Tanggapan Kristiani terhadap Bencana-bencana

Acara pertunjukan radio nasional menghabiskan dua jam siaran baru-baru ini yang berfokus pada kitab Wahyu. Tuan rumah mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada para pendengarnya: "Apakah anda percaya bahwa semua bencana yang terjadi baru-baru ini adalah penghakiman Allah atas dosa-dosa bangsa kita? Apakah anda berpikir bahwa kitab Wahyu sedang digenapi? Apakah anda percaya bahwa kita hidup di akhir zaman? "

Bagian yang luar biasa adalah, acara ini adalah acara radio sekuler/non-agama. Dan mayoritas penelepon menjawab ya, mereka percaya bahwa masyarakat telah menjadi kacau tak peduli hukum dan tidak bermoral sehingga Allah harus turun tangan dengan mengambil tindakan. Para penelepon ini diyakinkan bahwa Allah memperingatkan masyarakat kita melewati semua badai dan bencana yang terjadi baru-baru ini.

Ke mana pun anda pergi, tampaknya anda mendengar percakapan tentang Wahyu dan nubuatan. Orang-orang berkata, "Sesuatu secara pasti sedang terjadi. Apakah Allah sedang berbicara melewati semuanya ini? Apakah bencana-bencana ini seharusnya diartikan bahwa Dia menghakimi bangsa-bangsa? "

Pikirkan sejumlah bencana yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir seperti yang tercantum di bawah ini:

  • • Tanah daratan Amerika diserang untuk pertama kalinya dalam sejarah kami, dengan sasaran terorisme di New York City dan Washington, DC.
  • • Badai besar-besaran yang melanda Florida, menyebabkan kerusakan lebih dari 20 miliar dolar dan menyebabkan banyak orang menjadi tunawisma.
  • • Tsunami melanda di Asia, menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan jutaan orang menjadi tunawisma.
  • • Badai Katrina dan Rita menghancurkan sebuah kota besar Amerika, dengan banjir di New Orleans dan menyebabkan kerusakan yang luar biasa di sepanjang Pantai Teluk Meksiko, menyebabkan ribuan orang tanpa rumah.
  • • Sebuah gempa hebat melanda Pakistan, mencatatkan skala Richter yang luar biasa pada 7,6. Ini adalah gempa yang paling mematikan di zaman modern, menewaskan lebih dari 70.000 orang dan mengakibatkan gempa susulan di seluruh India. Setengah juta orang terdampar tanpa bantuan, dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.
  • • Organisasi kesehatan internasional sedang memperingatkan pandemi flu yang mematikan, dari strain flu burung yang mematikan. Flu ini telah menyebar dari Cina ke arah timur sampai ke Rusia, Rumania dan Turki. Jika virus ini bermutasi, itu bisa membunuh 2 juta orang di Amerika Serikat dan banyak jutaan lainnya di seluruh dunia.
  • • Kelaparan sedang mengamuk di Zimbabwe. Uskup Agung Katolik di wilayah itu memperingatkan bahwa ada 200.000 orang akan mati dalam empat bulan ke depan. Sudah, 700 orang per hari yang terkena AIDS, dan 700.000 orang telah kehilangan tempat tinggal.
  • • Saat saya menuliskan ini, Topan Wilma telah mendatangkan kehancuran di Semenanjung Yucatan, Meksiko. Para ahli di kantor pusat badai nasional mengatakan model komputer mereka, yang digunakan oleh peramal cuaca untuk mengukur penyebaran dan arah badai, telah benar-benar runtuh, sehingga sulit membuat ramalan cuaca.
  • • Di dalam empat puluh negara di seluruh dunia, sel-sel teroris tumbuh dan mengancam negara-negara tersebut di dalam daerah perbatasan negara mereka.

Jika kita percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang kekal, maka kita harus percaya apa yang dikatakan oleh Petrus:

"Jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakim; dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian" (2 Petrus 2:4-6).

Allah menurunkan api atas Sodom dan Gomora, menghancurkan kota-kota itu. Dan Dia mengirimkan banjir untuk menghancurkan masyarakat yang jahat dan keji pada zaman Nuh. Memang, ada gempa bumi dan kelaparan dan wabah penyakit di sepanjang sejarah. Namun, aku bertanya-tanya: apakah semua hal ini terjadi dengan intensitas yang sama dan pengulangan yang cepat seperti yang kita lihat hari ini?

