarkan seseorang selama beberapa jam tanpa mendapatkan tempat untuk memberikan satu katapun. Hal ini menjadikan anda merasa kesepian. Orang yang "meninggalkan bebannya" pergi dengan perasaan yang lebih baik - ia melontarkannya keluar. Tetapi pendengar yang buruk, yang tidak bisa menawarkan satu kata nasihat pun atau berbagi hatinya sendiri, Ia berdiri di sana dengan rasa ketidakpuasan.

Seberapa sering kita meninggalkan Tuhan kita di sana sendirian di kamar rahasia, kesepian dan tidak terpuaskan? Kita terburu-buru datang ke hadirat-Nya dengan "Kami memujiMu, menyembahMu Yesus, Kemuliaan bagiMu Yesus! Inilah daftar belanja saya dan kartu penyembuhan saya. Amin!" Sudah banyak kali Dia begitu siap dan ingin membuka hati-Nya sendiri untuk berbicara, tetapi lihatlah, tidak ada seorang pun yang bersedia.

Jika kita berdoa satu jam, kita berbicara satu jam. Jika kita berdoa selama berjam-jam, kita berbicara selama berjam-jam. Jika kita berdoa sepanjang malam, kita berbicara sepanjang malam. Jutaan suara berbicara dan memuji. Sepanjang kehidupan saya sebagai pengkhotbah, saya telah menghabiskan waktu dalam usaha untuk mendapatkan orang-orang untuk berdoa. Sekarang, saya belum melihatnya menjadi masalah yang berat. Masalah sebenarnya adalah meninggalkan Juruselamat kita di kamar rahasia, sendirian, tidak terpuaskan, kesepian - tanpa mengatakan satu katapun untuk kita. Kita meninggalkan kamar doa kita dengan hati kita yang tidak berbeban. Kita membicarakan semuanya dengan-Nya, sukacita memenuhi hati kita. Kita mengatakan kepada-Nya tentang harapan kita, mimpi kita, keinginan kita. Kita meninggalkan tempat doa yang suci itu dengan pikiran yang terpuaskan. Namun, Tuhan kita masih ada di sana menunggu dengan sangat berantisipasi, kerinduan untuk berbagi dalam persekutuan itu. Apakah Tuhan kita tidak mengatakan, "Ya, ya, terima kasih atas pujian anda. Aku menerimanya. Aku sangat senang anda telah mengambil waktu untuk berdekatan denganKu. Aku telah mendengar permintaan anda dan Bapa akan memberikan keriduan hatimu itu. Tapi tolong, tunggu! Harap tunggu sebentar. Jangan tinggalkan Aku sekarang. Aku punya beberapa hal yang ingin Aku bagikan dengan anda. HatiKu merindukan untuk tidak berbeban dan membagikannya kepada anda. Aku telah membotolkan air matamu, Aku sudah menenangkan pikiran anda yang terganggu itu. Sekarang, izinkanlah Aku berbicara! Izinkan Aku untuk memberitahukan anda apa yang ada di dalam hatiKu."

Tuhan Yesus kita ingin berbicara. Dia ingin memberitahu kita apa yang menghancurkan hati -Nya di dalam zaman generasi kita ini. Dia ingin berbicara kepada setiap anakNya tentang rencana indah yang Ia memiliki untuk semua orang yang percaya kepada-Nya - mengungkapkan kebenaran yang mulia, bimbingan untuk diri kita sendiri dan membantu dalam membesarkan anak-anak, solusi untuk masalah kita, pelayanan-pelayanan yang baru dan program penjangkauan yang akan menyelamatkan orang yang terhilang, kata-kata khusus mengenai pekerjaan, karier, rumah, pasangan hidup, kebenaran tentang surga, neraka dan bencana-bencana yang akan datang. Yang terpenting dari semuanya adalah, Dia ingin berbicara dengan kita tentang betapa besarnya Dia mengasihi dan peduli terhadap milik-Nya sendiri.