Untuk seluruh generasi sekarang, ada banyak peringatan kenabian tentang bencana tersebut. Perhatian terhadap pokok pembicaraan ini begitu meningkat dan dalam beberapa tahun terakhir ini beberapa buku seri populer mengenai pengangkatan dan akhir zaman telah menjadi buku terlaris secara internasional. Namun, bagi banyak orang, hal itu hanyalah seperti cerita horor lainnya saja.

Selama dua puluh lima tahun terakhir, saya telah menjadi suatu suara kecil saja di antara begitu banyak suara yang telah berulang kali memperingatkan seluruh dunia akan gempa bumi yang akan datang. Namun, saya percaya sebagian besar dari pesan-pesan ini, termasuk pesan dari saya, hampir tidak memiliki dampak apapun pada masyarakat sekuler/non agama. Orang-orang percaya telah digerakkan untuk berdoa dan mempersiapkan diri, sedangkan orang-orang berdosa tampaknya hanya mengangkat bahu saja.

Pikirkan tentang hal ini: adakah nama Allah disebut dalam tanggapan para pemimpin dunia mengenai bencana-bencana ini? Saya yakin ini tidak akan terjadi bahwa siapa pun di dalam MPR/Kongres akan pernah menyarankan Tuhan untuk dilibatkan dalam menggerakkan segala sesuatu. Saya yakin ini tidak akan terjadi bahwa Tuhan mungkin akan mengatakan sesuatu dosa yang berada di dalam masyarakat kita. Terlepas dari semua peringatan dan goncangan yang kelihatan jelas, Allah telah benar-benar ditinggalkan dan keluar dari perhitungan mereka.

Dalam hancurnya kota New Orleans, walikota tersebut menyatakan bahwa dia ingin mengubah daerah banjir tersebut menjadi seperti daerah Las Vegas, kota perjudian kasino yang megah dan istana-istana untuk bersenang-senang. Sesuai dengan suatu laporan baru-baru ini, para panitia saat ini sedang merencanakan untuk menyelenggarakan perayaan Mardi Gras (pesta karnaval besar-besaran) sepanjang masa. Mereka mengundang orang-orang dari seluruh dunia untuk datang dan membantu mereka merayakan pesta besar tersebut.

Dapat dipastikan bahwa New Orleans akan datang kembali. Dan ini akan menjadi lebih liar dan lebih berdosa daripada sebelumnya. Namun semua ini tetap terjadi walaupun peringatan dan permohonan telah disampaikan oleh para penjaga umat Allah. Saya berterima kasih kepada Tuhan bahwa pada saat orang-orang percaya berbondong-bondong pergi ke daerah yang ditimpa bencana untuk membantu para pengungsi, sejumlah besar orang-orang berpaling menjadi percaya kepada Tuhan. Tetapi di pihak lain meskipun di tengah-tengah bencana, orang-orang sekuler/non agama tetap menolak untuk mengakui Allah atau bahkan menolak menyebutkan namaNya.

Dalam kitab Wahyu kita membaca tentang bencana yang begitu parah bahwa "orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan mereka ingin mati, tetapi maut lari dari mereka" (Wahyu 9:6). Kita membaca tentang Allah menuangkan "anggur murkaNya" (14:10), diikuti pula oleh bencana lingkungan hidup, panas terik yang membakar, penyakit-penyakit menular pandemi. Ini semua akan terjadi setelah Allah telah mengirimkan suara dan terompetNya untuk memperingatkan manusia. Bencana-bencana ini datang meskipun setelah Kristus telah menampakkan diri untuk memperingatkan dan membangkitkan gereja-Nya.

Hebatnya, Alkitab mengatakan mereka "tidak mati oleh malapetaka ... tidak juga bertobat ... bahwa mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala dari emas dan perak ... mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian "(9:20-21).

"Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia. ... mereka menggigit lidah mereka karena kesakitan, dan mereka menghujat Allah yang di sorga karena kesakitan dan karena bisul mereka, tetapi mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka "(16:9-11).

Betapa yang luar biasanya ayat-ayat ini. Orang-orang lebih suka mengunyah lidah mereka sendiri dan mengutuk Allah daripada bertobat, walaupun undangan telah disediakan untuk mereka.

Kekasihku, apabila dunia sekuler/non agama tidak tergerak hatinya oleh pesan-pesan kenabian, maka mengapa kita memperingatkan mereka? Mengapa kita memberitahukan orang-orang durhaka, "Allah sedang berbicara melalui kejadian-kejadian ini"? Jika, setelah semua kehancuran ini datang di atas bumi, orang-orang berdosa masih tetap menggoyangkan tinjunya kepada Allah, jadi mengapa kita tetap bersuara?

Alkitab menjawab kita dengan ini: "Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi" (Amos 3:7). Secara sederhana, Allah tetap setia untuk memperingatkan, karena itu adalah keadilan-Nya dan rahmat-Nya. Allahdapat menggunakan para ilmuwan dan suara-suara orang sekuler/non agama lainnya untuk mengumandangkan peringatan, tetapi walau bagaimana pun juga, negara-negara dan individu-individu yang jahat tetap harus diperingatkan.

Yesus memberitahukan kita bahwa ketika kita mulai melihat hal-hal ini terjadi, kita harus melihat ke atas dan bersukacita, karena hari penebusan kita semakin dekat. Tapi hal ini sangat berbeda dengan bersukacita atas bencana-bencana yang terjadi. Seandainya semua hal yang dapat kita katakan kepada dunia yang penuh dosa ini, "hari terakhir sudah dekat, penghakiman sedang dimulai, dan itu sudah kami katakan sebelumnya," maka kita sama sekali tidak menawarkan harapan kepada mereka.

Kita telah melihat bahwa ketika bencana meningkat, dunia tampaknya berputar ke dalam kekacauan, keputusasaan juga meningkat dan hati-hati manusia menjadi keras. Jika tidak ada pesan yang penuh harapan atau penebusan, orang-orang berdosa akan menyimpulkan: "Jika ini adalah murka Allah, jika ini adalah akhir dari segalanya dan kita semua sedang menuju ke neraka, maka marilah kita semua berpesta pora dan mabuk kepayang."

Lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, saya menulis sebuah buku kenabian yang berjudul “Visi (Penglihatan)”, di mana saya memperingatkan akan terjadinya perubahan cuaca yang drastis yang akan menyerang pantai kita. Bencana-bencana ini akan sangat fenomenal, para ahli akan mengatakan bahwa bencana-bencana, "ini di luar pemahaman kita. Bencana-bencana ini merupakan sebuah bagian yang telah tertulis di dalam Alkitab. "

Ketika saya menulis sebuah buku tentang kehancuran dunia keuangan di masa yang akan datang, saya mencari bimbang Tuhan untuk pesan yang telah diberikan kepada saya. Saya sangat sedih, serta berpikir, "Apakah sudah semuanya, yakni hanya pesan negatif? Tuhan, apakah ini benar-benar kata yang ingin Engkau berikan kepadaku? Apakah saya akan menghabiskan masa hidup saya hanya untuk memberikan peringatan? "

Roh Kudus berjanji kepada saya waktu itu. Dia memberikan kesan pada saya, "Ketika goncangan hidup memburuk, ketika kamu melihat hal-hal itu berdatangan silih berganti, kamu sedang akan berkhotbah tentang harapan. Sementara pengkhotbah lainnya khawatir dan gugup, saya akan mengurapi engkau dengan pesan mengenai belas kasihan, kasih karunia dan penebusan. Pada saat putus asa datang bertubi-tubi, khotbahmu akan berkelimpahan dengan harapan."

Apa yang saya tulis kepada anda sekarang adalah salah satu dari pesan-pesan yang dijanjikanNya itu.

Pesan tentang harapan, yang dikehendaki oleh Allah untuk disampaikan, tidak semata-mata hanya sebagai upaya untuk meyakinkan orang-orang berdosa tentang betapa indahnya surga nanti. Kami tidak hanya memberitahu kepada mereka supaya bertobat agar dapat melarikan diri dari kekacauan saat ini dan pergi ke surga tanpa penderitaan.