Apakah anda berpikir bahwa saya tidak Alkitabiah, dengarkanlah kata-kata-Nya sendiri. Berikut ini adalah sebuah pandangan sekilas yang indah langsung kehati Yesus.

"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (Lukas 17:7,8).

Kita tidak punya masalah sama sekali dalam mengidentifikasi hamba dalam tugasnya kepada tuannya. Tidak ada masalah dalam mengenakan celemek kita dan melayani Tuhan dengan sebuah meja yang penuh dengan pujian - pesta ibadah yang baik. Kita senang untuk memberi makan Tuhan kita! Kita senang melihat Dia berpesta dengan pelayanan dan cinta kita. Kita bersiap diri, membuat segalanya siap dan melayani Dia dengan sukacita. Ini adalah sukacita terbesar kita, pemenuhan kepuasan tertinggi yang kita miliki - untuk melayani Tuhan.

Tapi kita mengalami kesulitan dengan bagian terakhir - bagiannya Tuhan. "Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum!" Itu terlalu banyak bagi kita untuk memahami-Nya. Kita tidak tahu bagaimana caranya duduk setelah kita telah melayani-Nya - untuk mengizinkan Dia bersukacita yang sama yang kita alami dalam melayani Dia! Kita merampok Tuhan kita dalam hal sukacita dalam melayani kita.

Kita pikir Tuhan kita mendapat cukup kesenangan dari apa yang kita lakukan bagi-Nya. Tapi sebenarnya ada begitu banyak lagi. Tuhan kita menanggapi iman kita. Dia bersukacita ketika kita bertobat. Dia berbicara kepada Bapa tentang kita. Dia senang dengan kepercayaan kita yang tulus seperti anak kecil. Alangkah senangnya hati-Nya untuk memberi kita istirahat dan damai dan untuk memenuhi semua janji-janji-Nya bagi kita. Tetapi saya yakin bahwa kebutuhanNya yang terbesar adalah memiliki komunikasi pribadi orang-per-orang dengan mereka yang Ia tinggalkan di bumi. Bukan seorang malaikat pun di surga yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Tak seorang pun yang telah melewati tabir yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Yesus ingin berbicara kepada mereka yang berada di medan perang. Dia harus memiliki dua jalur yang terbuka - dua arah - untuk setiap prajurit di dalam setiap medan.

Di manakah saya mendapatkan gagasan tersebut bahwa Kristus kesepian dan memiliki kebutuhan yang membuatNya putus asa untuk berbicara? Ini semua terdapat pada kisah yang indah ketika Kristus muncul dengan ke dua murid di lalan menuju ke Emaus. Yesus baru saja dibangkitkan. Pada hari yang sama, sekitar tengah hari, Kleopas dan murid lainnya berjalan dari Yerusalem ke Emaus - jaraknya sekitar enam setengah mil (+/- sepuluh setengah kilometer).

Yesus mendekat. Mereka sedih tentang keberangkatan Tuhan mereka. Dalam kesedihan mereka, mereka tidak mengenali-Nya. Untuk benar-benar memahami kebutuhan yang mendalam dalam hati Tuhan kita, perhatikanlah Dia dengan hati-hati saat berjalan bersama di samping mereka yang sedang bercakap-cakap dan berduka. Mereka berkomunikasi dan bertukar pendapat di antara mereka.

Betapa kesepiannya Yesus. Dia ingin bicara, Dia memiliki begitu banyak hal untuk dibicarakan kepada mereka. Dan ketika Dia tidak bisa menahan lagi rasa kesepianNya, Yesus berhenti mendengarkan dan mulai berbicara: "Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama mereka. ... Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi." (Lukas 24:15,27).