Tentu saja aku percaya surga. Bahkan, ini adalah pokok pemberitaan yang saya sukai. Saya menjadi gembira saat saya merenungkan berada di surga bersama Kristus untuk selamanya. Tetapi jika hanya itu yang menjadi satu-satunya harapan kita dalam berkhotbah kepada orang-orang berdosa - damai dan beristirahat pada suatu hari nanti, jauh di luar dari dunia ini - mereka akan datang kembali kepada kita dengan tanggapan kira-kira seperti ini:

"Dengar, aku tidak berpikir tentang kekekalan sekarang. Aku tidak disibukkan dengan 'surga pada suatu hari nanti. "Ketika anda berbicara tentang Allah, anda sedang berkata kepadaku mengenai di suatu tempat, di suatu hari nanti, aku akan mendapatkan pembebasan. Kedengarannya bagus, tetapi sekarang aku harus menemukan sesuatu agar aku dapat melalui hari lainnya. Aku kewalahan menghadapi krisis demi krisis. Dan aku butuh semacam harapan atau mukjizat, bukan hari esok tetapi hari ini. "

Saat ini, dunia sedang cemas, bingung, di luar akal sehat dengan perasaan takut. Jadi, bagaimana mungkin kita bisa memberitakan harapan kepada mereka yang hidup dalam keputusasaan?

Jujur saja, saya sudah bosan untuk mengatakan, "Mari saya tunjukkan apa yang dibutuhkan dunia," atau, "Iniah apa yang seharus gereja lakukan." Saya terlalu tua untuk memulai gerakan "harapan baru", dengan tampil di TV dan penerbitan buku-buku dan "konvensi tentang harapan." Aku sungguh tidak memiliki jawaban lagi. Saya pikir semua buku-buku dan kaset-kaset khotbah yang beredar hari ini tentang bagaimana menemukan kedamaian, bagaimana mengatasi tekanan, tentang harapan. Hanya beberapa saja dari semuanya ini tampaknya memiliki dampak yang kuat di kalangan dunia sekuler/non agama.

Yang bisa saya lakukan adalah memberitahukan anda bagaimana Roh Kudus berurusan dengan saya.

Mengapa orang kehilangan iman? Hal itu disebabkan oleh karena mereka tidak bisa menemukan bukti bahwa mereka kehilangan iman, di pihak lain mereka pikir mereka bisa menemukannya: di dalam gereja Yesus Kristus. Orang-orang berdosa telah datang ke gereja untuk mencari seseorang yang bertekun dalam pencobaan dan kesulitan, dan ketika semua pencobaan dan kesulitan ini tenggelam dari sekelilingnya, orang inilah yang memiliki iman yang kuat dan bersauh teguh.

Dunia telah mendengar banyak khotbah tentang iman dari televisi dan radio. Orang-orang yang tidak percaya telah mendengar ajaran iman, bahkan membaca buku-buku tentang iman, yang dipublikasikan oleh para pengkhotbah. Dan mereka pun telah mendengarkan dari seorang Kristen dengan orang Kristen lainnya yang sedang membanggakan diri bahwa mereka memiliki iman. Tetapi di mana-mana mereka melihat contoh-contoh iman yang terdampar. Orang-orang Kristen yang dulu pernah membanggakan imannya, sekarang ini justru menyerah dari imannya kepada Allah yakni pada saat mereka berada di tengah-tengah masa sulit.

Saya mendengar seorang penyiar radio baru-baru ini mengatakan, "Kita hidup dalam masyarakat yang gugup." Orang-orang New York gugup terhadap serangan teroris di dalam kereta bawah tanah. Dan jutaan orang di seluruh dunia khawatir dengan semua goncangan hidup yang terjadi di sekitar mereka.

Jadi, di manakah orang-orang mengalihkan harapannya? Di mana mereka menemukan teladan iman yang tak tergoyahkan?

Roh Kudus telah berbicara dengan sebuah kata yang jelas kepada saya: "Kamu harus berpegang teguh pada iman, David. Tetapkan hatimu untuk percaya kepada Allah setiap saat dan dalam segala hal. Pastikan imanmu tidak goyah. "

"Meneguhkan" iman kita berarti "menyeimbangkan, membuatnya tak tergoyahkan, meletakkan akar, menempatkan tiang di bawah tanah, meletakkan dasar." Alkitab menyatakan bahwa hal itu berada dalam kekuasaan kita untuk melakukannya. Yakobus menulis, "… orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan "(Yakobus 1:6-7).