Tak akan dapat lagi pengalaman yang lebih baik bagi para muridNya. Mereka telah mendengar suara-Nya dan kemudian pergi dengan mengatakan, "… Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Tetapi kita tidak pernah memahami kebutuhan Yesus, kita hanya memikirkan sukacita yang dibagikan para murid itu. Bagaimanakah dengan sukacita Yesus sendiri? Mereka mengatakan hati mereka terbakar ketika Dia berbicara. Tetapi saya melihat Tuhan yang dibangkitkan, air mata yang mengalir di pipi kemuliaan-Nya, berjalan menyusuri jalan berdebu itu dengan hati penuh dengan sukacita. KerinduanNya terpenuhi, kebutuhan-Nya telah terpenuhi. Sementara dunia menunggu, Yesus menyela beberapa jam dari seluruh rencana penebusanNya - hanya untuk berbicara! Saya melihat Yesus sangat bersukacita. Dia telah melayani. Dalam bentuk kemuliaan-Nya, Dia telah mengalami persekutuan dua arah-Nya yang pertama. Dia telah mencurahkan hati-Nya. Kesepian hatinya telah tersentuh. KebutuhanNya juga telah terpenuhi.

Kita tahu bahwa pada hari ini begitu sedikitnya suara-Nya dan kebutuhan-Nya untuk berbicara kepada kita. Kita terlalu sibuk dengan kuasa-Nya untuk menyadari kehadiaran suara-Nya. Seperti Elia, nabi besar itu, kita lebih akrab dengan menampilkan kekuasaanNya daripada mendengarkan suara-Nya yang sangat kecil kedengarannya.

Elia menunjukkan kekuatan doa. Dia menutup dan membuka langit. Dia memanggil api untuk turun dari surga dan memisahkan air dengan jubahnya. Seorang yang bertindak yang membawa seluruh pemerintahan di bawah kata-kata nubuatannya, ia berdiri di gunung Karmel dan mengejek nabi-nabi Baal, membunuh mereka tepat di hadapan hidung raja.

Pahlawan doa memasuki ruang takhta Allah sebanyak tujuh kali, dengan sungguh-sungguh berdoa untuk hujan. Tujuh kali Elia berbicara dengan Tuhan tentang satu kebutuhan ini. Sebuah awan kecil muncul, dan nabi yang 3-1/2 tahun sebelumnya, telah menutup langit dan menyebabkan kekeringan yang mengerikan, sekarang membuka langit dan "suatu kelimpahan" hujan berjatuhan. Elia berlari menyusul mendahului kereta Ahab yang sedang berlari menuju ke kediaman raja yang berjarak 16 mil (+/- 24 kilometer).

Elia meluap hatinya dengan kemenangan. Sebuah kebangunan rohani besar sedang terjadi. Api Allah telah jatuh. Mujizat telah disaksikan oleh orang banyak. Sebuah penampilan kuasa Allah yang luar biasa perkasa. Elia berpikir, "Sekarang, bahkan Izebel akan bertobat! Bahkan ia tidak bisa mengabaikan tanda-tanda dan keajaiban. Ini adalah waktuNya Tuhan bagi bangsa ini."

Suatu kejutan baginya! Izebel sama sekali tidak terkesan dengan keajaiban dan kekuasaan Allah. Dia berkata kepada Elia, "Besok seperti saat ini, aku akan membunuhmu seperti kamu membunuh imam-imam saya."

Saat berikutnya anda melihat orang besar yang penuh kekuasaan dan tindakan - prajurit doa yang perkasa ini – pembuat mukjizat ini - orang yang memanggil api turun dari surga – sedang bersembunyi di sebuah gua di Gunung Horeb yang berjarak hampir 200 mil (+/- 300 kilometer) jauhnya.

Suatu pemandangan yang dasyat! Empat puluh hari dan empat puluh malam ia menghabiskan waktu untuk merenungkan semua hal yang tidak beres. Dia menjadi sibuk dengan masalah. Matanya sekarang ini tertuju pada dirinya bukan Tuhan. Jadi Allah memanggil dia, "Elia, apa yang kau lakukan di sini - Bersembunyi di sebuah gua?"

Dengan cemberut, Elia menjawab, " Tuhan, bangsa ini telah berantakan. Seluruh pejabat pemerintah berbuat jahat, tidak bermoral. Rakyat telah murtad; . . . Mereka bahkan tidak akan percaya pada keajaiban. Masyarakat sudah menjadi gila. Pesan yang telah saya sampaikan, dilemparkan kembali ke wajahku. Mereka benar-benar tidak menginginkan bantuan. Iblis sedang menguasai - ia telah memiliki semuanya kecuali saya. Sayalah satu-satunya yang masih berdiri teguh dalam kebenaran untukMu, Tuhan. Saya bersembunyi untuk melestarikan setidaknya satu orang suci."

Elia, seorang nabi yang berdoa, telah begitu sibuk untuk Tuhan, begitu sibuk menunjukkan kuasa Allah, begitu sibuk menyelamatkan kerajaan Allah - ia telah menjadi hamba yang berkomunikasi satu arah. Dia telah sering berbicara dengan Tuhan - tetapi ia telah melakukan sangat sedikit dalam mendengarkan Allah. Ia telah mendengarkanNya, tetapi ia harus tetap mendengarkan Tuhan yang mengatakan padanya bahwa ada 7.000 orang kudus yang tidak terpengaruh dengan keadaan.

Jadi Allah harus mengajar hambaNya ini dengan pelajaran tentang mendengarkan. Dia telah membawanya ke puncak gunung Horeb dan memberinya ilustrasi khotbah!

"Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (1 Raja-raja 19:11-13).

Ketika angin mulai melolong, saya pikir Elia berkata kepada dirinya sendiri, "Sudah waktunya, Tuhan. Tiuplah Izebel keluar langsung dari singgasananya. Lemparkan dia dan teman-temannya yang berdosa ke dalam angin. Tiuplah mereka semua hingga lenyap. Tampilkanlah kekuatanMu!" Tetapi Tuhan tidak ada di dalam angin!

Tiba-tiba, sebuah gempa bumi yang dasyat - dan Elia berkata, "Inilah yang seharusnya terjadi untuk menakut-nakuti mereka. Allah telah membalaskannya. Dia akan mengguncang mereka keluar dari sepatu mereka. Terima kasih, Tuhan, Engkau membenarkan hamba-Mu! . . " Tetapi Tuhan tidak ada di dalam gempa bumi!

Setelah gempa bumi, terjadilah kebakaran! Langit yang menyala dengan api putih panas! Elia berkata dalam hatinya, "Tuhan, mereka tidak menerima api yang jatuh di atas altar - membakar mereka semua! Membakar Ahab yang jahat? Menggoreng Izebel! KebakaranMu untuk menghabiskan orang-orang fasik. Allah, aku tahu bahwa Engkau berada di api ini!" Tetapi Tuhan tidak ada di dalam api!

"Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa" (ayat 12).

Dapatkah anda bayangkan apakah yang terjadi selanjutnya? Seorang nabi yang tidak takut akan badai, yang tidak takut sama sekali pada gempa bumi, yang tidak berkedip terhadap kembang api dari langit – namun benar-benar ketakutan dengan suara kecil. "Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya" (ayat 13).

Elia menutupi mukanya dengan jubahnya! Mengapa? Bukankah nabi ini telah berbicara kepada Tuhan berkali-kali? Tidakkah ia pernah menghadap tahtaNya sebanyak tujuh kali di gunung Karmel? Bukahkah dia seseorang yang terkenal karena doanya? Bukankah Tuhan telah memakai dia dengan penuh kuasa? Ya! Tetapi Elia adalah seorang yang asing bagi suara angina yang kecil ini!

Dan ketika Elia akhirnya memperbolehkan suara itu berbicara - sendirian, tenang, jauh dari semua yang menampilkan kekuasaan - ia mendapat petunjuk yang paling khusus yang pernah ia alami dalam semua pelayanannya kepada Tuhan.

"Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau." (1 Raja-raja 19:15,16).

Betapa sibuknya, anak-anak Tuhan yang sibuk hari ini dan tidak pernah memiliki suara yang datang kepada mereka? Mereka sangatlah sibuk menyaksikan - melakukan perbuatan baik - berdoa untuk kebangunan rohani di negeri mereka - berpuasa - begitu taat - begitu tulus - begitu berdedikasi. Namun, mereka tidak mendengar suara apapun dari Tuhan.