Dalam ayat ini, Tuhan meletakkan seluruh tanggung jawab kepada orang percaya. Allah memberitahukan kita, yang pada intinya, "Ketika dunia melihat umat-Ku pada hari-hari yang gemetar dan penuh kecemasan, mereka harus dapat melihat iman. Sementara semuanya bergoncang, imanlah yang seharusnya tetap teguh dan tak tergoyahkan. Jadi, kalian orang percaya, tancapkanlah jangkar imanmu. Kalian, orang Kristen, ambillah posisi yang tetap teguh. Dan jangan pernah menyerah dari posisi itu. "

Saya yakin dunia tidak membutuhkan lebih banyak khotbah lagi tentang iman. Mereka perlu melihat khotbah yang dipraktekkan: kehidupan dari seorang pria atau seorang wanita yang menghidupi iman mereka di hadapan dunia. Mereka perlu melihat hamba-hamba Allah yang melewati bencana-bencana yang sama yang mereka hadapi dan hamba-hamba Allah ini tidak terguncang imannya oleh bencana-bencana tersebut. Dengan demikian orang-orang berdosa akan datang berhadap-hadapan dengan kesaksian iman yang kuat teguh itu.

Raja Daud menjelaskan hal ini ketika ia berbicara tentang "orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia" (Mazmur 31:20). Dia berbicara tentang orang-orang percaya yang kuat kepercayaannya dan kehidupannya yang penuh iman akan menjadi sinar harapan bagi mereka yang hidup dalam kegelapan.

Suatu ketika, pada saat saya masih dalam proses menetapkan iman yang teguh, saat saya telah benar-benar meletakkan semua beban saya pada Tuhan, saya menerima panggilan telepon dengan kabar yang mengguncang saya. Untuk sesaat, banjir ketakutan menerpa saya. Tetapi Roh Kudus dengan lembut berbisik, "Pertahankan posisi imanmu, David. Jangan menyerah. Aku sudah punya segalanya di bawah kendaliKu. Berdiri teguh sajalah. Janganlah pernah kamu menyimpang dari tempat kediaman imanmu dan kepercayaanmu. Tanggalkanlah semuanya itu kepadaKu."

Saya tidak akan pernah melupakan adanya damai yang membanjiri saya pada saat itu. Dan di saat hari berakhir, saya menyadari bahwa hati saya penuh dengan sukacita, "Oh, Tuhan, saya percaya padamu. Saya tidak gentar. Terima kasih."

Dalam Mazmur 78, kita membaca tentang Efraim, suku terbesar di Israel. Efraim adalah suku yang paling disukai dari semua suku yang ada: jumlahnya banyak dan kuat, terampil dalam menggunakan senjata, serta dipersenjatai dengan lengkap untuk siap menghadapi pertempuran. Namun, ketika Efraim pergi menemui musuh mereka, kita membaca bahwa mereka: "Bani Efraim, pemanah-pemanah yang bersenjata lengkap, berbalik pada hari pertempuran" (Mazmur 78:9).

Suku yang perkasa ini telah pergi berperang dengan bersenjata yang lebih baik dan lebih kuat daripada musuh mereka. Tetapi dalam beberapa hal, ketika Efraim melihat musuh mereka, mereka menyerah dan mundur. Mereka telah memutuskan untuk melawan dan menang, tetapi setelah mereka berhadapan langsung dengan krisis, mereka kehilangan keberanian/nyali.

Efraim dalam ayat ini mewakili banyak orang percaya yang telah diberkati dan disukai oleh Tuhan. Mereka juga telah diajarkan dengan baik, dilengkapi dengan kesaksian iman, dipersenjatai untuk berperang melawan apa pun yang mungkin datang menyerang. Tetapi begitu musuh mereka muncul dan mulai mengancam mereka - ketika pencobaan menggunung dan masalah tampaknya terlalu besar, terlalu banyak untuk ditangani - mereka berpaling dan melarikan diri, menyimpang dari iman mereka.

Alkitab mengkatakan bahwa Efraim mempertanyakan kesetiaan Allah: "Mereka berkata terhadap Allah: Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpencar air dan membanjiri sungai-sungai; tetapi sangkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya? "(Mazmur 78:19-20).