Yohanes Pembaptis tidak pernah mengalami Pentakosta! Dia tidak melihat adanya lidah-lidah api. Dia tidak mendengar tiupan angin yang kuat. Dia tidak melihat Yerusalem yang terguncang dan banyak orang yang bertobat. Tetapi Yohanes mengatakan bahwa kegembiraannya terpenuhi! Dia telah mendengar sesuatu yang lebih baik daripada angin menderu - lebih baik daripada laporan yang baik - lebih baik daripada suara pengantin bersukacita. Dia mendengarkan suara Juruselamat.

"Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh." (Yohanes 3:29).

Yohanes mencicipi sukacita terbesar yang pernah diketahui oleh seorang pengikut Yesus. Dia berkata, "Aku berdiam diri dan aku mendengarkan Dia berbicara kepadaku. SuaraNya membuat hatiku berlompatan. Dia berbicara kepadaku secara pribadi. Aku mendengarkan Tuhanku. Dan itulah sukacitaku. Yakni hanya mendengar suara-Nya."

Yohanes dapat saja mengatakan, "O ya, aku mencintai-Nya. Aku menyembah di kaki-Nya. Aku mengatakan kepada-Nya betapa tidak layaknya aku. Tetapi kegembiraanku bukanlah dalam apa yang aku katakan kepada-Nya. Sukacitaku berada dalam apa yang Dia katakan kepadaku. Ia berbicara kepadaku dan aku mendengar suara-Nya, dan aku bersukacita di dalam suaraNya itu."

Beberapa orang mengajarkan bahwa Tuhan tidak lagi berbicara kepada manusia - kecuali melalui Firman yang dilhami Roh Kudus. Mereka tidak percaya bahwa manusia dapat diarahkan dan diberkati dengan hanya mendengar suara kecil pada hari ini.

Yesus berkata, "Domba-domba-Ku mendengar suaraKu …  domba-domba mendengar suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya ... suara lain tidak akan mereka dengar ... " Tetapi, saat ini kita takut dengan semua penyelewengan, takut kalau-kalau hal itu akan menyebabkan wahyu yang bertentangan dengan Firman Tuhan dalam kitab suci. Tetapi, semua penyelewengan tersebut bukanlah kesalahan Allah. Setiap penglihatan yang palsu, nubuatan palsu, pimpinan yang palsu adalah akibat langsung dari kebanggaan manusia itu sendiri dan keinginan dari diri sendiri. Manusia menyalahgunakan setiap karunia Allah. Namun demikian, Tuhan masih berbicara langsung ke hati mereka yang bersedia untuk mendengarkanNya.

"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, ... " (Ibrani 1:1-2).

"Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu …" (Ibrani 3:7-8).

Jutaan orang telah bertobat olehkarena satu orang yang menunggu untuk mendengarkan suara-Nya. Saul "… rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara ..." Dan ketika ia telah berubah menjadi Paulus, ia pun terus mendengarkan suara itu. Tuhan berbicara langsung dengan dia. Dia mengenal suara Gembalanya.

Petrus memperbolehkan suara Juruselamat itu datang kepadanya.

"… naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa … Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: (Kisah Para Rasul 10:9-13).

Seluruh suku bangasa yang bukan Yahudi disambut ke dalam kerajaan Allah, bersama dengan seluruh isi rumah tangga Kornelius, karena seorang manusia telah mematuhi suaraNya. Kita hidup di zaman Perjanjian Baru sama seperti Paulus dan Petrus. Kita juga harus memperkenankan suara-Nya untuk datang kepada kita. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya ... " Betapa indahnya jika Tuhan dapat lakukan sesuatu dengan orang-orang Kristen yang belajar untuk mendengarkan suara dari surga!

Daripada menunggu suara-Nya datang kepada kita, kita malah lari ke konselor, psikolog Kristen, kita menjalankan salah satu sesi pelajaran atau anjuran lainnya, membaca buku, mendengarkan kaset - ingin mendengar dari Tuhan. Kita ingin sebuah kata yang jelas yang mengarahkan hidup kita! Kita mencari gembala untuk mendikte setiap gerakan kita. Kita ingin pendeta untuk memberitahu kita apa yang benar dan apa yang salah. Kita ingin seorang pemimpin yang patut diikuti/diteladani, sebuah diagram untuk masa depan. Tetapi hanya sedikit yang tahu bagaimana untuk pergi kepada Tuhan dan mendengar suara-Nya. Ada banyak orang yang tahu bagaimana untuk mendapatkan perhatian Allah - untuk benar-benar menyentuh Tuhan, tapi mereka tidak tahu apa-apa tentang Tuhan yang menjangkau mereka.

"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Matius 11:15).

Tuhan ingin mengguncang bumi sekali lagi. Seluruh alam semesta bersiap menantikan goncangan dasyat dari Roh Kudus!

"Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." (Ibrani 12:25,26).

Dia telah berjanji, "Sekali lagi suaraKu akan didengar. Mereka yang mendengarkan akan mengguncang bumi. Langit dan bumi akan digoncangkan. Dengan mendengarkan suaraKu, apapun yang dilepaskan di bumi akan terlepas di sorga."

Kepada jemaat terakhir, gereja Laodikia, Tuhan menangis,

"Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku, dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20).

Itulah panggilan terakhir Kristus kepada gerejaNya. Akan datang suatu semangat yang suam-suam kuku. Kemewahan akan menyebabkan semangat suam-suam kuku! Banyak orang akan menjadi dingin. Tetapi hai umatKu, "Aku sedang meminta kamu untuk mendengar. Bukalah. Biarkanlah Aku masuk ke dalam kamar rahasiamu. Biarkanlah Aku berbicara denganmu dan kamu berbicara dengan Aku. Marilah berjemaah/bertemu. Itulah yang Aku inginkan untuk melindungi kamu pada masa pencobaan yang akan datang di seluruh dunia."

Yohanes, dalam wahyu-Nya, berbicara tentang saat ketika hati Tuhan kita tidak akan kesepian lagi.

"Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. … Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan berdiam bersama-sama dengan mereka. ... Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan." (Wahyu 21: 2-6).

Itu berarti komunikasi yang bebas penuh dan tanpa dinding penghalang, tidak ada kacamata hitam, tidak ada pengetahuan yang terlibat, tetapi percakapan dengan tatapan muka! Kita berpikir betapa mulianya menghabiskan waktu keabadian dengan memuji Tuhan kita dengan bertatapan muka, membungkuk di hadapan lutut -Nya. Tetapi apakah anda pernah mencoba untuk menyadari betapa berartinya kepulangan kita untuk Juruselamat kita? Semua anak-anak yang telah pulang ke rumah - bebas untuk berbagi keberadaanNya. Dia akan meminta kita semuanya untuk duduk, dan kepribadian asliNya yang keluar dari lubuk hati-Nya akan mengalirkan sungai-sungai kebenaran yang mulia. Seperti yang Ia lakukan di jalan yang menuju Emaus, Penebus kita, dimulai dengan Musa akan membawa kita semua melalui para nabi. Dia akan berbagi rahasia tentang alam semesta. Dia akan mengungkapkan setiap rencana. Setiap awan kegelapan akan dihalau. Kristus akan berbagi untuk selama-lamanya!

Saya melihat sukacita yang nyata dari Surga bukan hanya untuk kita, tetapi untukNya pula. Sukacita kita akan terlihat di dalam sukacita-Nya sebagaimana Dia berbicara kepada kita - untuk berbicara secara  bebas kepada kita sambil bertatapan muka. Sukacita terbesar kita di Surga adalah melihat Kristus menggenapi segalanya - untuk melihat kebutuhan-Nya telah tergenapi sepenuhnya.

Indonesian