"… mereka masih saja berbuat dosa dan tidak percaya kepada perbuatan-perbuatanNya yang ajaib. Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya "(78:32, 37). Akhirnya, inilah hasilnya: "… mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel" (78:41).

Kurangnya iman dan rasa pengecut suku Efraim telah mengguncang hati suku-suku lainnya di Israel. Bayangkanlah dampak kerusakan yang ada ketika orang lain melihat apa yang terjadi: "Orang-orang yang sangat disukai ternyata tidak mampu berdiri. Jika mereka yang mengaku memakai baju ketopong Allah dan menggunakan pedang FirmanNya tiba-tiba tergulung dalam masa sulit mereka, masih adakah harapan yang kita miliki? "

Kekasih, kita tidak berani mengutuk Efraim, karena mungkin kitalah yang lebih bersalah daripada mereka. Pikirkanlah tentang hal ini: kita telah diberikan lebih banyak cahaya Firman. Kita memiliki contoh perbuatan mereka untuk memperingatkan kita. Kita memiliki Roh Kudus yang berdiam di dalam kita. Dan kita memiliki Alkitab, Firman yang sepenuhnya diwahyukan Allah, dengan janji-janji yang lebih besar.

Di satu pihak, saya berdosa seperti Efraim. Selama bertahun-tahun, di masa lalu saya, saya pergi dengan bersenjata lengkap, mantap melangkah, "Kali ini, saya akan menetapkan hati saya. Dan saya tidak akan takut. Saya tidak akan mendengarkan keraguan dan ketakutan jasmaniku. Saya tidak akan goyah, dan saya tidak akan murtad. Saya tidak akan cemberut, khawatir atau berkubang dalam mengasihani diri sendiri. "Namun begitu, sering kali ketidakpercayaan merampok kemenangan saya.

Bahkan saat ini, saya tidak bisa membanggakan diri saya sendiri. Masih begitu banyak yang belum saya pelajari tentang bagaimana "meneguhkan iman saya." Tetapi saya telah merasakan kemenangan yang datang ketika saya percaya kepada Tuhan dalam segala hal, ketika saya dengan sengaja meletakkan semua beban saya pada Kristus dan beristirahat.

Kata Yunani untuk "diberikan" di sini berarti "untuk menjadi saksi, menjadi kesaksian." Nenek moyang kita di dalam Tuhan memiliki kediaman yang tetap, tak tergoyahkan, berlabuh dalam iman dan itu telah menjadi bukti kesetiaan Allah pada masa sulit.

Pertama, mereka memiliki saksi yang dalam hal ini Allah dibuat sukacita oleh mereka. Mereka telah mempercayai Tuhan dalam melewati banjir, ejekan, persekutuan, penjara, penyiksaan, perang, sarang singa, api. Dan setelah semuanya itu, mereka tahu bahwa sukacita dari Tuhan tersenyum pada mereka dan berkata, "Kamu telah menyelesaikannya dengan baik! Kamu telah percaya dan mempercayaiKu."

"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibrani 11:6). Setiap kali kita memegang teguh iman kita dalam melewati masa-masa sulit, kita memiliki penegasan yang sama dari Roh Kudus: "Kamu telah menyelesaikannya dengan baik. Kamu adalah saksi Allah.

Ketika saya dapat beristirahat setelah melewati badai, ketika saya telah melemparkan setiap beban saya pada Kristus dan saya tetap memegang iman saya, maka saya telah memperoleh "laporan yang baik." Dan saya akan menjadi mercusuar harapan bagi orang-orang di sekitar saya. Mereka yang menonton hidup saya di rumah, di tempat kerja, dan di jalanan saya mungkin tidak menanggapinya secara terbuka. Tetapi mereka akan tahu bahwa ada harapan dan penebusan yang tersedia bagi mereka.

Mereka bisa melihat saya di saat saya sedang mengalami krisis dan berkata, "Ada harapan! Di sana telah berdiri seseorang yang belum kehilangan imannya kepada Tuhan. Ada seorang pejuang yang tidak akan berhenti. Dia percaya kepada Allahnya. "

Sebagaimana bencana-bencana yang meningkat, dan dunia yang jatuh ke dalam penderitaan yang lebih besar, tanggapan orang percaya haruslah menjadi kesaksian iman yang teguh.